Anda di halaman 1dari 20

COVID-19

A. PENGERTIAN
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan
merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang dengan
presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala ringan sampai
berat, bahkan sampai kematian.

Penyakit ini dilaporkan memiliki tingkat mortalitas 2-3%. Beberapa faktor risiko dapat
memperberat keluaran pasien, seperti usia >50 tahun, pasien imunokompromais,
hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit paru, dan penyakit
jantung.

B. ETIOLOGI

Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe
acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.

Virologi

SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang


positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein
yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM
dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)
selubung, dan protein aksesoris lainnya.

Family coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha coronavirus


(alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV), dan gamma
coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki karakteristik
genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat, sedangkan deltaCoV
dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.

SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom SARS-CoV-
2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inang
asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60–140 nm dan dapat
secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan kloroform. SARS-CoV-2 juga
ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2
ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam,
pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.

Transmisi

Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan yang menjual
binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke manusia merupakan
mekanisme yang paling memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2,
kelelawar dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari virus ini
masih belum diketahui secara pasti.

Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui droplet yang dikeluarkan saat individu yang
terinfeksi batuk atau bersin pada jarak ± 2 meter. Droplet yang hinggap pada mulut atau
hidung dapat terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi. Kontak pada barang
yang sudah terkontaminasi oleh droplet pasien COVID-19, yang diikuti dengan sentuhan
pada mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu juga dapat menjadi
salah satu transmisi penyebaran virus, walaupun rute ini bukan transmisi utama
penyebaran virus.

Transmisi vertikal dari ibu ke janin secara intrauterine atau saat lahir pervaginam sampai
sekarang belum diketahui secara pasti.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.
Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang
membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan
genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor


angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratorius
bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S)
virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki
fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki
fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks
replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis
subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan
berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui
eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati,
intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan
gejala pada pasien.

D. TANDA DAN GEJALA

COVID-19 dapat dicurigai pada pasien yang memiliki gejala saluran pernapasan, seperti
demam >38⁰C, batuk, pilek, sakit tenggorokan yang disertai dengan riwayat bepergianke
daerah dengan transmisi lokal atau riwayat kontak dengan kasus suspek atau kasus
konfirmasi COVID-19. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak
spesifik, tetapi limfopenia, peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan
aminotransferase, umumnya sering ditemukan.

Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara menyeluruh. Faktor
risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:

1. Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19


2. Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi COVID-19[10]

Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pasien
COVID-19, antara lain:

1. Usia >50 tahun


2. Pasien imunokompromais, seperti HIV
3. Hipertensi
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit keganasan, seperti kanker paru
6. Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
7. Penyakit paru obstruktif kronis
8. Disfungsi koagulasi dan organ
9. Wanita hamil
10. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi
11. Neutrofilia
12. D-dimer >1 µg/L
E. PATHWAY / WOC

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan COVID-19 tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Pada pasien


dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan secara mandiri. Pada pasien dengan
penyakit berat atau risiko pemburukan, maka perawatan di fasilitas kesehatan diperlukan.

Terdapat skor RISE UP yang dapat membantu skrining awal prognosis pasien COVID-19
di unit gawat darurat.  Tenaga kesehatan dapat melakukan skoring dan menentukan
prognosis pasien COVID-19 dalam waktu 2 jam. Pasien dengan skor <10% maka dapat
dilakukan isolasi mandiri di luar rumah sakit, sedangkan skor >30% harus dirawat di
rumah sakit dengan kemungkinan membutuhkan intensive care unit.
Sampai saat ini, belum terdapat terapi antiviral spesifik dan vaksin dalam penanganan
COVID-19. Akan tetapi, beberapa terapi, seperti remdesivir, dexamethasone, lopinavir-
ritonavir, dan tocilizumab ditemukan memiliki efikasi dalam penanganan COVID-19 dan
sudah masuk dalam uji coba klinis obat. Pada awal pandemi, beberapa medikamentosa
lain, seperti chloroquine, hydroxychloroquine, dan oseltamivir telah diteliti tetapi tidak
menunjukkan efektivitas terhadap COVID-19.

Pasien COVID-19 dengan infeksi ringan umumnya hanya disarankan isolasi di rumah
dan menggunakan obat yang dijual bebas untuk meredakan gejala. Pada pasien dengan
infeksi berat, disarankan untuk dirawat inap dan terkadang diperlukan tindakan intubasi
dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute respiratory distress
syndrome.

G. KOMPLIKASI
1. Pneumonia
2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
3. Gangguan hati
4. Gagal ginjal akut
5. Gangguan neurologis
6. Gangguan jantung

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak spesifik, tetapi limfopenia,
peningkatan laktat dehidrogenase, dan peningkatan aminotransferase, umumnya sering
ditemukan. Penemuan ground glass opacification (GGO) bilateral, multilobar dengan
distribusi periferal atau posterior merupakan karakteristik penampakan COVID-19 pada
pemeriksaan pencitraan CT scan toraks nonkontras. Walaupun kurang spesifik,
ultrasonography (USG) dan Rontgen toraks juga dapat membantu menegakkan diagnosis
COVID-19. Diagnosis COVID-19 dapat dikonfirmasi dengan dideteksinya viral RNA
pada pemeriksaan nucleic acid amplification test (NAAT), seperti RT-PCR dari spesimen
saluran pernapasan, tes antigen, dana tes serologi.
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1)  Data Dasar
 Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis,
sumber biaya, dan sumber informasi).
 Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan pasien)
2) Riwayat Keperawatan, meliputi :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi :
 Alasan masuk rumah sakit
 Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama :
 Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
 Pasien mengatakan mual dan muntah.
 Pasien mengatakan sakit saat menelan
 Kronologis keluhan : Pasien mengeluh nyeri di leher.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau
yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya
pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan
pernah menjalani perawatan di RS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas
perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
1. Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
serta ukur respirasi rate.
2. Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3. Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
4. Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang
apakah pasien cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan
volume urine) atau mempunyai keluhan saat BAK.
5. Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami Faringitis) atau saat menjalani perawatan di RS.
6. Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya,
misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
7. Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah
pasien mengalami demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien
mulai dari ekspresi wajah sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau
kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
8. Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga
pasien dalam melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan
sebagainya.
9. Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST :
faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
10. Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
11. Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
12. Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan
terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
13. Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
14. Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
3). Pengkajian Fisik, meliputi :
- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit,
kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).
- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi).
- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari
kepala sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
- -Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji
kultur dan uji resistensi.
4). Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan
apakah klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

b. Diagnosa Keperawatan
1) Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-
alveolar
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
4) Hipertermia berhubungan dengan peradangan
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Covid 19
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Bersihan Jalan Nafas  Jalan nafas efektif Mandiri S:
Tidak Efektif setelah dilakukan  Catat frekuensi dan kedalaman
tindakan keperawatan nafas, pengguanaan otot bantu
Berhubungan dengan selama di RS pernafasan O:
 Bronkospasme :  Tidak sesak nafas RR  Auskultasi paru unuk mengetahui
peningkatan produksi normal penurunan atau tidak adanya bunyi
sekret, sekresi tertahan,  Tidak ada sekret, suara nafas dan adanya bunyi tambahan
tebal, sekresi kental : nafas normal mis : krakles, ronchi, dll. A:
penurunan  Lakukan tindakan untuk
energi/kelemahan memperbaiki atau
 Inflamasi mempertahankan jalan nafas mis: P:
trakeobronkial, batuk efektif, pengisapan lendir
pembentukan oedema, bila hanya ronki terdengar
peningkatan produksi (tekanan penghisapan tidak lebih
sputum dari 100-120 mmHg).
 Bronkokonstriksi, Hiperoksigenasi dengan 4-5 kali
peningkatan pernafasan O2 100% dan
pembentukan mukus, hiperinflasi dengan 1 ½ kali Vt
batuk tidak efektif, menggunakan resusitasi manual
infeksi atau ventilator.
bronkopulmonal.  Auskultasi bunyi nafas setelah
 Intubasi, ventilasi penghisapan .
 Tinggikan kepala/tempat tidur
Ditandai dengan sesuai dengan kebutuhan/toleransi
 Perubahan frekukensi/ pasien
kedalaman pernafasan  Kaji toleransi aktivitas mis:
 Bunyi nafas tak normal keluhan kelemahan atau kelehan
 Batuk tak efektif selama kerja.
 Dispnea  Monitor humidifier dan suhu
 Sianosis ventilator (35-37,80C)
 Sekret banyak  Monitor hidrasi pasien untuk
 Ronchi (+) mencegas sekresi kental
 Monitor ventilator tekanan
dinamis untuk peningkatan tiba2
yang menunjukkan perlengketan
pada jalan nafas
 Beri fisioterapi dada sesuai
indikasi
 Beri bronkodolator sesuai program
dan evaluasi efektivitasnya pada
spasme bronkus
 Robah posisi untuk memudahkan
gravitasi man drainase sekresi

Kolaboratif
 Pemberian bronkodolator
 ……………………………
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Covid 19
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Gangguan Pertukaran Gas  Fungsi paru pasien Mandiri S:
dalam batas normal  Observasi bunyi paru ; frekuensi
Berhubungan dengan  Status neurologis napas, kedalaman, usaha pernapasan,
 Perubahan membran pasien dalam dan produksi sputum O:
kapiler-alveolar rentang yang  Pantau hasil gas darah dan Ambil
 Ketidakseimbangan diharapkan GDA 10-30 menit setelah perubahan
perfusi-ventilasi  Tidak dijumpai ventilator terjadi
adanya dispnea  Pantau kadar elektrolit A:
Ditandai dengan pada saat istirahat  Pantau status mental misalnya tingkat
 Dyspnea dan beraktivitas kesadaran, gelisah, dan konfusi
 Sakit kepala saat bangun  Tidak dijumpai  Observasi sianosis P:
 Gangguan penglihatan adanya gelisah,  Pantau status pernapasan dan
 AGDA tidak normal sianosis, dan oksigenasi
 PH arteri tidak normal keletihan  Jelaskan kepada pasien sebelum
 Frekuensi, irama, dan  Nilai AGDA dalam memulai pelaksanaan prosedur
kedalaman napas tidak batas normal  Kaji apakah posisi tertentu
normal menyebabkan penurunan PaO2 atau
 Warna kulit tidak normal menimbulkan ketidaknyamanan
(pucat dan kehitaman) pernafasan
 Konfusi  Monitor GDA atau oksimetri selama
 Sianosis periode penyapihan
 Diaforesis  Evaluasi semua alarm dan tentukan
 Hiperkapnia penyebabnya
 Hiperkarbia  Pertahankan resusitasi manual tetap
 Hipoksia berada pada sisi tempat tidur
 Hipoksemia sepanjang waktu
 Iritabilitas  Monitor selang dari terlepas, terlipat,
 Cuping hidung bocor, atau tersumbat
mengembang  Evaluasi tekanan/ kebocoran manset
 Gelisah  Masukan penahan gigitan atau jalan
 Somnolen nafas oral untuk mencegah gigitan
 Takikardia pada selang
 Amankan selang endotrakeal dengan
penahan atau diplester. Periksa bunyi
nafas kedua setelah melepaskan atau
mengganti plester. Perhatikan posisi
pada bibir berkenaan dengan ukuran
pada selang
 Beri pasien posisi untuk mencegah
sumbatan atau terlepasnya selang
 Restrein pasien untuk mencegah
ekstubasi sendiri, sesuai protocol unit
 Evaluasi posisi yang tepat dari selang
endotrakela dengan foto rongent
lakukan auskultasu bilateral

Kolaboratif
 Melakukan konsultasi dengan dokter
tentang kebutuhan akan pemeriksaan
gas darah arteri (GDA) dan
penggunaan alat bantu yang
dianjurkan sesuai dengan adanya
perubahan kondisi pasien
 Melaporkan perubahan sehubungan
dengan pengkajian data (misalnya,
sensorium pasien, bunyi napas, pola
napas, analisis gas darah arteri,
sputum, efek dari pengobatan)
 Memberikan obat yang diresepkan
(misalnya, natrium bikarbonat untuk
mempertahankan keseimbangan asam-
basa)
 Memberikan bronkodilator, aerosol,
dan nebulasi ultrasonik sesuai dengan
keperluan pasien

Pendidikan Kesehatan
 Menjelaskan penggunaan alat bantu
yang diperlukan (oksigen, spirometer)
 Mengajarkan kepada pasien teknik
bernapas dan relaksasi
 Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga alasan pemberian oksigen
dan tindakan lainnya
 Menginformasikan kepada pasien dan
keluarga bahwa merokok itu dilarang
 Mengajarkan kepada pasien dan
keluarga tentang perencanaan
perawatan di rumah, misalnya
pengobatan, aktivitas, alat-alat bantu,
tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan, dan sumber-sumber di
komunitas
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Covid 19
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Ansietas  Ansietas berkurang Mandiri S:
 Klien dapat mengontrol  Kaji dan dokumentasikan tingkat
Berhubungan dengan kecemasan kecemasan pasien
 Terpajan toksin  Klien dapat menahan  Observasi pasien tentang teknik O:
 Hubungan keluarga diri dari perilaku yang yang telah dimiliki dan belum
 Kontaminasi/transmisi mencederai diri sendiri dimiliki untuk mengurangi
interpersonal  Klien dapat berinteraksi ansietas di masa lalu
 Maturasi/krisis situasi dengan baik  Beri dorongan kepada pasien A:
 Stres untuk mengungkapkan pikiran dan
 Penyalahgunaan obat perasaan untuk mengurangi
 Ancaman kematian ansietas P:
 Perubahan pada status  Bantu pasien memfokuskan pada
ekonomi, fungsi situasi saat ini
peran, lingkungan,  Yakinkan pasien dengan
kesehatan, pola menyentuh, saling memberi
interaksi, konsep diri empatik, dorong pasien untuk
 Kebutuhan yang tidak mengekspresikan kemarahannya,
terpenuhi menangis
 Berikan lingkungan yang tenang
Ditandai dengan  Gunakan pendekatan yang tenang
Afektif dan meyakinkan
 Menderita  Dampingi pasien dan membantu
 Cemas untuk mengidentifikasi situasi
 Ketakutan yang mencetuskan kecemasan
 Distres  Beri dorongan kepada keluarga
 Perasaan tidak untuk menemani pasien
adekuat
 Iritabilitas Kolaboratif
 Marah  Berikan pengobatan untuk
 Menyesal mengurangi ansietas, sesuai
dengan kebutuhan
 Khawatir
 ………………………………
Perilaku
Pendidikan Kesehatan
 Keterbatasan  Berikan informasi tentang
produktivitas diagnosa dan perawatan,
 Mengekspresikan instruksikan tentang teknik
keluhan karena relaksasi, jelaskan semua
perubahan kehidupan prosedur
 Gelisah  ………………………………
 Gerakan berlebihan
(misalnya gerakan
kaki, lengan)
 Insomnia
 Kontak mata buruk
 Menyelidik dan tidak
perhatian
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Covid 19
Nama pasien : No. Rekam medik:
Umur pasien : Jenis kelamin :
Tgl Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Hipertermia  Suhu kulit dalam Mandiri S:
rentang yang  Pantau tanda hipertermia
Berhubungan dengan diharapkan (demam, takipnea, aritmia,
 Dehidrasi  Suhu tubuh dalam perubahan tekanan darah, bercak O:
 Penyakit atau trauma batas normal (36,5ºC- pada kulit, kekakuan, dan
 Ketidakmampuan 37,5ºC) berkeringat banyak)
atau menurunnya  Nadi dan pernapasan  Pantau tekanan darah, nadi, dan
kemampuan untuk dalam rentang yang pernapasan A:
berkeringat diharapkan  Pantau hidrasi (turgor kulit,
 Pakaian yang tidak  Perubahan warna kulit kelembapan membran mukosa)
layak tidak ada  Pantau aktivitas kejang P:
 Kecepatan  Keletihan dan mudah  Pantau warna kulit dan suhu
metabolisme tersinggung tidak tubuh pasien minimal sesuai
meningkat tampak kebutuhan
 Pengobatan/anesthesi  Tidak terdapat kejang  Lepaskan pakaian yang
 Terpajan pada Turgor kulit dan berlebihan dan menutupi pasien
lingkungan yang kelembapan membran dengan kain tipis
panas (jangka mukosa dalam batas  Kompres pasien dengan
panjang) normal menggunakan waslap dingin dan
 Aktivitas yang diletakkan pada aksila, dahi,
berlebihan leher, dan lipatan paha
 Trauma jaringan  Anjurkan untuk meningkatkan
 Infeksi asupan cairan oral
 Terpapar lingkungan  Cegah menggigil dengan
 ................................... menurunkan suhu tubuh yang
tinggi secara bertahap
Ditandai dengan  Gunakan selimut penghangat
 Kulit memerah sesuai kebutuhan
 Control suhu lingkungan
 Suhu tubuh
meningkat di atas  Pertahankan tehnik aseptic pada
rentang normal semua prosedur
 …………………………
 Frekuensi napas
meningkat Kolaboratif
 Kejang/konvulsi  Memberikan obat antipiretik,
 (Kulit) hangat bila sesuai dengan kebutuhan
disentuh - Paracetamol tablet
 Takikardia - Novalgin
 Mual - Farmadol
- Lain-lain: …………………

Pendidikan Kesehatan
 Mengajarkan pasien/keluarga
dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia
 Mengajarkan indikasi keletihan
karena panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan,
sesuai dengan kebutuhan
 ……………………
REFERENSI
Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R. Features, Evaluation and
Treatment Virus corona (COVID-19). StatPearls. 2020.
CDC. Virus corona Disease 2019 (COVID-19). Centers for Disease Control and Prevention.
2020. https://www.cdc.gov/virus corona/2019-ncov/prepare/.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Ed. 5, Kementrian Kesehatan RI. 2020. 1–214
Pan H, Peto R, Karim QA, et al. Repurposed antiviral drugs for COVID-19 –interim WHO
SOLIDARITY trial results. WHO Solidarity trial consortium. 2020 Oct 15. doi:
https://doi.org/10.1101/2020.10.15.20209817.
Wu R, Wang L, Kuo HCD, Shannar A, Peter R, Chou PJ, et al. An Update on Current
Therapeutic Drugs Treating COVID-19. Curr Pharmacol Reports. 2020;6(3):56–70.

Anda mungkin juga menyukai