Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

A
DI RUANGAN IGD RSUD KOTA BAUBAU
TAHUN 2023

NAMA : Isya Mayuni Sompi


NIM : 4201020007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2023
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Teori
A. Definisi
Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat
invasi mikroorganisme kedalam aliran darah yang terjadi dalam Satu
bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi Sepsis
neonatorum onsetdini (SNOD) dan sepsis neonatorum onset Lanjut
(SNOL). (Mansur,dkk2014)
Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme
mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini.
Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang
mengancam kehidupan (Guyton&hall,2015).
MenurutM. Ahenderson (2015) Syok septic adalah syoka kibat
infeksiberat, dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah.
E.colli merupakan kuman yang sering menyebabkan syok ini.
Syok septik adalah syok yang di sebabkan oleh infeksi yang
menyebar luas yang merupakan bentuk paling umum syok distributif.
Pada kasus trauma, syok septik dapat terjadi bila pasien datang
terlambat beberapa jam kerumah sakit. Syok septik terutama terjadi
pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi
rongga peritonium dengan isi usus (Mansur,dkk2014)
B. Etiologi
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif.
Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan
virus juga dapat menyebab syok septic. (Guyton&hall,2015)
1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobic
a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp,
Pseudomonassp, Bacteroidessp, dan Proteussp.
b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan
Pneumokokus.
2. Infeksi viral, fungal, dan riketsia
3. Kerusakan jaringan, yang dapat menyababkan kegagalan
Penggunaan oksigen sehingga menyebabkan MOSF.
4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partuslama.
Faktor dan Resiko Sepsis
a. Faktor–faktor pejamu
 Umur yang ekstrim
 Malnutrisi
 Kondisi lemah secara umum
 Penyakit kronis
 Penyalagunaan obat dan alkohol
 Neutropenia
 Splenektomi
 Kegagalan banyak organ
b. Faktor–faktor yang berhubungan
 Penggunaan kateter invasif
 Prosedur-prosedur operasi
 Luka karena cidera atau terbakar
 Prosedur diagnostik invasif
 Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid)
C. Manifestasi klinis
Demam dan menggigil merupakan gejala yang sering ditemukan
pada kasus dengan sepsis. Gejala atau tanda yang terjadi juga
berhubungan dengan lokasi penyebab sepsis. Penilaian klinis perlu
mencakup pemeriksaan fungsi organ vital, termasuk (Davey, 2011):
1. Jantung dan sistem kardiovaskular, meliputi pemeriksaan suhu,
tekanan darah vena dan arteri.
2. Perfusi perifer, paseien terasa hangat dan mengalami vasodilatasi
pada awalnya, namun saat terjadi syok septic refrakter yang sangat
berat, pasien menjadi dingin dan perfusinya buruk.
3. Status mental, confusion sering terjadi terutama pada manula.
4. Ginjal, seberapa baik laju filtrasi glomerulus (GFR), kateterisasi
saluran kemih harus dilakukan untuk mengukur outputurin tiap jam
untuk mendapatkan gambaran fungsi ginjal.
5. Fungsi paru, diukur dari laju pernapasan, oksigenasi, dan perbedaan
O2 alveoli-arteri (dari analisis gas darah arteri). Semuanya harus
sering diperiksa, dan apabila terdapat penurunan fungsi paru, maka
pasien perlu mendapatkan bantuan ventilasi mekanis.
6. Perfusi organ vital, yang terlihat dari hipoksia jaringan, asidemia gas
darah arteri dan kadar laktat.
7. Fungsi hemostatik, diperiksa secara klinis dengan mencari ada atau
tidaknya memar-memar, perdarahan spontan (misal pada tempat-
tempat pungsi vena, menimbulkan dugaan adanya kegagalan system
hemostatik, yang membutuhkan tambahan produk darah.
Menurut (Muttaqin, 2010), pada pasien syok sepsis sering
ditemukan edema paru, sehingga diperkirakan insufisiensi paru
pascatrauma merupakan sebagai faktor penyebab, kecuali pada luka
bakar, lesi intrakranial, atau kontusio paru. Septikemia karena basil gram
negatif infeksi ekstrapulmonal merupakan faktor penyebab penting
edema paru karena peningkatan permeabilitas kapiler paru. Edema paru
difus dapat terjadi tanpa multiplikasi aktif mikroorganisme dalam paru.
Bakta & Suastika (2012) mengatakan bahwa penyebab dasar sepsis
dan syok septik yang paling sering adalah infeksi bakteri. Sebelum
pemakaian anti biotik meluas, penyebab tersering adalah bakteri gram
positif terutama dari jenis streptokokus dan stafilokokus. Akan tetapi
setelah anti biotik berspektrum luas mulai tersedia, maka sepsis sering
muncul sebagai akibat infeksi nosokomial oleh bakteri gram negatif,
sehingga sekarang ini jumlah sepsis yang disebabkan oleh gram positif
dan negatif hampir sama.
Serum Procalsionindiproduksi di sel C kelenjar Tyroid, merupakan
prekursor kalsitonin. Protease secara spesifik membelah serum
prokalsitonin menjadi calcitonin, catacalcin dan residu N-terminal.
Biasanya serum Procalsitonin dibelah dan tidak ada yang dilepaskan
kedalam aliran darah. Tingkat serum Procalsitonintidak terdeteksi ( < 0,1
ng /ml.). Tingkat serum Prokalsitonindapat meningkat lebih dari 100 ng /
ml selama infeksi berak dengan manifestasi sistemik. Pada kondisi ini,
serum prokalsitonin mungkin diproduksi oleh jaringan exstra Thyroid.
Pada saat terjadi sepsis Prokalsionin berfungsi menghambat
Prostaglandin dan sintesis tromboksan (Sudhir et al, 2011).
D. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif
yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif
ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas
arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan
terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan-peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke
intertisial yang terlihat sebagai udem.
Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh
penurunanperfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk
menggunakan oksigenkarena toksin kuman. Gejala syok septik yang
mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok hipovolemia
(takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin< 0.5 cc/kg/jam, tekanan
darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien
sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal
mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir
normal, dan tekanan nadi yang melebar.
E. Pemeriksaan penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
Mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan-
pemeriksaan yang antaralain:
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi
organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat
yang paling efektif.
2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemo
konsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya, di ikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) dengan peningkatan pita
(berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
3. Elektrolit serum : Berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi
ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati Yang di
asosiasikan dengan hati/sirkulasitoksin/statussyok.
6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati,
syok
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan
glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari
puasa/perubahan seluler dalam metabolism
8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidak seimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau
kegagalan hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolic terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan
distritmia menyerupai infarkmiokard.
Gambaran Hasil laboratorium :
a. WBC >12.000/mm 3 atau < 4.000/mm 3 atau10% bentuk
immature
b. Hiperglikemia > 120mg/dl
c. Peningkatan Plasma C-reaktif protein
d. Peningkatan plasma procalcitonin
e. Serum laktat > 1mMol/L
f. Creatinin > 0,5mg/dl
g. INR > 1,5
h. APTT > 60
i. Trombosit < 100.000/mm3
j. Total bilirubin > 4mg/dl
k. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
F. Penatalaksanaan medis
Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan speci menurin, darah,
sputum dan drainase luka di lakukan dengan Teknik aseptic. Antibioktik
spectrum luas di berikan sebelum menerima laporan Sensitifitas dan
kultur untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien (Smeltzer,2015).
Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan Pada
awalnya. Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic Sebagai
anorganism gram negative dan beberapa gram positif. Saat laporan
sensitifitas dan kultur tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra
lebih spesifik di targetkan pada organisme penginfeksi dan kurang toksin
untuk pasien.
Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti Jalur
intravena dan kateter urin. Setiap abses harus dialirkan dan area nekrotik
dilakukan debidemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua
klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam
penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4
hari dari awitan syok. Pemberian makanentral lebih dipilih dari pada
parentera lkecuali Terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal.
ASUHAN KEPERA WATAN
PADA Tn. A DENGAN KEGAWATAN SISTEM
IMUN DENGAN Dx Medis
:Syok Sepsis

I. Pengkajian

a. IDENTITAS
Nama/Initial : Tn. A
Umur & Alamat : 40 Tahun Jl. Hayam Wuruk
Pekerjaan : swasta
Tanggal MRS : 30 November 2021
Tgl pengkajian : 30 November 2021
Penanggung Jwb : Ny. M Alamat Jl. Hayam Wuruk
No.Register : -
Dx.Medis : syok septik

b. KELUHAN UTAMA
Saat MRS pasien dengan keluhan sesak nafas, badan panas, dan lemas
dengan kesadaran somnolen
(Jika nyeri maka gunakan pendekatan PQRST).................................

Saat Pengkajian keluarga klien mengatakan badan klien panas dan lemas
sejak tadi pagi dan pada sore hari pasien sesak napas
(Jika nyeri maka gunakan pendekatan PQRST)......................

c. RIWAYAT PENYAKIT / MEKANISME TRAUMA


Sejak pagi tadi pasien panas dan lemas di sertai makan dan minum hanya
sedikit. Pada sore harinya pasien di lakukan sesak nafas dan kesadaran
sudah menurun

d. RIWAYAT LINGKUNGAN (TKP)


Tidak terkaji
e. PEMERIKSAAN FISIK
□ AIRWAY :
Keadaan Jalan Nafas
Tingkat Kesadaran : Somnolen
Pernafasan : Dyspneiu
Benda Asing Di Jalan Nafas : Tidak
Ada Bunyi Nafas : Ronchi
Hmbusan Nafas : Terasa
□ BREATHING :
Fungsi Penafasan
Jenis Pernafasa : Dyspneu (pola napas sesak)
Frekwensi Pemasaran : 25x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas : 90%
Kelainan Dinding Thoraks : Ada
Jejas Bunyi Nafas : Ronchi
Hembusan Nafas : Terasa

□ CIRCULATION :
Keadaa Sirkulasi
Tingkat Kesadaran : Somnolen
Perdarahan (internal/eksternal) :-
Tidak Ada Kapilari Refill :<3 detik
Nadi Radial/carotis : Teraba, 100x/menit
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Akral Perifer : Hangat
Suhu Tubuh : 38C
Nadi : 105x/menit

□ DISABILITY :
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E 3, V 3, M4
Refleks Fisiologis : positif
Refles patologis : Negatif

333 333

Kekuatan Otot : 333 333

Skala Nyeri : Tidak Terkaji

□ EXPOSURE :
Tidak terdapat luka/jejas pada tubuh pasien dan keadaan
emosianal pasien tidak terkaji, pasien dengan kesadaran somnolen

□ FULL Vital Sign & Five Intervention


o Nadi : 100x/menit
o TD : 90/60 mmHg
o SUHU : 38c
o RR : 25x/menit
Monitor Denyut Jantung (+)
Pulse Oximetri +/-
Indwelling kateter (+)
NOT +/-
Pemeriksaan Laboratorium +/-
o GIVE A COMFORT

o HISTORY & HEAD TO TOE ASSESSMENT


▪ History
▪ Head to toe
• Kepala :
 Bentuk simetris, warna rambut hitam dan tipis,
tampak adanya uban.
 Distribusi merata
 Kotoran kulit kepala / ketombe (+), kepala
pusing.
• Leher
 Pulsasi Vena jugularis (+), teraba kuat
 Jugularis Vena preasure (-)
 Pasien menggunakan otot bantu pernafasan
• Dada (Thorax)
 Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+)
 Fremitus vokal drxtra sinistra simetris
 Auskultasi Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak
terdengar bunyi gellop (Bj 3)
 Terdengar bunyi nafas tambahan (ronchi)
 Jantung :
o Inpeksi : ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5
linea media clavicularis sinistra
o Auskultasu : bunyi jantung S1/S2 tegak
murmur (-)
• Abdomen :
 Inpeksi :
bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak
tampak adanya traum, tidak terlihat adanya
bendungan pembuluh darah vena pada abdomen.
 Palapasi :
Nyeri tekan tidak, benjolan atau massa tidak
ada, tanda ascites tidak ada.
 Perkusi : Suara abdome tympani
 Auskultasi : Terdengar bising usus 8x/menit
• Panggul
• Alat kelamin :
Bersi, tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter
• Ekstremitas : atas
 Status sirkulasi : Nadi radialis teraba 105
x/menit, CRT<3 detik. Akral dingin
Ekstremitas bawah :
 Keadaan injury : terdapat edema pada
ekstremitas bawah (kaki kanan dan kiri).
o INSPEKSI ( back bone)

f. Riwayat penyakit terdahulu :


Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayatDiabetes Melitus
(DM)
g. Riwayat keluarga :
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki keturunan penyakit
Diabetes Melitis (DM)

Genogram :

40 thn istri

Tn.A Ny
SyokaAsepsis

Ket :

Laki-laki :

Perempuan :

Menikah :

Tinggal dalam satu rumah :

Berdasrakan genogram di atas di jelaskan bahwa Tn.A adalah


anak peratam dari tiga bersaudara dan menikah dengan Ny.M adalah
anak dari dua bersaudara dan mempunyai anak dua orang yaitu anak
pertama perempua dan anak terakhir perempuan. Selain itu pasien
menderita penyakit syok sepsis serta penyakit yang di derita Tn.A tidak
ada yang di timbulkan dari keluarga.

h. Pola pemenuhan ADL :


 Kebutuhan nutrisi
 Pola makan 3 x sehari, terdiri dari lauk dan pauk.
 Minum air putuih ± 5-7 gelas perhari.
 Suaka minum air kopi setiap pagi hari.

 Pola eliminasi
 Pola BAB 2x sehari, biasanya pada pagi hari.
 Pola BAK 5-7 x sehari, pasien mengeluh saat BAK terasa nyeri

 Pola istirahat tidur


 Istrahat siang ± 2 jam sehari, istrahat malam ± 6-7 jam setiap
malam

 Pola aktifitas
 Aktivitas sehari-hari sebagai petani
 Istrahat siang ± 2 jam sehari, istrahat malam ± 6-7 jam setiap
malam

 Pola kebersihan :
 Pola mandi 2x sehari, gosok gigi 2 x sehari
 Sumber air bersih

 Pola komunikasi

 Pola toleransi-koping

i. PEMERIKSAAN LABORATORIUM/ RADIOLOGI


□ Laboratorium
Jumlah Leukosit : H 17,85,10 3/UL (4,0-10,0)
Jumalah eritrosit : L 4,32,10 6/UL (4,5-6,2)
Hemoglobin : L 12,4 g/dL (13-18)
Hematokrit : L 36,3 % (40-54)
RDW-CV : H 16,6 % (11-16)
Neutrofi : H 95,5 % (50-70)
Limfosi : L 1,7 % (20-40)
SGOT : H 45 U/L (0-37)
Glukosa sewakti : H 261 mg/dL (80-200)
Ph : H,55 (7,35-7,45)
PO2 : LL 77 mmHg (80-100)
□ Rontegen
□ EKG
□ Terapi medis

II. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Ketidak Gangguan
Keluarga pasien mengtakan seimbangan perukatukaran gas
Pasien sesak nafas dan ventilasi-perfusi
badanya lemas
DO :
a. Pasien tampak sesak
b. Pasien dengan
Kesadaran somnolen
c. RR : 25 x/menit
d. Nadi 105x/menit
e. Pasien tampak
menggunakan retraksi
otot dada
DS : Penggunaan otot Pola nafas tidak
Keluarga pasien mengatakan bantu pernafasan efektif
pasien sesak nafas
Do :
a. Pernafasa pasien 25
x/menit
b. Pasien tampak sesak
c. Pasien tampak
menggubakan otot
bantu pernafasan
DS: Proses penyakit Hipertermia
Keluarga pasien mengatakan
badan pasien panas sejak
tadi pagi
DO :
Suhu : 38 C

III. Diagnosa Keperawatan

Tgl/Jam No. Diagnosa Keperawatan Paraf


Dx
Selasa 30-11- D.20008 1. Gangguan pertukaran gas
21 D.20005 2. Pola nafas tidak efektif
D.0130 3. Hipertermia

IV. Plannig
TANGGAL No. Dx Tujuan/ Intervensi Rasional
Kriterua
Evaluasi
30-11-21 D.20008 Setelah di Dukungan a. Untuk
lakukan Ventilasi : menentukan
perawatan 1 x a. Identifikasi perkembangan
24 jam adanya peningkatan
gangguan kelelahan otot kekuatan otot
pertukaran gas bantu napas pada pasien
berangsur- b. Monitor b. Untuk
angsur status mengetahui
meningkat respirasi dan adanya
kriteria hasil : oksigen. perubahan
a. tingkat c. Pertahankan nilai O2
kesadaran kepatenan c. Berika O2
meningkat jalan napas dengan
(5) d. Berikan posisi menggunakan
b. bunyi napas semi fowler non
tambahan atau fowler. rebreathing
meningkat mask
(5) e. Berikan d. Membantu
oksigen sesui meningkatkan
kebutuhan. ventilasi dan
oksigenasi
yang adekuat
e. Untuk
kepatenan
jalan nafas
30-11-21 D.20005 Setelah di Manajemen a. Untuk dapat
lakukan Jalan Napas : mempertahan
perawatan 1 x a. Monitor pola kan pola nafas
24 jam pola napas secara efektif
nafas tidak (frekuensi, b. Untuk
efektif kedalaman, mengetahui
berangsur- dan usaha bunyi nafas
angsur napas) dengan tepat
membaik b. Monitor bunyi dan baik
kriteria hasil : napas c. Untuk
a. Penggunaa tambahan. mempertahan
n otot c. Pertahankan kan kepatenan
bantu kepatenan jalan nafas
napas jalan napas dengan head-
meningkat dengan head- tilt dan chinlift
(1) tilt dan chin- (jaw-thrust
b. Frekuensi lift (jaw- jika curiga
napas thrust jika trauma
membaik curiga servikal)
(5) trauma d. Untuk
servikal) memberikan
d. Posisikan rasa nyaman
semi fowler dan dapat
atau fowler mengurangi/m
e. Berikan enurunkan
oksigen jika sesak secara
perlu efektif
f. Kolaborasi e. Untuk
pemberian melancarkan
bronkodilator, sirkulasi darah
ekspektoran, dan
mukolitik, jika pernapasan
perlu dalam tubuh
f. Agar
mempermuda
h
penyembuhan
dan pemulihan
pasien secara
normal baik
dengan
manual
maupun
menggunakan
alat
30-11-21 D.0130 Setelah di Manajemen a. Monitor
lakukan Hipertermia : penyebab
perawatan 1 x a. Identifikasi hipertemi
24 jam penyebab b. Untuk
hipertermia hipertermia mengetahui
berangsur- b. Monitor suhu kenaikan suhu
angsur tubuh tubuh pada
membaik c. Berikan pasien secara
kriteria hasil : oksigen jika tiba-tiba
a. Suhu tubuh perlu c. Untuk
membaik melancarkan
(5) sirkulasi darah
dan
pernapasan
dalam tubuh

V. Implementasi

No. Dx Tanggal/Jam Implementasi Paraf


D.0008 30-11-21 a. Mencatat pergerakan dada, Isya
amati kesimetrisan, Msyuni
penggunaan oto bantu Sompi
b. Memonitoring respirasi dan
status O2
c. Memberikan O2 dengan
menggunakan non
rebreathinng mask
d. Memberikan posisi semi fowler
atau fowler tinggi
e. Membantu kepatenan jalan
nafas
D.0005 30-11-21 a. Monitoring pola napas Isya
(frekuensi, kedalaman, dan Mayuni
usaha napas) Sompi
b. Monitoring bunyi napas
tambahan.
c. Mempertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin- lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
d. Memberikan posisi semi fowler
atau fowler
e. Memberikan oksigen jika perlu
f. mengKolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
D.0130 30-11-21 a. Mengidentifikasi penyebab Isya
hipertermi Mayuni
b. Memonitoring suhu tubuh Sompi
c. Memberikan oksigen jika perlu

VI. Catatan Perkembangan

Tgl/Jam No. Dx Evaluasi TTD


Selasa D.0008 S: Isya
30-11-21 - Sesak nafas pasien sudah Mayuni
mulai berkurang Sompi
O:
- Keadaan umum : cukup
- Kesadaran :
Composmentia
- GCS 4-5-6
- TTV
TD :104/71 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
SPO2% : 97%
A:
- Masalah sebagian teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Selasa D.0005 S: Isya
30-11-21 -Keluarga pasien mengatakan Mayuni
pasien sudah tidak sesak Sompi
O : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Selasa D.0130 S: Isya


30-11-21 -keluarga pasien mengatakan Mayuni
badan pasien tidak panas lagi Sompi
O : Suhu 36
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai