Anda di halaman 1dari 21

 

DISKUSI TOPIK

PNEUMONIA WUHAN

Disusun oleh:
Amyra Andia Nissa (1406642183)
Fatmah Azzuhra Lubis (1406642271)
Alyssa Putri Mustika (1406527910)
Diana Ashilah Rifai (1006804735)
Salma Suka Kyana Nareswari (1406546310)
Yan Martha Putri (1406642561)
Abritho Zaifar (1406642151)
Wildan Iman Santoso (1306436691)
Febrina. Nur Alfiah R (1406574352)

JANUARI 2020
MODUL PRAKTIK KLINIK PULMONOLOGI

 
 

I. Etiologi

Coronavirus (CoV) merupakan bagian dari virus yang menyebabkan spektrum penyakit
dari melasma hingga penyakit yang lebih berbahaya seperti ​Middle East Respiratory
Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome ​(SARS-CoV).
Coronavirus sendiri merupakan virus yang ditransmisikan secara zoonotic, yaitu
transmisi antara hewan ke manusia. Pada SARS-CoV transmisi virus berasal dari
musang, sedangkan MERS-CoV ditransmisikan melalui unta ke manusia.​1,2

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO telah menyatakan penyakit ​pneumonia of


unknown etiology ​yang pertama kali dideteksi pada Kota Wuhan, Hubei, China.
Pneumonia ini disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru (2019-nCoV) yang
sebelumnya belum pernah terdeteksi pada manusia.​1,2

Dalam kejadian luar biasa di Wuhan, China, sebagian besar pasien dengan ​pneumonia of
unknown origin, ​memiliki kesamaan pernah bepergian ke pasar hewan laut. Sehingga
kejadian transmisi coronavirus yang baru ini masih sesuai dengan jenisnya yang lain,
yaitu adanya transmisi dari hewan ke manusia. Namun, terdapat pula pasien yang belum
pernah datang ke pasar laut tersebut, sehingga masih terdapat kemungkinan adanya
transmisi dari manusia ke manusia.​2

II. Epidemiologi

Per tanggal 19 Januari 2020, WHO telah mengkonfirmasi kasus ​novel pneumonia di kota
Wuhan sebanyak total 62 kasus. Laporan pertama yang dikeluarkan oleh Cina, terdiri dari
44 kasus, dengan kondisi 11 pasien sakit berat dan 33 pasien stabil. Kemudian, di luar
kota Wuhan, telah terkonfirmasi secara laboratorium kasus ​novel pneumonia i​ ni sebanyak
2 kasus di Thailand dan 1 kasus di Jepang. Semua kasus di luar Cina memiliki riwayat
berkunjung baru-baru saja dari Wuhan atau penduduk Wuhan.​1,2

Laporan mengenai rincian pasien yang sudah terdeteksi belum dikeluarkan oleh komisi
kesehatan kota Wuhan maupun WHO. Sejauh ini, kasus kematian yang sudah dilaporkan

 
 

adalah sebanyak 2 kasus. Keduanya merupakan pasien laki-laki berusia geriatri (61 dan
69 tahun).​1,2

Sumber infeksi yang dipikirkan adalah pasar hewan laut Huanan, di Wuhan. Pada tanggal
1 Januari 2020, pasar tersebut resmi ditutup untuk dilakukan desinfeksi dan evaluasi
sanitasi. Hal ini dipikirkan karena hampir semua pasien merupakan pedagang atau
pengunjung pasar Huanan. Namun, petugas kesehatan di Wuhan masih mencari
kemungkinan penyebab lain karena masih terdapatnya pasien yang tidak mempunyai
riwayat kunjungan ke pasar tersebut.​1

Menurut perhitungan estimasi kasus potensial yang dikeluarkan oleh ​Imperial College
London, ​diperkirakan pada tanggal 12 Januari 2020, terdapat 1723 kasus potensial (​95%
CI: 427 - 4.471) yang sudah mulai memunculkan gejala. Studi ini didasarkan oleh
beberapa asumsi yaitu: 1) ​catchment population bandara internasional Wuhan adalah 19
juta orang, 2) rata-rata waktu antara infeksi dan deteksi penyakit adalah 10 hari, 3) total
volume penumpang bandara internasional Wuhan dalam 2 bulan terakhir adalah 3301
orang per hari.​3

III. Diagnosis

Pneumonia wuhan disebabkan oleh ​novel corona virus (nCoV) yang merupakan ​strain
terbaru dari ​corona virus. ​Infeksi tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit
termasuk ​severe acute respiratory infection ​(SARI). SARI adalah ARI dengan suhu ≥38
°C disertai batuk, dengan onset 10 hari, serta membutuhkan perawatan. Infeksi nCoV
dapat dicurigai apabila memenuhi hal-hal dibawah ini:

1. SARI dengan gejala klinis yang tidak memenuhi etiologi lain, namun mencakup​4​:

a. Orang dengan riwayat perjalanan ke kota Wuhan, provinsi Hubei, China dalam
14 hari sebelum gejala muncul

 
 

b. Pada tenaga medis yang merawat pasien SARI, dengan mengabaikan adanya
riwayat perjalanan

c. Pada pasien dengan tampilan klinis yang tidak khas, dengan kondisi yang semakin
menurun meski telah diberikan pengobatan sesuai etiologi yang dipikirkan
sebelumnya, dengan mengabaikan adanya riwayat perjalanan

2. ARI, dimana dalam 14 hari sebelum gejala muncul, terdapat kontak dengan​4​:

a. Orang yang telah dikonfirmasi memiliki infeksi nCoV, kontak dalam jarak dekat
ketika gejala muncul

b. Tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan yang telah terdapat laporan
mengenai infeksi nCoV

Infeksi nCoV dapat memberikan berbagai gejala klinis antara lain:

1. Penyakit yang tidak memiliki komplikasi

Gejala yang dapat timbul antara lain demam, batuk, nyeri tenggorokan, sumbatan
hidung, malaise, dan nyeri kepala. Pada pasien geriatri, gejala yang diberikan mungkin
tidak khas.​4

2. Pneumonia ringan

Pada pasien dewasa terdapat berbagai gejala pneumonia pada umumnya seperti
demam, sesak, batuk produktif dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut tidak memenuhi
kriteria pneumonia berat yang dijelaskan berikutnya. Anak dengan pneumonia yang
tidak berat akan menunjukkan gejala batuk, kesulitan bernafas, takipnea, dan tidak
memenuhi gejala pneumonia berat. Takipnea pada anak yang dimaksud adalah ≥60
kali/menit pada usia kurang dari 2 tahun, ≥50 kali/menit pada usia 2-11 bulan, ≥40
kali/menit pada usia 1-5 tahun.​4

 
 

3. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa, terdapat gejala demam yang disertai salah satu tanda berikut:
takikardi >30 kali/menit; adanya ​severe respiratory distress​; atau SpO​2​<90% pada
suhu ruangan.​4

Pada pasien anak terdapat gejala batuk atau kesulitan bernafas ditambah dengan satu
tanda berikut: sentral sianosis atau SpO​2​<90%; adanya ​severe respiratory distress
(grunting, ​retraksi dada berat); tanda bahaya (tidak dapat menyusu atau minum air,
letargis, pingsan, kejang). Terdapat juga gejala pneumonia lain seperti takipnea yang
telah dijelaskan diatas.​4

4. Acute respiratory distress syndrome

Onset gejala yang terjadi dapat baru maupun adanya perburukan dari gejala
sebelumnya. Pada pemeriksaan foto thoraks (radiografi, CT Scan, atau USG paru)
menunjukkan adanya opasitas bilateral, kemungkinan terjadi efusi, kolaps paru atau
lobus, dan adanya nodul. Terjadinya edema tidak disebabkan oleh gangguan jantung
atau overload cairan. Selain itu, terdapat kriteria oksigenasi baik pada dewasa maupun
anak-anak yang dijelaskan pada gambar dibawah.​4

5. Sepsis

Pada pasien dewasa terdapat gejala antara lain terdapat tanda infeksi, gangguan
kesadaran, kesulitan bernafas, takipnea, penurunan saturasi oksigen, penurunan ​urine
output​, takikardi, nadi teraba lemah, ekstremitas dingin, tekanan darah rendah,
mottling ​pada kulit, atau hasil laboratorium yang menunjukkan adanya koagulopati,
trombositopenia, asidosis, peningkatan jumlah laktat, serta hyperbilirubinemia.​4

Pada pasien anak terdapat gejala infeksi dan memenuhi ≥2 kriteria SIRS (salah
satunya harus memenuhi kriteria suhu atau leukosit.​4

 
 

6. ​Shock

Pada pasien dewasa mencakup gejala berupa hipotensi terus menerus meski telah
dilakukan ​loading ​cairan, penggunaan vasopressor untuk mempertahankan MAP≥65
mmHg, dan serum laktat >2mmol/L.​4

Pada pasien anak mencakup gejala hipotensi (tekanan sistolik kurang dari persentil
ke-5 atau >2 SD dibawah standar umur) atau 2-3 dari gejala berikut: gangguan
​ 90 kali per menit atau >160 kali per
kesadaran; takikardia atau bradikardia (​infant <
menit, anak <70 kali per menit atau >150 kali per menit), CRT >2 detik, takipnea,
mottling ​pada kulit atau petekie atau purpura; peningkatan laktat, penurunan ​urine
output​, hipertermia atau hipotermia.​4

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan. Pemeriksaan tersebut


akan dilakukan berulang minimal 2-4 hari sehingga ditemukan hasil negatif untuk dua
kali pemeriksaan berturut-turut. Pemeriksaan tersebut antara lain​4​:

1. Pemeriksaan darah untuk menentukan etiologi pneumonia dan sepsis. Idealnya,


pemeriksaan dilakukan sebelum pemberian terapi

2. Pemeriksaan nCoV menggunakan RT-PCR. Specimen dapat diambil dari saluran


nafas atas maupun bawah.

3. Pemeriksaan serologi apabila pemeriksaan RT-PCR tidak tersedia

 
 

IV. Tatalaksana

1. Terapi Suportif Awal dan Monitoring

A. Suplementasi Oxygen

Oxygen terapi 5L/min agar mencapai target saturasi oxygen > 90% pada pasien tidak
hamil dan >92%-95% pada pasien hamil. Pada anak dengan kasus darurat
harus mencapai target saturasi >94%. Akan tetapi, jika tidak ada
tanda-tanda darurat, target saturasi adalah >90%. Semua area dimana
pasien dengan SARI dirawat harus di monitoring dengan pulse oximeter,
sistem oksigen, ​oxygen delivering-interfaces ( nasal kanul, face mask,
mask dengan kantong reservoir).

B. Konservatif menejemen cairan ( tidak dengan shok)

Pasien dengan SARI harus di terapi dengan hati-hati saat pemberian cairan intravena
karena resusitasi cairan yang agresif bisa menyebabkan perburukan
oxigenisasi, terutama pada pelayanan dimana alat ventilasi mekanik
terbatas.

C. Antimikrobial Empiris

Pemberian antimikrobial empiris harus sesuai dengan diagnosis klinis (community


acquired pneumonia, healthcare-associated pneumonia atau sepsis),
epidemiologi lokal dan guideline tatalaksana. Neuraminidase bisa
diberikan jika pasien terduga dengan influenza. Pemberian terapi empiris
harus berbasis pertimbangan klinis.

D. Monitoring Pasien dengan SARI

Monitoring pasien secara efisien sangat diperlukan untuk melihat jika ada tanda-tanda
perburukan agar terapi lanjutan bisa cepat diberikan.

 
 

E. Pengertian tentang komorbiditas pasien dengan SARI.

Keputusan untuk menentukan terapi kronik yang harus dilanjutkan dan yang bersifat
sementara sangat diperlukan karena bisa menentukan prognosis pasien.
Komunikasi dengan pasien dan keluarga juga harus diteruskan secara
proaktif.

2. Terapi pasien dengan ARDS

A. Mengenali severe hypoxemic respiratory failure

Pasien dengan ARDS dapat memiliki klinis seperti peningkatan usaha untuk bernapas
walaupun sudah diberikan terapi oksigen melalui face mask dengan
kantong reservoir (10-15 L/min). Hypoxemic respiratory failure pada
pasien dengan ARDS biasanya terjadi karena ​intrapulmonary
ventilation-perfusion mismatch dimana pasien memerlukan terapi ventilasi
mekanik.

B. Intubasi Endotrakeal

V. Tindakan Preventif dan Kontrol dalam Infeksi Coronavirus

Strategi pencegahan dan membatasi transmisi ini disadur oleh panduan kontrol WHO
dalam menangani MERS-CoV. Strategi dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut:​1

1. Pengenalan awal dan kontrol sumber infeksi​4

Dalam mengidentifikasi penyakit ini, fasilitas kesehatan diharapkan untuk:


● Mendorong pekerja kesehatan untuk memiliki kecurigaan klinis yang
tinggi terhadap infeksi tersebut
● Menyediakan kuesioner skrining

 
 

● Menyediakan rambu bagi pekerja kesehatan di area publik untuk


mengingatkan pasien yang simtomatik

Selain itu, promosi kesehatan tentang higienitas respirasi juga penting dalam
menggalakkan pencegahan infeksi coronavirus. Pasien dengan suspek infeksi
nCoV harus ditempatkan pada area di luar jangkauan pasien lain, serta ​Infection
Prevention Control (​ IPC) yang lain seperti pada droplet dan kontak harus
diimplementasikan.

2. Pengaplikasian ​Standard Precautions​ untuk semua pasien​4

Pencegahan Standar untuk semua pasien ini meliputi


● Higienitas tangan dan respirasi: pemakaian masker pada pasien suspek
infeksi nCoV yang mampu mentoleransinya, mengajarkan etika batuk dan
bersin kepada pasien, dan melakukan mencuci tangan setelah kontak
dengan sekret pernapasan.
● Pemakaian ​Personal Protective Equipment (​ PPE) sesuai dengan risiko dan
ketepatan, sehingga dapat menurunkan transmisi patogen.
● Pencegahan ​needle-stick​ atau​ sharp injury
● Manajemen ​safe-waste
● Pembersihan lingkungan dan sterilisasi alat-alat kesehatan dan linen
● Disinfektan dengan air dan detergen, serta pengendalian disinfektan
dengan sodium hipoklorit adalah prosedur yang cukup dan efektif.
Tentunya dilakukan secara konsisten, menyeluruh, dan tepat sesuai dengan
prosedur yang rutin dan aman.

3. Implementasi pencegahan empiris (droplet dan kontak, dan transmisi udara) untuk
kasus tersangka​4

Contact and Droplet precautions ini diimplemetasikan bagi semua individu, terutama
anggota keluarga, tamu, dan pekerja kesehatan yang meliputi:

 
 

● Penempatan pasien pada ruang tunggal berventilasi, dengan standar


ruangan bangsal 160 L/detik/pasien
● Bila ruangan tunggal ini tidak tersedia, pasien-pasien tersangka diletakkan
dalam ruangan yang sama, dengan jarak antar tempat tidur adalah 1 m
● Pemakaian masker wajah
● Pemakaian alat proteksi mata/wajah
● Pemakaian gaun ​fluid resistant yang berlengan panjang, serta bersih,
non-steril
● Pemakaian sarung tangan
● Pemakaian alat yang ​single use disposable atau yang benar-benar
diperuntukkan (seperti stetoskop, ​cuff sphygmomanometer, dan
termometer). Bila akan digunakan secara bergantian, harap bersihkan dan
disenfeksi dengan etil akohol 70% pada pemakaian antar pasien.
● Menghindari kontak tangan yang terkontaminasi ke mata, hidung, atau
mulut
● Membatasi atau menghindari transpor pasien keluar ruangan, kecuali
benar-benar dibutuhkan secara medis. Penggunaan x-ray portabel dan/atau
alat diagnostik khusus lainnya sangat dianjurkan. Bila transpor
dibutuhkan, maka penyediaan rute khusus untuk meminimalisir kontak
dengan staf, pasien lain, tamu, serta menyediakan masker untuk pasien
tersebut sangat dibutuhkan. Pastikan juga bahwa petugas kesehatan yang
membawa pasien ini menggunakan PPE yang layak.
● Membersihkan dan disinfeksi rutin daerah-daerah yang kontak dengan
pasien
● Membatasi jumlah petugas kesehatan, anggota keluarga, dan tamu yang
kontak dengan pasien suspek infeksi nCoV. Pencatatan orang-orang yang
masuk ke dalam ruangan harus diterapkan.

Airborne precaution juga dapat dilakukan dalam mencegah transmisi coronavirus,


terutama dalam tindakan - tindakan medis seperti intubasi trakea, ventilasi

 
 

non-invasif, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum


intubasi dan bronkoskopi. Maka dari itu, petugas kesehatan diharapkan untuk
melakukan prosedur:
● Pemakaian proteksi respirator seperti NIOSH-​certified N95, serta selalu
melakukan ​seal-check​.
● Proteksi mata dengan ​goggles​ atau ​face shield.​
● Penggunaan gaun lengan panjang yang bersih dan non-steril, serta sarung
tangan. Bila gaun tidak ​fluid-resistant​, gunakan apron yang tahan air.

4. Kontrol administratif​4
Secara administratif, fasilitas kesehatan dapat menyediakan infrastruktur yang
terstandardisasi IPC, melakukan pelatihan kepada pekerja kesehatan,
mengedukasi ​care-givers pasien, serta kebijakan dalam pengenalan awal penyakit
seperti akses khusus ke ​laboratory testing atau penatalaksanaan Instalasi Gawat
Darurat yang padat (dengan rasio ​patient-to-staff yang layak), serta regulasi
alat-alat kesehatan.

5. Kontrol lingkungan dan ​engineering4​


Kontrol ini meliputi infrastruktur dasar bagi fasilitas pelayanan kesehatan seperti
penyediaan ventilasi pada semua area, serta pembersihan lingkungan yang
adekuat.

VI. Prognosis

Memahami prognosis pneumonia Wuhan menjadi penting karena dengan menyebarnya


informasi mengenai penyakit ini, dunia mulai mempertanyakan “seberapa berbahayakah
penyakit ini?”. Terutama mengingat coronavirus sendiri merupakan kelompok virus yang
juga menyebabkan SARS dan MERS-CoV yang dapat mematikan.​15 Prognosis sendiri
dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu ad vitam (hidup), ad functionam (fungsi) dan ad
sanationam (sembuh). Dengan minimnya informasi yang ada, sulit untuk menentukan
prognosis pasti karena belum ada kejelasan tentang profil virus dan spektrum klinis.

 
 

Namun, penulis memperkirakan prognosis berdasarkan laporan kasus yang dipublikasi


WHO sejak 31 Desember 2019 hingga saat ini.
Menurut berita terakhir dari ​website ​WHO, per tanggal 19 Januari 2020, terdapat
total 62 kasus, dengan kondisi 11 pasien sakit berat, 12 dinyatakan sembuh dan pulang
dari rumah sakit, 2 pasien meninggal dunia dan sisanya dalam kondisi stabil.​16
Kasus di Thailand yaitu seorang wanita berusia 61 tahun dari Wuhan juga
dinyatakan membaik dan akan segera dipulangkan dari rumah sakit, menurut Sukhum
Kanchanapimai, Sekretaris Kesehatan Masyarakat Thailand.​17 Begitu pula kasus di
Jepang, yaitu seorang pria asal Cina berusia antara 30 tahun yang memiliki demam sejak
3 Januari 2020, sudah dinyatakan afebrile dan dipulangkan dari rumah sakit tanggal 15
Januari 2020.​16
Menilik dua kasus meninggal dunia, kedua pasien berusia lanjut dan diketahui
memiliki latar belakang penyakit medis lainnya. Pasien pertama yang meninggal dunia
berusia 61 tahun, yang juga memiliki diagnosis tumor abdomen dan gangguan fungsi
hati. Pasien kedua yang meninggal adalah seorang pria berusia 69 tahun, dengan nama
belakang Xiong, yang menderita gangguan respirasi pada tanggal 31 Desember 2019
berdasarkan pernyataan ​Wuhan Municipal Health Commission.​ Pasien ini meninggal 7
hari kemudian, setelah pasien menunjukkan fungsi renal abnormal, kegagalan fungsi
berbagai organ, inflama​si otot jantung. Pernyataan dari komisi kesehatan Wuhan tidak
menjelaskan apakah kematian kedua pasien ini disebabkan oleh viral pneumonia nCoV
atau kondisi medis pasien sebelumnya.​18
Belum ada informasi kasus re-infeksi atau kekambuhan.
Untuk itu, berdasarkan informasi yang ada, dapat diperkirakan bahwa prognosis
ad vitam dubia ad bonam, ad fungsionam dubia ad bonam, dan ad sanationam dubia.
Informasi tambahan setiap harinya dapat merubah prognosis saat ini. Contohnya, pada
awal menyebarnya SARS, Departemen Kesehatan menyatakan angka kematian SARS
hanya 3,8%​19​, tapi pada akhir epidemik, angka kematian SARS rata-rata mencapai 14-15
(berbeda setiap rentang usia).​20

 
 

VI. Peran sebagai dokter

Peran dokter dalam penanganan pneumonia Wuhan ini adalah untuk mendeteksi, meneliti
dan yang paling penting adalah untuk mengedukasi masyarakat. Dengan masih
kurangnya informasi yang didapatkan tentang Pneumonia Wuhan, dokter mempunyai
kunci penting untuk menambahkan informasi mengenai ini. Selain itu, yang paling
penting adalah dokter harus sadar bahwa walaupun Pneumonia Wuhan belum ada di
Indonesia, namun dengan tingginya transmigrasi maka resiko penularan Pneumonia
Wuhan dapat meningkat.

Pendeteksian dan Screening

Menurut WHO, ada beberapa orang yang harus dilakukan pengawasan pneumonia ini:​4

1. Individu dengan infeksi saluran nafas besar (SARI), dengan adanya riwayat
demam dan batuk yang membawa individu ke rumah sakit tanpa adanya etiologi
yang jelas. (Memperhatikan juga apabila terdapat gejala atipikal pada pasien yang
immunocompromised​) dan juga:
a. Individu dengan riwayat tinggal di atau berpergian ke daerah Wuhan,
Hubei di Cina, setidaknya 14 hari sebelum munculnya gejala
b. Staf medik yang mempunyai penyakit dengan riwayat bekerja di dekat
dengan pasien dengan SARI dengan/tanpa melihat tempat tinggal atau
riwayat berpergian.
2. Individu yang mengalami gejala tidak terduga atau atipikal, terutuma mengalami
perburukan walaupun sudah diberi pengobatan, tanpa melihat tempat tinggal atau
riwayat berpergian, walaupun etiologi lain sudah ditemukan yang
menggambarkan presentasi klinis yang dialami
3. individu dengan masalah akut pada saluran pernafasan dengan derajat keparahan
apapun yang ada 14 hari sebelum munculnya gejala terpapar dengan:
a. kontak dengan individu yang mengalami infeksi nCoV (novel corona
virus)

 
 

b. fasilitas kesehatan pada negara yang sudah terekspos dengan


hospital-associated​ nCoV
c. berkunjung atau berkerja di pasar yang menjual binatang di Wuhan, Cina
d. kontak langsung dengan binatang di negara dimana nCoV diketahui
menyebar pada populasi binatang atau dimana infeksi manusia telah
terjadi dikarenakan transmisi ​zoonotic (​ hewan-hewan)

Dengan ini, tujuan dari pengawasan dapat tercapai yaitu:

1. Mendeteksi kasus atau kluster nCoV dan memperkuat adanya bukti


human-to-human transmission
2. Menentukan faktor resiko dan daerah resiko terhadap infeksi ini
3. Menentukan karakterisik dari penyakit ini (periode inkubasi, spektrum dari
penyakit, dan perjalanan penyakit)
4. Menentukan karakteristik epidemiologi dari nCoV (eksposur yang mengakibatkan
infeksi ini, faktor resiko, jumlah infeksi sekunder, dan cara transmisi.)

Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan, informasi tentang pneumonia Wuhan ini masih sangat
minim. Salah satu tugas menjadi dokter adalah untuk menambahkan informasi mengenai
penyakit ini untuk meningkatkan kualitas kesehatan pada masyarakat. Menurut situs
WHO tatalaksana spesifik dari pneumonia wuhan masih belum jelas. Selain itu,
karakteristik penyakit, mode transmisi, dan faktor resiko juga belum jelas ditentukan. Hal
ini sangat mengkhawatrikan sehingga diperlukan penelitian tentang hal ini untuk
mempersiapkan dan mencegah terjadinya wabah penyakit ini. Salah satunya dalah
melakukan pengawasan dan ​screening​ seperti yang telah dikemukakan diatas.​4,5

Edukasi

Edukasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh dokter untuk masyarakat.
Edukasi yang dapat diberikan adalah untuk tidak panik dengan adanya penyakit ini,

 
 

bagaimana cara mencegah, informasi apa saja yang telah ditemukan mengenai hal ini,
dan apa yang perlu diperhatikan dengan adanya penyakit ini.

Pada press release yang telah dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) mengenai ​Outbreak ​pneumonia di tiongkok, PDPI menyarankan untuk:​6

1. Masyarakat tidak panik


2. Masyarakat waspada apabila mengalami gejala demam, batuk, sulit bernafas dan
segera mencari pertolongan ke RS
3. Nasihat untuk kesehatan:
a. Melakukan kebersihan tangan secara rutin terutama sebelum memegang
mulut, hidung dan mata; dan setelah memegan instalasi publik
b. Mencuci tangan dengan air dan sabun dan bilas selama 20 detik dan
keringkan atau cuci tangan menggunakan alkohol 70-80% ​handrub
c. Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk
d. Gunakan masker apabila memiliki gejala saluran napas dan berobat ke
fasilitas kesehatan
4. Nasihat untuk berpergian:
a. Hindari kontak dengan hewan atau burung
b. Hindari berpergian ke pasar basah, perternakan atau pasar hewan hidup
c. Hindari kontak dekat dengan pasien yang mempunyai gejala infeksi
saluran napas
d. Patuhi petujuk keamanan makanan dan aturan kebersihan
e. Apabila mengalami badan yang kurang sehat terutama apabila ada demam
atau betak, dianjurkan untuk memakai masker dan pergi ke fasilitas
layanan kesehatan
f. Apabila kembali dari daerah ​outbreak disarankan untuk ke dokter apabila
ada gejala demam atau lainnya serta menginformasikan riwayat perjalanan
dan menggunakan masker.

 
 

PDPI juga menginformasikan bahwa belum ada vaksin yang terbuat untuk mencegah
terjadinya pneumonia wuhan.​6

Semua hal ini merupakan hal-hal yang perlu disampaikan sebagai edukasi dokter ke
masyarakat terhadap bagaimana cara bertindak menghadapi Pneumonia Wuhan.

Keselamatan Staf Medis

Dokter mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini. Dikarenakan
dokter mempunyai kesempatan untuk berkontak langsung dengan pasien yang mengalami
penyakit-penyakit SARI. Pada penelitian di Hong-Kong, ditemukan bahwa setelah
terjadinya pandemi SARS sikap dokter sehari-hari berubah dan adapun beberapa yang
menutup klinik. Sikap yang berubah adalah sikap terhadap pencegahan dan pengendalian
infeksi (memakai masker, memakai celemek, mencuci tangan, memakai kacamata, dan
lainnya). Hal ini perlu diperhatikan sebagai dokter bahwa resiko penularan lebih tinggi
sehingga sikap PPI harus diperhatikan lebih serius lagi dan dilakukan dengan
sebaik-baiknya di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit setelah melakukan tugas
di rumah sakit untuk mencegah terjadinya penularan pada orang terdekat di lingkungan
rumah.​7

VII. Peran Indonesia

Sampai saat ini belum ada laporan mengenai suspek kasus pneumonia yang disebabkan
oleh coronavirus ini di Indonesia. Peran yang dimainkan oleh Indonesia adalah dengan
menyiapkan reaksi cepat jika terjadi kasus serupa, dan prevensi masuknya penyakit ini.
Menurut statement yang dikeluarkan oleh direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, pada jumat lalu bahwa antisipasi
penularan infeksi virus korona baru ini sudah dilakukan yang dimulai dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang berada di bandara, pelabuhan dan batas lintas negara.
Pada KKP ini telah dipasang dan adanya penambahan unit thermal scanner yang
berfungsi untuk mendeteksi individual dengan suhu tubuh yang tinggi atau demam, serta
pemberian kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card) khususnya untuk masyarakat

 
 

yang baru saja berpegian ke China dan Taiwan pada 2 minggu terakhir. Dihimbau bahwa
pihaknya akan melakukan antisipasi penyebaran virus melalui pencegahan, deteksi dini,
dan respon tanggap.​8-9

Sebagai bentuk pencegahan masyarakat dihimbau untuk menghindari kontak dengan


individu yang dicurigai memiliki penyakit tersebut dan untuk menggunakan masker.
Surat edaran pun dan himbauan telah dikirimkan pada Dinas Kesehatan di tingkat
provinsi, kabupaten dan kota yang berisi himbauan untuk meningkatkan kewaspadaan
dan untuk lebih aktif melakukan penelsuran di daerah untuk kasus yang dicurigai
disebabkan oleh coronavirus ini.​8

Selain itu Kedutaan Besar RI di Beijing telah mengeluarkan himbauan kepada warna
negara Indonesia yang tinggal di Tiongkok mengenai adanya wabah penyakit ini dan
untuk mewaspadai gejala nya. Kedutaan Besar RI di Beijing menawarkan bantuan untuk
WNI yang memerlukan bantuan kesehatan, atau untuk individual yang memerlukan
informasi lebih lanjut. Kedutaan Besar RI juga menjelaskan bahwa seorang WNI yang
meninggal pada tanggal 13 januari kemarin di rumah Beijing bukanlah disebabkan oleh
penyakit ini.​10

VIII. Peran WHO

World Health Organization (WHO) merupakan sebuah organisasi dibawah PBB yang
beranggotakan 194 negara dan peran utamanya merupakan memimpin dan
mengkoordinasi kesehatan dunia didalam sistem PBB. WHO bekerja untuk
mempromosikan kesehatan di seluruh dunia, menjaga keamanan dunia, dan melayani
yang lemah. WHO terutama bekerja dalam mengkoordinasi sistem kesehatan untuk
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat di dunia. WHO bertujuan untuk memastikan
satu milyar orang memiliki cakupan kesehatan semesta (universal health coverage),
melindungi satu milyar orang dari kegawatdaruratan medis, dan menyediakan kesehatan
yang lebih baik untuk milyaran orang lainnya di dunia.​11

 
 

Dalam melindungi rakyat di dunia dari kegawatdaruratan medis, WHO berperan dalam
mempersiapkan kegawatdaruratan dengan cara identifikasi, mitigasi, dan manajemen
risiko, mencegah terjadinya kegawatdaruratan dan mendukung perkembangan alat yang
dibutuhkan saat wabah, mendeteksi dan merespons kegawatdaruratan kesehatan akut, dan
mendukung berjalannya pelayanan kesehatan yang diperlukan pada saat keadaan yang
rentan.​12

Dalam menangani kegawatdaruratan medis dan wabah, WHO memiliki visi yaitu, seluruh
negara dan komunitas global memiliki dan aktif berkontribusi terhadap informasi,
kebijakan, kapasitas, praktik, dan akses terhadap sumber daya, keahlian, dan jaringan
yang dibutuhkan untuk menginformasikan kepada masyarakat dan menjaga masyarakat
tetap aman dari risiko yang terkait kesehatan, bahaya, dan kegawatdaruratan. WHO
memiliki tujuan untuk memperkuat kapasitas nasional dan global untuk mendeteksi,
mempersiapkan, dan memberikan respons terhadap risiko keamanan kesehatan, bahaya,
dan kegawatdaruratan; memperkuat persiapan nasional dan global untuk
kegawatdaruratan kesehatan; memimpin dan membimbing ketika terjadi wabah yang
besar atau kegawatdaruratan terkait kesehatan lainnya terjadi.​12

Terkait dengan munculnya cluster pneumonia dengan etiologi novel coronavirus (nCoV)
di Wuhan, Cina, WHO telah mengeluarkan pedoman agar berbagai negara dapat
melakukan persiapan untuk menghadapi pneumonia nCoV ini. Termasuk didalamnya
panduan untuk melakukan pengawasan terhadap kasus pneumonia nCoV, pengambilan
dan uji sample di laboratorium, manajemen klinis, kontrol infeksi di pusat kesehatan, dan
komunikasi dengan publik terkait nCoV ini, dan pedoman untuk menurunkan angka
transmisi hewan ke manusia.​5 ​WHO juga telah mengeluarkan national capacities review
tool for nCoV untuk meninjau kesiapan negara dalam menghadapi infeksi nCoV.
National capacities review tool for nCoV ini bertujuan untuk membantu negara untuk
memahami kapasitas yang telah ada di area yang terdeteksi nCoV dan respons yang harus
diberikan terhadap infeki nCoV. Dikarenakan data yang masih terbatas, pedoman yang

 
 

telah diterbitkan oleh WHO ini masih akan terus dikembangkan ketika didapatkan
informasi tambahan mengenai pneumonia nCoV.​13

Salah satu pedoman yang dikeluarkan oleh WHO adalah pedoman mengenai pengawasan
perkembangan pneumonia ini. Tujuan utama pengawasan yang dimaksudkan oleh WHO
yaitu untuk mendeteksi kasus infeksi nCoV dan bukti adanya transmisi antar manusia
yang terus-menerus terjadi dan menentukan faktor risiko dan area yang secara geografis
berisiko terjadinya infeksi virus tersebut. Investigasi klinis dan epidemiologis tambahan
juga dibutuhkan untuk menentukan karakteristik klinis penyakit ini, seperti periode
inkubasi, spektrum penyakit ini, dan perjalanan penyakit pneumonia ini. Selain itu, juga
diperlukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik epidemiologis terkait
pneumonia nCoV ini. Karakteristik epidemiologis ini, seperti faktor risiko, paparan yang
menyebabkan terjadinya infeksi, cara transmisi dan secondary attack rate.​4

Dikarenakan sumber transmisi dan cara transmisi yang belum diketahui dengan pasti,
WHO menyarankan untuk menerapkan prinsip dasar untuk mencegah penularan infeksi
pernapasan akut, seperti:​14

● Menghindari kontak dekat dengan seseorang yang mengalami infeksi pernapasan akut

● Sering mencuci tangan, terutama setelah kontak dengan orang yang sakit atau dengan
lingkungan orang sakit

● Menghindari kontak dengan binatang ternak atau binatang liar tanpa menggunakan alat
pelindung

● Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut harus melakukan etika batuk yang benar

● WHO tidak mengeluarkan rekomendasi khusus untuk pelancong. Apabila terdapat gejala
yang mengarah kepada infeksi pernapasan baik selama ataupun setelah bepergian,
pelancong dianjurkan untuk mencari pertolongan medis dan segera memberitahukan
riwayat perjalanan kepada dokter yang bersangkutan.

 
 

REFERENSI

1. Pneumonia of unknown cause – China [Internet]. World Health Organization. 2020 [cited
19 January 2020]. Available from:
https://www.who.int/csr/don/05-january-2020-pneumonia-of-unkown-cause-china/en/
2. Novel Coronavirus 2019 Situation Summary, Wuhan, China | CDC [Internet]. Cdc.gov.
2020 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-nCoV/summary.html
3. Imai N, Dorigatti I, Cori A, Riley S, Ferguson N. News / Wuhan Coronavirus [Internet].
Imperial College London. 2020 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://www.imperial.ac.uk/mrc-global-infectious-disease-analysis/news--wuhan-coronav
irus/
4. World Health Organization. Surveillance case definitions for human infection with novel
coronavirus (nCoV): Interim Guidance v2. Available online [cited 19 January 2020]:
https://www.who.int/internal-publications-detail/surveillance-case-definitions-for-human-
infection-withnovel-coronavirus-(ncov)
5. Coronavirus [Internet]. World Health Organization. 2020 [cited 19 January 2020].
Available from: https://www.who.int/health-topics/coronavirus
6. Press Release “Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ​Outbreak ​Pneumonia di
Tiongkok [press release]. Indonesia: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 17 January
2020.
7. Wong WCW, Lee A, Tsang KK, Wong SYS. How did general practitioners protect
themselves, their familt and staff during the SARS epidemic in Hong Kong? J Epidemiol
Community Health. 2004;58:180-5.
8. Anung S. Statement Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan tentang Pneumonia Wuhan. Presentation presented at; 2020;
Kementrian Kesehatan.
9. Media K. Wabah Virus Misterius China, WNI Diimbau untuk Tunda Pergi ke Wuhan
[Internet]. KOMPAS.com. 2020 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://sains.kompas.com/read/2020/01/18/120000523/wabah-virus-misterius-china-wni-
diimbau-untuk-tunda-pergi-ke-wuhan

 
 

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 425 [Internet].


Peraturan.bkpm.go.id. 2020 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENKES_425_2007.pdf
11. What We Do [Internet]. World Health Organization. [cited 19 January 2020]. Available
from: https://www.who.int/about/what-we-do
12. Outbreaks and Health Emergencies [Internet]. World Health Organization. [cited 19
January 2020]. Available from: https://www.who.int/about/structure/organigram/hse/en/
13. World Health Organization. National capacities review tool for a novelcoronavirus. 2020
[cited 19 January 2020] Available from:
https://www.who.int/internal-publications-detail/national-capacities-review-tool-for-a-no
velcoronavirus
14. Novel Coronavirus - Japan (ex-China). World Health Organization. 2020 [cited 19
January 2020]. Available from:
https://www.who.int/csr/don/17-january-2020-novel-coronavirus-japan-ex-china/en/
15. World Health Organization. Middle East respiratory syndrome coronavirus Joint
Kingdom of Saudi Arabia/WHO mission. Riyadh; 2013.
16. Novel Coronavirus – Japan (ex-China) [Internet]. World Health Organization. 2020 [cited
19 January 2020]. Available from:
https://www.who.int/csr/don/17-january-2020-novel-coronavirus-japan-ex-china/en/
17. Novel Coronavirus – Thailand (ex-China) [Internet]. World Health Organization. 2020
[cited 19 January 2020]. Available from:
https://www.who.int/csr/don/14-january-2020-novel-coronavirus-thailand/en/
18. Sivamboon B. China Reports 2nd Death From Virus Behind Pneumonia Outbreak. New
York Times [Internet]. 2020 [cited 19 January 2020];. Available from:
https://www.nytimes.com/aponline/2020/01/16/world/asia/ap-as-china-outbreak.html
19. Ditemukan Satu Kasus Probable SARS di Indonesia [Internet]. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2003 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://www.depkes.go.id/article/view/498/ditemukan-satu-kasus-probable-sars-di-indone
sia.html
20. WHO | Update 49 - SARS case fatality ratio, incubation period [Internet]. World Health
Organization. 2003 [cited 19 January 2020]. Available from:
https://www.who.int/csr/sars/archive/2003_05_07a/en/ 

Anda mungkin juga menyukai