A. Karakteristik COVID-19
1. Definisi COVID-19
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-
CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan, Tiongkok pada tanggal 31 Desember
2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti
demam di atas 38ºC, batuk, dan sesak nafas bagi manusia. Selain itu dapat disertai
lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19 yang berat, dapat menimbulkan
pneumonia, sindroma pernafasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian.
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet
(percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara.
2. Patofisologi
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel
manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi
ekspresi gen yang membantu adaptasi virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory
syndrome virus corona 2) pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau
delesi menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
3. Manifestasi Klinis
SARS-CoV-2 dapat menyebar dengan mudah melalui tetesan pernapasan. Spektrum
penyakit berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga kondisi kritis yang menyebabkan
kematian. Deteksi dini SARS-CoV-2 sangat penting untuk mengendalikan penularan
virus dan penyakit itu sendiri. Konfirmasi diagnostik COVID-19 dilakukan dengan tes
reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) real-time yang mendeteksi
materi genetik virus pada individu yang terinfeksi. Tes serologis dapat berguna untuk
identifikasi kasus secara cepat dan mengidentifikasi individu tanpa gejala yang
memiliki kontak dekat dengan pasien COVID-19, merekomendasikan karantina, dan
pengawasan penyakit. Namun, Tes serologis tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau mengecualikan diagnosis COVID-19 karena tidak dapat
mengidentifikasi status infeksi pasien. Hasil negatif tidak dapat mengecualikan
COVID-19, terutama pada pasien yang memiliki kontak dekat dengan pasien
terkonfirmasi COVID-19.
COVID-19 mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Kebanyakan
orang yang terinfeksi akan mengembangkan penyakit ringan sampai sedang dan
sembuh tanpa rawat inap.
Gejala yang paling umum:
demam
batuk
kelelahan
kehilangan rasa atau bau.
Gejala serius:
kesulitan bernapas atau sesak napas
kehilangan bicara atau mobilitas, atau kebingungan
sakit dada.
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi akibat COVID-19 yang bisa dialami :
1. Pneumonia
Saat ada virus masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan berusaha
melawan dan menyebabkan peradangan pada paru-paru. Peradangan dapat
menyebabkan cairan dan sel mati dalam paru menumpuk, sehingga mengakibatkan
penyakit pneumonia. Kondisi ini menimbulkan gejala batuk dan sesak napas pada
pengidap COVID-19.
Melansir The Pediatric Infectious Disease Journal, sekitar 25 persen orang dewasa
pengidap COVID-19 bisa berisiko mengalami komplikasi ini. Namun, saat ini
belum ditemukan penyakit ini sebagai komplikasi pada pengidap COVID-19 yang
masih berusia anak-anak.
5. Gangguan Neurologis
Pada pengidap COVID-19 yang mengalami gangguan neurologis, umumnya
kondisi ini memang telah dimiliki sebelumnya. Paparan virus corona yang tidak
segera diatasi dapat memperburuk kondisi ini. Namun, penyakit COVID-19 dengan
gejala yang cukup parah dapat berisiko menyebabkan sepsis dan kegagalan organ
yang memicu kondisi gangguan neurologis.
Gangguan neurologis juga dapat dialami oleh pengidap COVID-19 akibat
efek samping dari pengobatan yang dilakukan. Meskipun begitu, komplikasi
gangguan neurologis pada pengidap COVID-19 masih harus terus dilakukan
penelitian lebih mendalam.
6. Gangguan jantung
Gangguan jantung juga kerap dialami oleh pengidap COVID-19 sebagai komplikasi
yang cukup umum terjadi. Biasanya, virus corona menyebabkan gangguan irama
jantung atau aritmia. Selain itu, melansir jurnal American Heart Association, 22
persen pasien COVID-19 dengan gejala berat mengalami cedera miokard akibat
infeksi. Namun, penelitian mengenai kasus ini masih akan dilakukan secara lebih
mendalam.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan COVID-19 tergantung derajat gejala, yaitu tanpa gejala, ringan,
sedang, berat, atau kritis. Pada pasien tanpa gejala atau dengan gejala ringan sedang,
isolasi mandiri dapat dilakukan di rumah. Sedangkan pasien dengan gejala berat atau
risiko pemburukan sebaiknya dirawat inap.
Sampai sekarang belum terdapat terapi spesifik untuk penatalaksanaan COVID-19.
Namun, beberapa agen dipercaya memiliki efikasi dan masih terus dilakukan uji coba.
Terdapat dua studi terbesar tentang terapi COVID-19 yang hingga saat ini masih
berjalan secara global.
Isolasi Mandiri
Isolasi mandiri dapat dilakukan oleh pasien COVID-19 tanpa gejala, serta pasien
dengan gejala ringan dan sedang. Pasien disarankan untuk menjaga jarak dengan
keluarga minimal 1 meter, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sesering
mungkin, serta selalu memakai masker saat keluar kamar atau berinteraksi dengan
anggota keluarga. Pasien juga disarankan untuk berjemur matahari minimal 10‒15
menit setiap hari, sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore.
Pasien COVID-19 tanpa gejala harus melakukan isolasi mandiri, dan dapat diberikan
vitamin C dan vitamin D.
Pada pasien COVID-19 derajat ringan, isolasi dapat dilakukan di rumah dengan
farmakologis berupa vitamin, antivirus, serta terapi suportif seperti antipiretik, antitusif,
dan ekspektoran.
Pasien COVID-19 dengan derajat berat atau kritis perlu dirawat di ruang isolasi rumah
sakit rujukan, atau dirawat secara kohorting. Pengendalian infeksi dan terapi suportif
merupakan prinsip utama dalam manajemen pasien COVID-19 dengan keadaan buruk.
Penatalaksanaan Lain
Berdasarkan studi, beberapa agen dinyatakan tidak bermanfaat pada pasien COVID-19
sehingga penggunaannya dihentikan, di antaranya klorokuin, hidroksiklorokuin,
lopinavir, ritonavir, nitazoxanide, umifenovir, camostat mesylate, dan interferon.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis COVID-19 diawali dengan anamnesis risiko terpapar virus SARS-CoV-2,
misalnya bepergian ke atau tinggal di daerah endemik, atau kontak dengan pasien
terkonfirmasi. Gejala dan tanda COVID-19 terdiri dari asimtomatik, ringan, sedang,
dan berat. Pemeriksaan baku emas COVID-19 adalah tes RT-PCR (real time
polymerase chain reaction) dari sampel swab nasofaring dan orofaring.
1. Memberikan makanan lebih banyak dari keadaan biasa untuk memenuhi kebutuhan
kalori dan protein yang meningkat
2. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh
3. Mencegah terjadinya malnutrisi dan komplikasi lebih lanjut
1. Semua makanan sumber zat tenaga, misal: nasi, mie, bihun, ubi ungu, singkong, jagung,
makaroni, talas, sagu, tepung-tepungan
2. Makanan sumber zat pembangun
Protein Hewani: telur (protein lengkap), susu dan hasil olahannya: keju, daging sapi,
daging ayam, hati, ikan, udang, dsb
Protein nabati sumber protein BCAA ada di: kacang- kacangan kering: kacang hijau,
kacang kedelai dan hasi olahannya seperti tempe dan tahu
3. Makanan sumber lemak: minyak ikan (omega 3), omega 9 (minyak zaitun, kanola), omega
6 (minyak jagung, kedelai, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah), MCT
(VCO, minyak kelapa)
4. Makanan sumber zat pengatur
Sayur: terutama yang berwarna oranye seperti wortel, labu kuning, sayuran yang berwarna
hijau seperti brokoli, bayam, buncis, kacang panjang, sawi hijau, daun kangkung, dll
Buah-buahan terutama kaya vitamin C dan A: jambu biji (tanpa bijinya), jeruk, pepaya,
stroberry, tomat, buah naga, apel, alpukat, pisang, dll
5. Minuman
Semua macam minuman, seperti: teh, sirup, jus buah, kecuali yang mengandung alkoho
6. Bumbu: semua macam bumbu seperti: garam, gula, kecap, kunyit, kunci, kencur, salam,
sereh, laos, terasi, seledri, kayu manis, cengkeh, bawang putih, bawang merah, dll
7. Bahan makanan dianjurkan dimasak dengan cara direbus, dikukus, dipanggang, minim
digoreng
1. Makanan yang terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti: gula-
gula/permen, dodol, wajik, cake, tarcis, dsb
2. Bahan makanan yang sulit dicerna dan menimbulkan gas seperti sayuran mentah, kol,
lobak, sawi putih, nangka, durian
3. Minuman yang mengandung alkohol: bir, wiski dan minuman yang mengandung gas
seperti air soda, limun, coca-cola, orange crush
4. Kopi yang berlebihan dan rokok
5. Makanan yang diawetkan dengan menggunakan pengawet kimia seperti buah dan sayuran
dalam kaleng
1. Berperilaku hidup sehat: cuci tangan dengan sabun, gunakan masker, dan istirahat yang cukup
2. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
3. Berolahraga secara teratur
4. Mendapatkan oksigen yang cukup dengan udara yang bersih
5. Minum air bersih yang bebas dari klorin dan zat berbahaya lainnya
6. Menghindari stress patologis (emosi, perilaku, fisik)
7. Konsumsi suplemen multivitamin sesuai anjuran dokter
8. Istirahat yang cukup dan teratur
BAB II
Data Identitas Pasien
a. Nama : Tn. RSW
b. Tanggal Lahir : 12 Februari 1963 (58 Tahun)
c. Tanggal Masuk : 17 Juli 2021
d. Tanggal Pengamatan : 10 November 2021
e. Agama : Islam
f. Jenis Kelamin : laki – laki
g. Alamat : Jln. Kasuari ,Mekarmukti, Cikarang Utara, Bekasi
h. Status Pasien : Mandiri
i. Diagnosa : Covid-19
Assessment
SKRINING GIZI
No Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
diinginkan selama 6 bulan terakhir?
a. Tidak 0
b. Tidak yakin/tidak tahu 2
c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tsb
1 – 5 kg 1
6 = 10 kg 2
11 – 15 kg 3
>15 kg 4
2 Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu
makan?
a.Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
Keterangan :
Antropometri
BB Aktual = 77 kg
TB Aktual = 167 cm
BBI = 60,3 kg
Pembahasan :
Berdasarkan perhitungan status gizi dengan IMT dapat diketahui berdasarkan BB/TB2 status gizi
pasien berada dalam kategori status gizi BB lebih tingkat berat
Tabel 1
Kategori IMT menurut BB/TB2
Kategori IMT
BB kurang tingkat berat < 17,0
Kurus
BB kurang tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk BB lebih tingkat ringan 25,1 – 27,0
BB lebih tingkat berat >27,0
Biokimia
Tabel 2
Hasil Laboratorium
Pembahasan :
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
LED tinggi menunjukkan bahwa adanya infeksi
SGOT dan SGPT tinggi menujukkan bahwa adanya gangguan fungsi hati
Kreatinin tinggi menunjukkan bahwa adanya kerusakan pada ginjal
PCR SARS-Cov-2 positif menunjukkan bahwa pasien positif covid-19
Pembahasan :
RR tinggi menunjukan adanya hipoksia jaringan yang ditandai adanya penurunan saturasi oksigen
a. P/ tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan tertentu, tidak suka sayur
c. Setelah masuk rumah sakit, pasien makan makanan lumat dengan 3x pemberian makanan
utama. Selama sakit nafsu makan menurun.
Tabel 3
Hasil Food Recall SMRS 1x24 jam
Energi
Protein (g) Lemak (g) KH (g)
(kkal)
Asupan 2828,4 77,6 89,7 431,7
Kebutuhan 2700 121,5 60 418,5
Persentase 105 % 64 % 149,5 % 99 %
Kategori Cukup Kurang Lebih Cukup
Riwayat Personal
Diagnosa Gizi
a. Domain Asupan
NI. 5.6.2 kelebihan asupan lemak berkaitan dengan pasien sering mengkonsumsi makanan
berlemak pasien ditandai dengan presentase asupan lemak 149,5%
NI 5.2 asupan protein inadekuat berkaitan dengan kurangnya pengetahuan gizi ditandai
dengan asupan protein 64%
b. Domain Klinis
Kelebihan berat badan berkaitan dengan pasien sering mengkomsumsi makanan berlemak
ditandai dengan IMT 27,6 kg/m2
N.C 2.2 perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan gangguan patofisiologis khusus
ditandai dengan PCR SARS-Cov-2 positif
Ketidaksiapan untuk merubah kebiasaan makan berkaitan dengan pemilihan makanan dan
pola makan yang salah ditandai dengan asupan gizi yang tidak seimbang
Intervensi Gizi
a. Tujuan diet :
Memiliki pengetahuan gizi terkait pemilihan dan pola makan yang baik
b. Syarat diet :
Protein tinggi 121,5 gram, yaitu 18% dari kebutuhan energi total
Tinggi vitamin terutama vit A, C, E, B6 untuk meningkatkan sistem imun. Vit B1,
asam folat, Vit B12 membantu dalam pembentukan protein
c. Prinsip Diet : makanan lunak, tinggi kalori dan tinggi protein rendah garam
Karbohidrat
nasi, mie, bihun, ubi ungu, Dodol, wajik, cake, tarcis,
singkong, jagung, makaroni, dsb
talas, sagu, tepung-tepungan
Buah – buahan
Buah-buahan terutama kaya nangka, durian, makanan
vitamin C dan A: jambu biji yang diawetkan dengan
(tanpa bijinya), jeruk, menggunakan pengawet
pepaya, stroberry, tomat, kimia seperti buah dan
buah naga, apel, alpukat, sayuran dalam kaleng
pisang, dll
Sumber :.
DAFTAR PUSTAKA
Sahin AR. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the Current
Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.
Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The origin,
transmission and clinical therapies on virus corona disease 2019 (COVID-19) outbreak
- an update on the status. Mil Med Res. 2020;7(1):11.
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-2019-
covid-19/penatalaksanaan
https://www.halodoc.com/artikel/inilah-komplikasi-yang-disebabkan-covid-19
https://www.who.int/health-topics/coronavirus#tab=tab_3
http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewArticle/12230
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-covid-
19.html