A. Definisi
Istilah sepsis berasal dari bahasa Yunani “sepo” yang artinya membusuk dan pertama
kali dituliskan dalam suatu puisi yang dibuat oleh Homer (abad 18 SM). Kemudian pada tahun
1914 Hugo Schottmuller secara formal mendefinisikan “septicaemia” sebagai penyakit yang
disebabkan oleh invasi mikroba ke dalam aliran darah. Walaupun dengan adanya penjelasan
tersebut, istilah seperti “septicaemia:, sepsis, toksemia dan bakteremia sering digunakan saling
tumpang tindih.
Berdasarkan buletin yang diterbitkan oleh WHO (World Health Organization) pada tahun
2010, sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif pada negara maju,
dan insidensinya mengalami kenaikan. Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di Amerika
Serikat. Hal seperti ini juga terjadi di negara berkembang, dimana sebagian besar populasi dunia
bermukim.
B. Patofisiologi
Sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari respon
pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh.10 Bersamaan dengan kondisi ini, abnormalitas sirkular
seperti penurunan volume intravaskular, vasodilatasi pembuluh darah perifer, depresi
miokardial, dan peningkatan metabolisme akan menyebabkan ketidakseimbangan antara
penghantaran oksigen sistemik dengan kebutuhan oksigen yang akan menyebabkan hipoksia
jaringan sistemik atau syok.11 Presentasi pasien dengan syok dapat berupa penurunan
kesadaran, takikardia, penurunan kesadaran, anuria. Syok merupakan manifestasi awal dari
keadaan patologis yang mendasari. Tingkat kewaspadaan dan pemeriksaan klinis yang cermat
dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda awal syok dan memulai penanganan awal.
Irvan, I., Febyan, F., & Suparto, S. Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline Terbaru. JAI
(Jurnal Anestesiologi Indonesia), 10(1), 62-73.
Etiologi sepsis
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi
dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000
kelahiran hidup. Sepsis neonatal dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7 hari pertama dengan
organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui saluran genital ibu. Sepsis neonatal
dapat terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih yang disebut sepsis lambat, yang mudah
menjadi berat dan sering menjadi meningitis. Sepsis nosokomial terutama terjadi pada bayi berat
lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan dengan angka kematian yang sangat tinggi. Karena
masih tingginya angka kematian sepsis neonatal, tatalaksana yang utama adalah upaya pencegahan
dengan pemakaian proteksi di setiap tindakan terhadap neonatus, termasuk pemakaian sarung
tangan, masker, baju dan kacamata debu serta mencuci segera tangan dan kulit yang terkena darah
atau cairan tubuh lainnya
Faktor risiko
Mikroorganisme Penyebab Sepsis Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis
nosokomial. Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman usus Gram
negatif, terutama Escherisia coli, Listeria monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya
(termasuk Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae.
Sedangkan penyebab sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus
epidermidis), kuman Gram negatif (Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.
1. Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah: • Prematuritas dan berat lahir
rendah, disebabkan fungsi dan anatomi kulit yang masih imatur, dan lemahnya sistem
imun, • Ketuban pecah dini (>18 jam), • Ibu demam pada masa peripartum atau ibu
dengan infeksi, misalnya khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina
oleh GBS, kolonisasi perineal dengan E. coli, • Cairan ketuban hijau keruh dan berbau, •
Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir, • Kehamilan kembar, • Prosedur invasif, •
Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal, • Bayi dengan
galaktosemi, • Terapi zat besi, • Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang
terlalu lama, • Pemberian nutrisi parenteral, • Pemakaian antibiotik sebelumnya, dan •
Lain-lain misalnya bayi laki-laki terpapar 4x lebih sering dari perempuan
Tanda dan gejala
Diagnosis
Diagnosis syok septik meliputi diagnosis klinis syok dengan konfirmasi mikrobiologi etiologi
infeksi seperti kultur darah positif atau apus gram dari buffy coat serum atau lesi petekia
menunjukkan mikroorganisme. Spesimen darah, urin, dan cairan serebrospinal
sebagaimana eksudat lain, abses dan lesi kulit yang terlihat harus dikultur dan dilakukan
pemeriksaan apus untuk menentukan organisme. Pemeriksaan hitung sel darah, hitung
trombosit, waktu protrombin dan tromboplastin parsial, kadar fibrinogen serta D-dimer, analisis
gas darah, profil ginjal dan hati, serta kalsium ion harus dilakukan. Anak yang menderita harus
dirawat di ruang rawat intensif yang mampu melakukan pemantauan secara intensif serta
kontinu diukur tekanan vena sentral, tekanan darah, dan cardiac output. Tanda-tanda klinis
yang dapat menyebabkan dokter untuk mempertimbangkan sepsis dalam diagnosis diferensial,
yaitu demam atau hipotermia, takikardi yang tidak jelas, takipnea yang tidak jelas, tanda-tanda
vasodilatasi perifer, shock dan perubahan status mental yang tidak dapat dijelaskan.
Pengukuran hemodinamik yang menunjukkan syok septik, yaitu curah jantung meningkat,
dengan resistensi vaskuler sistemik yang rendah. Abnormalitas hitung darah lengkap, hasil uji
laboratorium, faktor pembekuan, dan reaktan fase akut mungkin mengindikasikan sepsis
http://eprints.undip.ac.id/44902/3/Yessica_Putri_H_22010110120030_Bab2KTI.