TUTORIAL KEP.MATERNITAS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas oleh
bimbingan Hendrawati S.Pd.S.Kep.,Ners.,M.Kes
Disusun oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KASUS 2 INTRANATAL
Seorang perempuan usia 30 tahun G1P0A0 hamil 39 minggu datang ke Puskesmas Jatinangor
pada tanggal 25 Februari 2020 pukul 09.00 WIB dengan keluhan perut mules dan keluar
lendir
bercampur darah dari jalan lahir. Pasien mengatakan mules dirasakan sejak 05.30 WIB. Hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan hasil : Kesadaran composmentis, TD: 120/80
mmHg,
RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Suhu: 37,7ºC. Hasil palpasi : Leopold I, TFU 34 cm teraba
bokong, Leopold II punggung kiri, Leopold III kepala sudah masuk PAP, dan Leopold IV
divergen. DJJ 150x/ menit. Kontraksi 2 x dalam 10 menit durasi 20 detik. Hasil pemeriksaan
dalam
: portio tebal, selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 2 cm.
Pukul 11.30 dilakukan pemeriksaan kembali, didapatkan hasil: TD: 100/70 mmHg, RR:
20x/menit, HR: 87 x/menit, Suhu: 36,1°C. Hasil palpasi: kontraksi uterus 3x dalam 10 menit
durasi
25 detik; DJJ 139x/menit. Hasil pemeriksaan dalam: portio tebal, lunak, ketuban utuh,
pembukaan
5 cm, presentasi belakang kepala, penurunan kepala 4/5, tidak ada penyusupan.
Pukul 12.00 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 30 detik, DJJ 141x/menit, nadi 80x/menit
Pukul 12.30 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 35 detik, DJJ 140x/menit, nadi 85x/menit
Pukul 13.00 : kontraksi 3x dalam 10 menit selama 40 detik, DJJ 141x/menit, nadi 88x/menit
Pukul 13.30 : kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 143x/menit, nadi 88x/menit
Pasien
terpasang infus dengan cairan RL 500 ml 20 tetes/menit.
Pukul 14.00 : kontraksi 4x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 145x/menit, nadi 85x/menit
10.
Pukul 14.30 pasien mengeluh mulesnya semakin kuat, wajah tampak meringis dan
mengatakan
keluar air air dari jalan lahir. Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmhg, HR: 88x/menit, RR:
22x/menit, suhu: 36,6 ºC. Kontraksi 3x dalam 10 menit selama 45 detik. DJJ : 143x/menit.
Pembukaan serviks 8 cm, selaput negative cairan ketuban jernih. presentasi belakang kepala,
penurunan kepala 2/5, tidak ada penyusupan.
Pukul 15.00 : kontraksi 5x dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ 140x/menit, nadi 88x/menit
Pukul 15.30 : kontraksi 5x dalam 10 menit selama 50 detik, DJJ 143x/menit, nadi 88x/menit
Pukul 16.00 : kontraksi 5x dalam 10 menit selama 50 detik, DJJ 141x/menit, nadi 85x/menit
KALA II
Pukul 16.25 pasien mengeluh kontraksi semakin kuat, pasien tidak kuat ingin meneran.
Kontraksi
5 x dalam 10 menit selama 50 detik. DJJ: 160 x/menit, HR: 85x/menit. Pembukaan lengkap,
presentasi belakang kepala, penyusupan kepala molage berdekatan, kepala janin menonjol di
perineum. Pasien dipersiapkan untuk dipimpin meneran, pasien diposisikan litotomi
Pukul 16.45 seorang bayi perempuan lahir dengan berat 3000 gram, panjang 50 cm, lingkar
kepala
30 cm, bayi menangis spontan. AS 9/10
Dilakukan penatalaksanaan Kala III dengan memberikan oksitosin 1 ampul via IM Plasenta
lahir
lengkap 16.50 WIB. Tidak terdapat laserasi dan perkiraan perdarahan ±150cc
Observasi Kala IV:
1. Pukul 17.05: TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit, Suhu 36,60C. TFU setinggi pusat.
Kontraksi
uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam normal.
2. Pukul 17.20: TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit. TFU setinggi pusat. Kontraksi uterus
baik
(keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam normal.
3. Pukul 17.35: TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi
uterus
baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam normal.
4. Pukul 17.50: TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi
uterus
baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam normal.
5. Pukul 18.20: TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit, Suhu: 36C. TFU 2 jari dibawah pusat.
Kontraksi uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam
normal.
6. Pukul 18.50 TD: 110/70 mmHg, HR: 82x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi
uterus
baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah perdarahan pervaginam normal. Perawat
mendokumentasikan semua yang dilakukan dalam partograf
Learning Objektif
Hubungan antara fetus dan panggul untuk menentukan posisi janin hubungan ini
ditentukan dengan menentukan titik tertentu pada permukaan persentasi dan
menghubungkannya dengan 4 difisi/kuadrat imaginer panggul anterior kiri, posterior
anterior kanan dan posterior kanan. Pembagian ini membantu menunjukan apakah bagian
presentasi mengarah ke sisi kanan atau kiri, ke depan atau belakang panggul.
Malpresentasi merupakan bagian terendah janin yang berada dibagian segmen bawah
Rahim bukan bagian belakang kepala.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir.
(Prawirohardjo,2001)Tujuan perawatan intrapartum adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi nya,melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta terintervensi minimal,sehingga prinsip kemanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.Dengan pendekatan seperti
ini,berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang
kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya manfaat apabila diaplikasikan
pada setiap proses persalinan.
Menurut Sumarah (2009, pp.2-4), bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan
pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan
his.Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu :
1) Estrogen
2) Progesteron
a) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus
yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi
koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
d) Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan
oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya
persalinan.
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan
persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin
(1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan
kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas
janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan
antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya.
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
g) Faktor lain
4. Metode-metode bersalin
a. Persalinan normal tanpa bantuan alat
Jenis persalinan ini sangat populer di kalangan ibu-ibu, karena banyak yang mengatakan
bahwa seorang ibu belum menjadi ibu sejati jika belum melahirkan secara normal.
Persalinan normal adalah persalinan yang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu apa
pun dengan bayi keluar melalui alat vital sang ibu dengan letak belakang kepala / ubun-
ubun kecil. Untuk melakukan persalinan normal ini setidaknya dibutuhkan 3 hal utama
yaitu kekuatan mengejan sang ibu, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin. Ketiga faktor
tersebut harus terpenuhi, artinya ketiganya harus dalam keadaan baik.
Kekuatan mengejan ibu sangat dibutuhkan agar janin dapat didorong ke bawah dan
masuk kerongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul, posisi kepala
sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan dada janin. Posisi yang demikian akan
memudahkan kepala janin lolos melalui jalan lahir, yang kemudian diikuti dengan
beberapa gerakan selanjutnya. Nah setelah kepala keluar, barulah bagian tubuh janin
yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki. Apakah anda
berminat melahirkan dengan cara normal?
b. Persalinan dengan alat bantu vakum
Persalinan dengan bantuan vakum pada dasarnya tergolong sebagai peersalinan normal,
hanya saja dibantu dengan alat berupa vakum. Vakum atau ekstrasi vakum adalah alat
penghisap berbentuk cup yang digunakan untuk menarik keluar bayi dengan perlahan
dan lembut. Cara kerjanya hampir seperti vakum cleaner tetapi prosesnya lebih
manusiawi. Cara penggunaan vakum adalah dengan meletakan vaakum diatas kepala
bayi yang menghubungkan mangkuk dengan mesin. Alat ini menggunakan tenaga pompa
atau listrik. Vakum dinyalakan pada saat ibu mengejan dan mulut Rahim sudah terbuka
penuh
serta kepala bayi sudah berada dibagian bawah pinggul. Vakum hanya akan dilakukan
jika terdapat beberapa kemungkinan buruk diantaranya adalah :
Membahayakan kesehatan dan nyawa ibu dan anak.
Proses persalinan yang lama sehingga ibu kehabisan tenaga.
Ibu mengalami hipertensi (preeklamsia).
Gawat janin yang ditandai dengan DJJ lebih dari 160 kali permenit atau melambat
mencapai 80 kali permenit (bayi kekurangan oksigen).
Pada saat menggunakan vakum seorang ibutidak boleh mengejan terlalu kuat karena
dapat memicu hipertensi dan membahayakan jiwa sang ibu. Persalinan menggunakan
vakum ini membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit secara keseluruhan.
c. Persalinan dengan alat bantu forsep
Persalinan dengan bantuan alat forsep ini dilakukan apabila mengalami kesulitan akibat
kondisi ibu yang tidak bagus, misalnya terkena serangan jantung, asma, atau keracunan
kehamilan dan dapat membahayakan nyawa ibu dan anak. Forsep adalah alat bantu
persalinan yang terbuat dari logam menyerupai sendok. Persalinan dengan forsep ini
dapat dilakukan meskipun ibu tidak mengejan. Caranya adalah dengan meletakan forsep
diantara kepala bayi dan memastikan itu terkunci dengan benar, artinya kepala bayi
dicengkeram dengan kuat dengan forsep. Kemudian forsep akan ditarik keluar sedangkan
ibu tidak perlu mengejan terlalu kuat. Persalinan forsep biasanya membutuhkan
episiotomy.
d. Persalinan di dalam air
Metode persalinan ini kurang begitu popular, namun telah ada sebagian ibu yang
melahirkan dengan metode ini. Metode ini dianggap sebagai metode persalinan normal
terbaik karena mempunyai beberapa efek positif, baik bagi ibu maupun bayinya. Cara
melakukan persalinan di dalam air adalah sebagai berikut :
- Dilakukan di dalam sebuah kolam dari plastic berukuran 2 meter atau bath tube.
- Pada alas kolam diusahan ada benjolan-benjolan agar posisi anda tidak merosot.
- Pompa pengatur air agar tetap bersirkulasi.
- Pengatur suhu (water heater) untuk menjaga air tetap hangat.
- Thermometer untuk mengukur suhu.
- Kolam yang sudah disterilkan kemudian diisi air yang suhunya disesuaikan
dengan suhu tubuh, sekitar 36-37 celcius agar bayi tidak merasakan perbedaan
suhu yang ekstream antara di dalam perut dan diluar.
Namun dalam melakukan persalinan di dalam air ini harus tetap dalam pengawasan
medis, dan harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukannya. Karena tentuya
dokter mempunyai pertimbangan yang bijak untuk kebaikan anda. Seorang ibu tidak
boleh melahirkan di dalam air apabila : ibu sedang dalam perawatan medis, ibu memiliki
penyakit herpes, pnggul ibu kecil, dan bayi sungsang atau melintang.
e. Operasi Caesar
Operasi Caesar atau bedah sesar adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan
dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerotomi) untuk
mengeluarkan bayi. Operasi ini biasanya dilakukan karena permintaan ibu yang takut
melahirkan secara normal. Namun operasi Caesar juga bisa dilakukan apabila kondisi ibu
tidak memungkinkan, meskipun sang ibu ingin melahirkan normal.
5. Nilai dan keyakinan (budaya) selama persalinan
Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan
merangsang mulas. Memang,rumput Fatimah bias membuat mulas pada ibu hamil,tapi apa
kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi,harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum
meminumnya.soalnya,rumput ini hanya boleh diminum pada pembukaannya sudah mencapai
3-5 cm,letak kepala bayi sudah masuk panggul,mulut rahim sudah lembek atau tipis,dan
posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang,tak
boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Tarlebih jika pembukaannya belum ada, tapi
si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini,bias-bisa janinnya malah naik ke atas dan
membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau,akhirnya dilakukan jalan operasi.
Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan madu tidak boleh
sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup,sebaiknya jangan minum madu
karena bias mengakibatkan overweight.bukankah madu termasuk karbonhidrat yang
paling,tinggi kalorinya. Jadi,madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik
dari batas yang di tentukan,sebaiknya segera dihentikan.akan halnya telur tak masalah,karena
mengandung protein yang juga menambah kalori.
Sebenarnya,kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu. Faktor
fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi.
Sedangkan faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu,terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas,bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus
dioprasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama
persalinan, faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu,apakah pernah
menderita diabetes,hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil,apakah mencukupi
atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya
dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya.
Bahkan,berdasarkan penelitian,ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak
hiperaktif,sulit konsentrasi dalam belajar,kemampuan komunikasi yang kurang,dan tidak bisa
kerja sama.
APN (Asuhan Persalinan Normal) merupakan serangkaian tahapan yang bersih dan aman
daru mulai kala satu hingga kala 4 serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
Tahapan asuhan persalinan normal terdiri dari 58 langkah (JNPK-KR 2013) adalah:
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yg mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai/handuk pribadi yang bersih.
4. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
5. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan memakai sarung tangan DTT
atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% ).
Bila selaput ketuban belum pecah, dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan
amniotomi.
8. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
9. rendam dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
10. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Periksa denyut jantung janin
(DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120-160 x/menit).
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. serta
bantu ibu berada dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) serta
dokumentasikan semua temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran:
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama).
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu. Berikan asupan
cairan per-oral (minum) yang cukup.
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam meneran pada
primigravida atau setelah 1 jam meneran pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat & bahan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat & ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat, dan potong
diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental, anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri & memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Lakukan penilaian (selintas) Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-
mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi
baru lahir).
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah
resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks.
b. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat 2
cm bagian distal dari klem pertama.
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem.
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi, sedangkan tangan lain memegang tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hatihati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5- 10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta.
o Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
IX.Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan selaput ketuban
lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan.
X. Melakukan prosedur pasca persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka lakukan asuhan yang sesuai
untuk menangani antonia uteri.
47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 OC).
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam
ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten, yaitu proses pembukaan
serviks sampai 3 cm dan fase aktif, yaitu proses pembukaan serviks dari 4 cm
sampai 10 cm. Pada fase aktif menuju puncak pembukaan terjadi peningkatan
intensitas dan frekuensi kontraksi, sehingga respon puncak nyeri berada pada fase ini
(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2012).
Nyeri bersifat unik dan subjektif, artinya setiap orang memiliki respon terhadap
rangsangan nyeri yang berbeda-beda karena ambang nyeri yang berbeda.
Perbedaan respon nyeri juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kecemasan,
dan ketegangan emosi (Andriana, 2007; Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).
a). Penyebab Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah
dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor
penyebab nyeri persalinan adalah :
1. berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat
jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim
belum sepenuhnya pulih),
2. meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran),
3. tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina,
4. ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul
selama kontraksi dan turunnya bayi,
5. Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus,
6. Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina,
7. ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress
dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lainlain) yang mengakibatkan
timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, P., Whalley, J., dan
Keppler, A., 2007, hal. 150).
b). Fisiologi Nyeri Persalinan
Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus,
peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah
sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium.
Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang
berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke
paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi.
Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan
karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum. Nyeri persalinan
menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala
yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi
mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi
sikap juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis, gerakan
tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh
tubuh (Bobak I. M., at all. 2004, hal. 253).
Menurut Tamsuri (2005, dalam Adriana, 2012, hal.11), Langkah – langkah komunikasi
terapeutik kebidanan pada ibu melahirkan :
1. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dalam klien.
2. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
3. Kehadiran, Merupakan bentuk tindakan yang meliputi mengatasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Dalam hal ini
pendampingan klien difokuskan secara fisik dan pisikologis.
4. Mendengarkan, bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
5. Sentuhan dalam Pendampingan Klien yang bersalin
6. Bidan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi, misalnya ketika
kontraksi pasien merasa kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada daerah
pinggang klien sehingga pasien merasa nyaman.
7. Memberikan Informasi Tentang Kemajuan Persalinan Merupakan upaya untuk
memberi rasa percaya diri klien, bahwa klien dapat menyelesaikan persalinannya.
8. Memandu Persalinan dengan memandu Misalnya bidan menganjurkan kepada
klien untuk meneran pada saat his berlangsung.
9. Mengadakan kontak fisik dengan klien Misalnya menyeka keringat mengipasi,
memeluh klien, menggosok punggung klien.
10. Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya, Misalnya
Bidan mengatakan : “ Bagus Ibu, pintar sekali menerannya”
11. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran bayinya dan mengatakan
ikut berbahagia.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Ada suatu kepercayaan
yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.
Memang,rumput Fatimah bias membuat mulas pada ibu hamil,tapi apa kandungannya
belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum
meminumnya.soalnya,rumput ini hanya boleh diminum pada pembukaannya sudah
mencapai 3-5 cm,letak kepala bayi sudah masuk panggul,mulut rahim sudah lembek atau
tipis,dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya
sungsang,tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Tarlebih jika pembukaannya
belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini,bias-bisa janinnya malah
naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau,akhirnya dilakukan jalan
operasi.
Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan madu tidak boleh
sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup,sebaiknya jangan minum madu
karena bias mengakibatkan overweight. bukankah madu termasuk karbonhidrat yang
paling,tinggi kalorinya. Jadi,madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB
naik dari batas yang di tentukan,sebaiknya segera dihentikan.akan halnya telur tak
masalah,karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
Makan duren,tape,dan nanas bisa membahayakan persalinan. ini benar karena bisa
mengakibatkan pendarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol,jadi panas ke
tubuh.begitu juga tape. Untuk masakkan yang menggunakan arak ,sebaiknya dihindari.
Buah nanas juga,karena bisa mengakibatkan keguguran.
Sebenarnya kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu. Faktor
fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi.
Sedangkan faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas,bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus
dioprasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama
persalinan, faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu,apakah pernah
menderita diabetes,hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil,apakah mencukupi
atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya
dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya.
Bahkan,berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak
hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang,dan tidak
bisa kerja sama.
d. Induksi dan augmentasi pada persalinan i. Indikasi dan kontraindikasi ii. Bishop score iii.
i. Indikasi dan kontraindikasi
Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai
terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan adalah
meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan
(Saifuddin, 2002).
Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi merujuk pada
stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan
dilatasi serviks dan penurunan janin (Cunningham, 2013).
Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara buatan
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya
his. (Sinclair, 2010).
Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap
ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk
merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan setelah
janin viable (Llewellyn, 2002).
Indikasi: Induksi diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya
atau kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi persalinan
mungkin diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra uteri yang
potensial berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai alasan atau karena
kelanjutan kehamilan membahayakan ibu (Llewellyn, 2002). Adapun indikasi induksi
persalinan yaitu ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu, oligohidramnion,
korioamnionitis, preeklampsi berat, hipertensi akibat kehamilan, intrauterine fetal
death (IUFD) dan pertumbuhan janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta,
perdarahan antepartum, dan umbilical abnormal arteri Doppler (Oxford, 2013).
Kontraindikasi: Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra
indikasi untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan. Diantaranya yaitu:
disproporsi sefalopelvik (CPD), plasenta previa, gamelli, polihidramnion, riwayat
sectio caesar klasik, malpresentasi atau kelainan letak, gawat janin, vasa previa,
hidrosefalus, dan infeksi herpes genital aktif. (Cunningham, 2013 & Winkjosastro,
2002).
ii. Bishop score
Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan
menipis, hal ini dapat dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut
belum terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan
menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis.
Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria
Bishop, yakni:
a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil
diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.
b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor <5), matangkan serviks terlebih dahulu
sebelum melakukan induksi. (Yulianti, 2006 & Cunningham, 2013)
Pada kasus jumlah score ada 10 maka pasien dapat dilakukan induksi.
Pembukaan 7cm = 5
Penurunan 2/5 = 3
Konsitensi Lunak = 2
iii. Berbagai metode induksi dan augmentasi
Induksi:
Memecahkan ketuban
Konsumsi minyak jarak
Enema
Amniotomi
Dilator mekanis
Metode hormonal farmakologis: Oksitosin
Induksi Serial
Augmentasi
Syntocinon
e. Pendidikan kesehatan yang dibutuhkan selama kala I
Beri dukungan emosional
TTV : -
TD : 110/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,6⁰C
Kandung kemih : -
DJJ : 143x/menit
TFU -
iii. Mengevalusi status membrane ketuban dengan nitrazine paper test atau fern testing
Kertas akan berubah menjadi berwarna biru / basa saat kontak dengan amnion. Kertas
tersebut dapat dimasukan ke cairan vagina / meneteskan cairan nizrazine. Fren testing,
cairan yang keluar dari spektum dimasukkan ke dalam slide yang akan dikaji.
g. Pengkajian janin
i. Kesejahteraan janin: Alat ukur: DJJ, gerakan janin; Kondisi yang beresiko untuk
terjadi IUFD, insufisiensi uteroplacenta
Kondisi beresiko IUFD : penyakit diabetes serta hipertensi kondisi auto imun kurang gizi
infeksi bakteri seperti rubella, malaria dan preeklamsi
Usia kehamilan : TFU : menentukan tinggi fundus uterus antara simpisis umbikulus dan
xyphoid.
TFU = 39 mg x 7/8
TFU = 34,125
Quickening : fase ibu mulai merasakan pergerakan bayi dirahim usia 16 minggu
i. Monitoring ibu dan janin selama kala I dan II: KU, TTV, Kontraksi dan DJJ
KU : composmentis (keadaan baik)
TTV :
Nadi, pada kala 1 dan 2 laten dihitung setiap 1-2 jam sekali, pada fase aktif
setiap 30 menit.
Suhu: di jaga dengan dalam kondisi 36,5-37,5 pada kala 1, dilakukan setiap
4jam sekali.
TD : di ukur setiap 2-4 jam sekali
Kontaksi: palpasi kontarksi uterus tiap 10menit dan cek lamanya kontraksi 10
menit observasi
Pengecekan vulva-vagina dan sfingter ani
Frekuensi yang dianjurkan DJJ umunya setiap 15-30 menit selama kala satu persalinan
dan setiap kontraksi selama tahap kala dua
ii. Support
Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan keselamatan jiwa ibu;
Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional serta merasa didukung
dan didengarkan;
Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga sebagai pengambil
keputusan;
Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi canggih;
dan
Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi
memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama
persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh
karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan
keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama persalinan.
v. Cairan intravena
Pemberian infus dapat membantu ibu menjaga tingkat kecukupan cairan dalam
tubuhnya, menurunkan risiko menjalani bedah caesar, dan memperpendek waktu persalinan.
b. Protraksi
Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan tidak ada bukti
disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau 'etal distress. Pemberian
oksitosinsering berman'aat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.
c. Kelainan Penghentian
v. penggunaan patograf
1. Definisi Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes RI:57, 2008). Partograf digunakan
sebagai sistem peringatan awal untuk menentukan kapan ibu harus dirujuk. Partograf
telah terbukti efektif dalam mencegah Universitas Sumatera Utara persalinan lama,
menurunkan tindakan operasi seccio caesaria yang pada gilirannya meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janin (Hanretty, 2003).
2. Tujuan Penggunaan Partograf Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboraturium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir (Depkes RI, 2008)
3. Fungsi Partograf Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan.
b. Mencatat kondisi ibu dan janin.
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).
4. Prinsip Penggunaan Partograf Partograf harus digunakan:
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan baik
yang normal maupun patologis.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis obstetri, bidan, dokter umum dan
mahasiswa kedokteran) (Depkes RI, 2008).
j. Askep : pengkajian, analisa data, diagnose, dan intervensi
1. Analisa data
- DO : pasien tampak meringis dan merintih saat kontraksi.
- DS : pasien mengeluh mulesnya semkain kuat, tidak tahan nyeri, dan ingin
mengeran.
2. Diagnose :
- Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan.
- Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan
metabolism sekunder akibat nyeri selama persalinan.
3. Perencanaan dan Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan : diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi
ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan
Intervensi :
- Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan ( awitan, frekuensi, durasi, intensitas,
dan gambaran ketidaknyamanan ).
Rasional : untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu.
- Kaji tentang metode Pereda nyeri yang diketahui dan dialami.
Rasional : nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda – beda tiap individu. Respon
terhadap nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta
dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan ( Henderson, 2006 ).
- Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri.
Rasional : mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan.
- Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri.
Rasional : tidak menambah nyeri klien.
- Jelaskan metode Pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola
pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan.
Rasional : memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh
karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya ( Rajan dalam
Henderson, 2006 ).
- Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat
tidur anjurkan untuk miring ke kiri.
Rasional : nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap
individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah
jantung ibu.
- Beberapa teknik pengendalian nyeri Relaksasi Massage
Rasional : bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada sistem otonom
sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan – ansietas – nyeri. Message yang
lebih mudah diingat dan menarik perhatian adalah yang dilakukan orang lain.
b. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan
metabolism sekunder akibat nyeri selama persalinan.
Tujuan : diharapakan ibu tidakmengalami keletihan dengan kriteria evaluasi : nadi
60 – 80x/menit ( saat tidak ada his ), ibu menyatakan masih memiliki cukup
tenaga.
Intervensi :
- Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah.
Rasional : nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator.
- Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi.
Rasional : mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy yang
dibutuhkan untuk persalinan.
- Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu.
Rasional : dukungan emosional khususnya dari orang – orang yang berarti bagi
ibu dapat memberikan kekuatan dan motivasi bagi ibu.
- Sarankan keluarga untuk menawarkan dan membrikan minuman atau makanan
kepada ibu.
Rasional : makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak
energy dan mencegaj dehidrasi yang berlibahan pada saat persalinan.
8. Asuhan keperawatan selama persalinan kala II
Patofisiologi kala II
Berdiri
Posisi jongkok
d. Teknik mengejan
Cara mengejan :
dianjurkan ibu untuk miring kiri / kanan untuk oksigen ke bayi Bagus
Skin to sakin
h. Asuhan keperawatan kala II
i. Pengkajian
Nama : Ny M
Umur : 25 Tahun
Keluhan utama : Klien mengeluh kontraksi semakin tidak kuat ingin mengejan
dan nyeri
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x / menit
HR : 85x / menit
Abdomen : DJJ Leopod I : 162x / menit
Genetali : - Kontraksi, 3x dalam 10 menit 50 detik
- Pembukaan lengkap
- Pembukaan lengkap
- Presentasi belakang kepala
- Menyusuhan kepala malage berjauhan
- Kepala janin menonjol di prenium
- AS : 9/10
A. pengkajian
a. aktivitas/istirahat
b. sirkulasi
c. makanan / cairan
d. nyeri
e. seksualitas
darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endromentrium,
biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi.
f. pemerikasaan fisik
- inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan plasenta
- palpasi : tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah pengeluaran
plasenta.
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
Rasional : tremor atau menggigil pada pasca melahirkan mungkin terjadi karena hilangnya
tekanan secara tiba tiba pada saraf pelvis atau kemungkinan dihubungkan dengan transfusi
janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta
Berdasarkan kasus
Pertolongan persalinan
i.Pengkajian
waktu : 16.50
keluhan utama :
pengkajian Hasil
TTV Tidak terkaji dalam kasus
Uterus Tidak terkaji dalam kasus
Jalan lahir Tidak terkaji dalam kasus
Perdarahan Keluar darah dari jalan lahir sebanyak 150cc
Intake cairan Tidak terkaji dalam kasus
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan karena
efek samping okxytocin yang
sering terjadi adalah hipertensi dan
peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Segera beri minum melalui oral
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. jika ditemukan tanda-tanda
dehidrasi.
3. Pelepasan harus terjadi dalam
3. Catat waktu dan mekanisme waktu 5menit setelah kelahiran,
pelepasan plasenta. lebih banyak waktu yang
diperlukan plasenta untuk lepas
makan lebih banyak darah hilang.
4. Membantu memenuhi kebutuhan
cairan.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan
perenteral
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi napas 3. Relaksasi napas dalam membantu
dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah fundus 4. Massage membantu merelakskan
untuk menurunkan nyeri dan resiko otot-otot dan mencegah
perdarahan perdarahan.
Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase dengan 1. Memudahkan pelepasan
perlahan plasenta
2. Masase fundus secara perlahan setelah 2. Menghindari rangsangan/trauma
pengeluaran plasenta berlebihan pada fundus
3. Bersihkan vulva dan perineum dengan 3. Menghilangkan kemungkinan
air dan larutan antiseptik steril, kontaminan yang dapat
berikan pembalut. mengakibatkan infeksi saluran
4. Rendahkan kaki klien secara simultan asenden selama periode
dari pijakan kaki pascapartum
5. Kolaborasi pemberian oksitosin IV, 4. Membantu menghindari
posisikan kembali uterus di bawah regangan otot
pengaruh anastesi, dan berikan 5. Meningkatkan kontraktilitas
ergonovin maleat IM setelah miometrium uterus
penempatan uterus kembali 6. Membatasi potensial infeksi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik endometrial
profilaktik
Periode kala 4 ialah terjadi setelah proses melahirkan dan ibu dibiarkan dalam kamar
bersalin selama sekitar 1 – 2 jam atau lebih. Pada kondisi ini Ibu harus diberikan
kenyamanan seperti posisi yang nyaman dan menyediakan baskom air hangat dengan
perlengkapannya untuk mandi serta mengganti sprei tempat tidur. Adapun untuk
mendukung kenyaman ibu perlu diobservasi berbagai hal sebagai berikut :
- Observasi TTV
TTV meliputi suhu, denyut nadi, respirasi dan tekanan darah, hal ini ditakutkan
adanya perubahan yang terjadi tiba – tiba.
- Fundus
- Kehilangan darah
Tampon tidak boleh basah oleh rembesan darah dalam waktu 1 jam.
- Berkemih
Jika kandung kemih Ibu penuh akan menghambat kontraksi terjadi ataupun bisa
menjadi tanda bahwa adanya edema pada sfingter uretra interna. Sehingga dapat
dibantu dengan berkemih dengan duduk pada kutso khusus untuk menolong mikrisi
jika pasien tidak bisa menggunakan pispot.
- Nyeri
Nyeri sangat mengganggu kenyaman ibu. Sehingga ibu dapat diberikan analgesia oral
seperti tablet kodein dan paracetamol. Jika tidak mereda harus segera dilaporkan
kepada dokter.
Menjaga kebersihan diri dapat dengan cara mandi berendam yang akan menyebabkan
rasa nyaman maupun kebersihan tetap terjaga.
Ibu dapat diajarkan mengenai prinsip – prinsip pencegahan kontaminasi rektal dengan
cara melakukan perawatan dengan lembut dan hati serta teliti ketika membuang
kotoran.
Diagnosa :
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,
kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
INTERVENSI
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,
kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
Keluaran urine adekuat
Mukosa bibir lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
adanya dehidrasi
2. Pantau DJJ. 2. DJJ akan meningkat karena
dehidrasi dan kehilangan cairan.
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Pasien dengan skala nyeri yang
tinggi atau berat diberikan obat
sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri
dapat berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam
napas dalam. membantu mengontrol nyeri
sehingga nyeri dirasakan
4. Lakukan massage pada daerah berkurang.
fundus untuk menurunkan nyeri 4. Massage membantu
dan resiko perdarahan merelakskan otot-otot dan
mencegah perdarahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV terutama suhu. 1. Perubahan suhu menandakan
terjadinya infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi. 2. Adanya tanda-tanda seperti kalor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsiolaesia menandakan
terjadinya infeksi segera berikan
intervensi yang tepat.
3. Pertahankan tehnik aseptik. 3. Tehnik aseptik menurunkan
resiko terjadinya infeksi kepada
pasien ataupun perawat.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Antibiotik sesuai indikasi
antibiotik dan kaji efek samping membantu menghambat
mekanisme terjadinya infeksi
sehingga pasien tidak mengalami
efek samping yang tidak
diinginkan.
Intervensi Rasional
1. Observasi interaksi ibu dan bayi 1. Kontak mata, posisi menghadap
serta keluarganya. wajah menandakan penerimaan
yang baik atas kehadiran
bayinya.
2. Catat adanya pengungkapan
atau perilaku yang 2. Perilaku atau pengungkapan
menunjukkan kekecewaan. secara verbal mengenai
kekecewaan terhadap kelahiran,
berikan KIE tentang keadaan
3. Berikan ibu menyusui bayinya. bayi dan penanganan yang
tepat.
3. Menyusui secara dini
memberikan kesempatan
kepada bayi lebih dekat dengan
4. Anjurkan pasien dan keluarga ibu dan mendapatkan nutrisi
menggendong bayinya penting dari ASI.
4. Kedekatan ibu, bayi dan
keluarga memberikan
kehangatan pada bayi sehingga
bayi menjadi tenang.
Solehati, Tetti. Kosasih, Cecep Eli, dkk. 2018. TERAPI NONFARMAKOLOGI NYERI
PADA PERSALINAN : SYSTEMATIC REVIEW. Diakses pada 20 Februari 2020.
https://www.researchgate.net/publication/326514262_Terapi_Nonfarmakologi_Nyeri_Pa
dapersalinanSystematic_Review
Yulizawati, dkk. 2019. Buku Ajar Kebidanan pada Persalinan. Sidoarjo : Indomedia
Pustaka. Diakses pada 20 Februari 2020. http://repo.unand.ac.id/22753/1/Buku%20Ajar
%20%20Asuhan%20Kebidanan%20Pada%20Persalinan_compressed.pdf