Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

COVID DENGAN HIPERTENSI DI RUANG AMARILIS 3


RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh:

Widianto Istiadi
202002040059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

COVID 19 DENGAN HIPERTENSI

A. Covid 19 dengan Hipertensi


1. Pengertian
COVID-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Penyakit ini
harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat
mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif.
Masih banyak knowledge gap dalam bidang ini sehingga diperlukan studi-
studi lebih lanjut
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan
unta. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. (Susilo.2019)
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
(Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
2. Patogenesis/Patofisiologi
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi diduga
tidak jauh berbeda dengan SARSCoV yang sudah lebih banyak diketahui.30
Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada saluran napas
yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor
dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada
envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2
pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi
genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan, kemudian
membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.20, 24 Sama dengan
SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus masuk ke dalam sel,
genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan
menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya, genom virus akan
mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru
terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau Golgi sel.
Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan
protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung
partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan
komponen virus yang baru. (Susilo.2019)
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis
yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluhdarah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
3. Faktor Resiko dan Etiologi
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah
a. Kontak erat
b. Tinggal satu rumah dengan pasien COVID-19
c. Riwayat perjalanan ke area terjangkit.
d. Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius
2 meter)
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada
pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang
berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan
disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan.
4. Manifestasi Klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
yang bersangkutan. penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling
menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja
maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman
penglihatan.
5. Faktor Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
b. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CTscan) toraks. Pada foto toraks
dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat,
penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis
c. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2
1) Pemeriksaan Antigen-Antibodi
2) Pemeriksaan Virologi
3) Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran
napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas
bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat
endotrakeal].
d. Pemeriksaan Diagnostik Hipertensi
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina
harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji
kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung yang dapat
disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat
dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan
urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan
peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan
penentuan kadar uruine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien
dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji
dan dievaluasi
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Etiologi/Definitif
Berikut adalah obat-obat yang diduga dapat bermanfaat untuk
COVID-19:
1) Lopinavir/Ritonavir (LPV/r)
2) Remdesvir (RDV)
3) Klorokuin (CQ/CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)
4) Favipiravir (FAVI)
5) Umifenovir (Arbidol)
6) Oseltamivir
7) Interferon-α (IFN-α)
8) Tocilizumab (inhibitor reseptor IL-6)
9) Meplazumab/antibodi anti-CD147
10) Nitazoxanide
b. Manajemen Simtomatik dan Suportif
1) Oksigen
2) Antibiotik
3) Kortikosteroid
4) Vitamin C
5) Ibuprofen dan Tiazolidindion
6) Profilaksis Tromboemboli Vena
7) Plasma Konvalesen
8) Imunoterapi
c. Manajemen Pasien COVID-19 yang Kritis
1) Terapi cairan konservatif;
2) Resusitasi cairan dengan kristaloid;
3) Norepinefrin sebagai lini pertama agen vasoaktif pada COVID-
19 dengan syok;
4) Antibiotik spektrum luas sedini mungkin pada dugaan
koinfeksi bakteri sampai ditemukan bakteri spesifik;
5) Pilihan utama obat demam adalah acetaminofen;
6) Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan plasma
konvalesen COVID-19 telah dilaporkan, tetapi belum
direkomendasikan rutin;
7) Mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk mencegah ulkus
dekubitus;
8) Berikan nutrisi enteral dalam 24-48 jam pertama.
d. Ventilasi Mekanik pada COVID-19
1) Pertahankan volume tidal rendah (4-8 mL/kg beratbadan
prediksi);
2) Target plateau pressure (Pplat) < 30 cm H2 O; • PEEP lebih
tinggi pada pasien ARDS berat, waspada barotrauma;
3) Ventilasi posisi pronasi selama 12-16 jam (dikerjakan tenaga
ahli);
4) Agen paralitik dapat diberikan pada ARDS sedang/ berat untuk
proteksi ventilasi paru. Hindari infus kontinu agen paralitik.
Bolus intermiten lebih dipilih;
5) Untuk hipoksemia refrakter, dipertimbangkan venovenous
extracorporeal membrane oxygenation (VV ECMO).
7. Pencegahan
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan proteksi dasar.
a. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin
guna membuat imunitas dan mencegah transmisi.
b. Deteksi dini dan Isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat
ke fasilitas kesehatan.
c. Higiene, Cuci Tangan, dan Disinfeksi
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang
yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau
bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori
suspek.
d. Alat Pelindung Diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung
tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun
nonsteril lengan panjang.
8. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi Yang,
dkk.145 menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak
terbatas ARDS, melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut
(29%), jejas kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%).
Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi
intravaskular diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum
Menurut WHO komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol adalah :
- Penyakit jantung
- Stroke
- Penyakit ginjal
- Retinopati
- Penyakit pembuluh darah tepi
- Gangguan saraf
- Gangguan serebral
9. Pathways Covid 19 dengan Hipertensi
Usia, jenis kelamin, gaya hidup

Covid – 19

Etiologi : Coronavirus

Riwayat Hipertensi

Mutasi virus tinggi, merusak paru, terjadi radang pada paru

Kerusakan pd bronkus dan alveolus Pertama kali danial


infeksi terkonfirmasi
covid
Batuk tidak efektif Muncul
demam
pikiran
Pasien kurang mengetahui negatif
hipertermi SPO2 menurun. Juga PO2, tentang covid, penyebaran
PCO2 menurun dan pengobatannya
sulit tidur

Happy Kesiapan Ansietas


Kadang lemas
10. meningkatkan
sesak hypoxia
manajemen
kesehatan

11.
Aktivitas mobilisasi Gangguan
12.
menurun pertukaran gas Gangguan Pola Tidur

Asupan serat
kurang
Resiko konstipasi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan pasien : demam, batuk, sesak
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terpapar/ contak dengan pasien covid -19 secara langsung,
memiliki penyakit penyerta
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini dapat menjelaskan riwayat penyakit yang diderita keluarga
dan pasien juga ikut mengalaminya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut
merata, kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekantidak ada.
2) Wajah, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
3) Mata, Konjungtiva anemis/tidak, reflek pupil ishokor, benjolan tidak
ada,nyeri tekan tidak ada.
4) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada, fungsi hidung dapat
mencium aroma dengan baik
5) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
6) Mulut dan Gigi, Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan
cukup,lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada. Fungsi lidah di mulut
dapat membedakan rasa makanan yang dikonsumsi
7) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis
tidak ada
8) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing, ronkhi dan
retraksi otot dada.
9) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8
x/menit,pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak
ada, asites tidak ada.
10) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan
terkoordinir tetapi lemah.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan sakit kepala
b. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit covid 19
d. Ansietas berhubungan dengan krissis siuasional
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan Setelah dilakukan - Observasi nyeri PQRST - Untuk


nyeri tindakan keperawatan - Lakukan relaksasi mengetahui
berhubungan selama 3x24 jam benson karakteristik
dengan nyeri diharapkan klien mampu - Lakukan diet hipertensi nyeri klien
kepala mengontol nyerinya - Ajarkan cara melakukan - Untuk
dengan kriteria hasil : terapi relaksasi benson mengurangi
- Tanda-tanda vital - Kolaborasi pemberian nyeri pada
dalam batas normal analgetik jika diperlukan klien
- Skala nyeri - Membantu
berkurang klien untuk
- Klien mampu menurunkan
mengungkapkan nyeri secra
nyerinya berkurang mandiri
secara verbal - Berkolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain
guna
kesembuhan
klien

Resiko jatuh Setelah dilakukan - Sediakan jalan tandem - Untuk


berhubungan tindakan keperawatan - Latihan ROM aktif memberikan
dengan selama 3x24 jam - Lakukan latihan fisik keamanan
kelemahan diharapkan klien dapat - Beri penerangan yang pada klien
terhindar dari jatuh cukup - Untuk melatih
dengan kriteria hasil : - Sediakan keset anti slip kekuatan otot
- Tanda – tanda vital klien
dalam batas normal - Untuk
- Terpasang mengurangi
penghalang bed resiko jatuh
- Lingkungan aman karena gelap
- Untuk
mengurangi
resiko jatuh

Gangguan Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian - Memberi


pola tidur tindakan keperawatan masalah gangguan tidur informasi
berhubungan selama 3x24 jam klien dasar dalam
dengan diharapkan gangguan - Lakukan persiapan menentukan
penyakit istirahat tidur berkurang untuk tidur malam rencana
covid 19 dengan kriteria hasil : sesuai dengan pola tidur keperawatan
- Tanda – tanda vital klien sebelumnya - Mengatur
dalam batas normal - Keadaan tempat tidur pola tidur
- Klien tampak rileks yang nyaman klien
dan segar - Mengurangi
- Klien dapat tidur 6-8 gangguan
jam setiap malam tidur
- Meningkatkan
pola tidur

Ansietas Setelah dilakukan - Anxiety reduction - Untuk


berhubungan tindakan keperawatan - Gunakan pendekatan mengurangi
dengan selama 3x24 jam menyenangkan cemas
krissis diharapkan cemas - Identifikasi tingkat - Untuk
siuasional pasien berkurang kecemasan mengetahui
dengan kriteria hasil : - Intruksi pasien tingkat
- Anciety Control menggunakan relaksasi kecemasan
- Coping vital sign - Berikan obat untuk - Untuk
status mengurangi kecemasan mengontrol
- Menunjukkan teknik kecemasan
untuk mengontrol - Kerja sama
cemas teknik nafas antar tim
dalam kesehatan
- Klien dalam lain.
keadaan rileks
- Klien
mengungkapkan
cemas berkurang

DAFTAR PUSTAKA

Murwani, Arita. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan Kedua.


Yogyakarta : Penerbit fitra maya
Nurarif, A.H dan Hardhi K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Mediaction : Yogyakarta..
Susilo, Adityo. 2019. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : DPP
PPNI
Arjatmo et al (2001).Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta : FKUI
Carpenito,L.J.(2009).Diagnosa Keperawatan:aplikasi pada praktikedisi 9.
Jakarta:EGC
Depkes RI. (2010).Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta.Depkes RI
Nurarif,(2015). Nanda Nic-Noc, Jogjakarta: Medication
Gunawan,Lany. (2012). Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai