Anda di halaman 1dari 23

SEPSIS NEONATORUM

A. Konsep Sepsis Neonatorum


1. Definisi
Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat
invasi mikroorganisme ke dalam aliran darah yang terjadi dalam satu
bulan pertama kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi
sepsis neonatorum onset dini (SNOD) dan sepsis neonatorum onset
lanjut (SNOL). (Mansur, dkk 2013). Sepsis neonatorum atau
septikemia neonatal didefinisikan sebagai infeksi bakteri pada aliran
darah bayi selama empat minggu pertama pada kehidupan (Bobak,
2004). Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari
pertama sejak dilahirkan (John, 2009).

2. Klasifikasi Sepsis Neonatorum


Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis
neonatorum dibagi menjadi dua:
a. Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
1) Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari
2) Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
3) Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli,
Listeria non-typik, Haemophilus influezae dan
enterococcus.
4) Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi
terjadi pneumoni)
5) Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).

b. Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:


1) Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
2) Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau
peralatan.
3) Organisme → Staphylococcus coagulase-negatif,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Grup B
Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
4) Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko
tinggi terjadi meningitis).
5) Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).

3. Etiologi
a. Mikroorganisme pathogen seperti streptococcus grup B,
klebsiela enterococcus, hemofilus influenza, stafilococcus
pneumonia
b. Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature

c. Kontak langsung selama kelahiran melalui jalan lahir

d. Kontaminasi dengan bayi lain, personal, objek dan lingkungan

4. Manifestasi Klinis
a. Hipotermia atau hipertermia, tampak tidak sehat, malas minum,
letargi (keadaan kesedaran menurun seperti tidur)
b. Distensi abdomen, anorexia, muntah, diare dan hepatomegaly
c. Apnu, dispnu, takipnu, retraksi dinding dada, napas cuping
hidung, merintih dan cyanosis
d. Pucat, kulit lembab, hipotensi, tachicardi atau bradicardi
e. Icterus, splenomegali, peteki dan purpura

5. Patofisiologi
Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature
menyebabkan bayi mudah terserang virus, bakteri, jamur dan infeksi
parasit. Normalnya substansi immune, utamanya Ig G didapatkan dari
system maternal dan dibawa kejaringan fetal selama gestasi pada
minggu terakhir untuk memberikan imunitas pasif bagi bayi baru lahir
terhadap agen infeksi.
Mekanisme pertahanan neonatus selanjutnya menghambat
complement yang lebih rendah, disfungsi monosit dan sirkulasi
monosit dan leukosit menurun jumlah dan fungsinya tidak efesien.
Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh pada masa melalui
plasenta yang berasal dari aliran darah maternal dan selama ingesti
atau aspirasi yang dipengaruhi oleh cairan amnion. Pada waktu lahir,
infeksi dapat terjadi dari kontak langsung dengan jaringan maternal
selama perjalanan kelahiran. Agent infeksi umumnya E. coli yang
mungkin terdapat dalam vagina yang berasal dari kontaminasi fekal.
Candida albicans, virus herpeks, streptococcus hemolitik adalah
mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan infeksi pada neonatus
yang mendiami vagina. Bayi berisiko infeksi terhadap dirinya sendiri
karena dekatnya umbilical ke perineum. Invasi bakteri dapat terjadi
melalui tempat ujung umbilical misalnya kulit, membrane mukosa dan
lain-lain
Infeksi post natal diperoleh dari kontaminasi yang berasal dari
bayi lain, personal atau objek dalam lingkungan. Mesin suction,
sebagian besar alat respirasi atau indwelling vena dan kateter arteri.
Mikroorganisme dapat ditransmisi secara personal dari organ ke orang
lain dengan kebersihan tangan yang buruk.
Pathway Sepsis Neonatorum

Hambatan penarikan Kontak langsung Aliran darah dari Kontaminasi dengan bayi lain,
plasenta pada bayi selama kelahiran pada maternal ke neonatus personal, objek dalam
prematur jalan lahir lingkungan

Transmisi antibody-
plasenta terganggu SEPSIS Septikemia & Viremia
NEONATORUM

Ig A dan Ig M tidak Vasodilatasi pembuluh Pelepasan Proses inflamasi Melepaskan


dapat ditransfer ke darah mediator interleukin I dan
neonatus kimia prostaglandin 2

Peningkatan
Penurunan immunitas permeabilitas Perubahan set point pada
pada neonatus pembuluh darah hipotalamus bagian
anterior

Peningkatan volume plasma


Risiko Tinggi Infeksi Evaporasi meningkat Peningkatan suhu
tubuh
Penurunan volume
sirkulasi
Hipertermia
Dehidrasi/kehilangan cairan
Penurunan perfusi
jaringan
Perubahan status kesehatan
Defisit Volume Cairan

Perubahan membrane
alveolar – kapiler Kesiapan meningkatkan Anak dihospitalisasi
koping keluarga
Gangguan
Pertukaran Gas
6. Pemeriksaan penunjang
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, lumbal, analisis dan
kultur urin serta foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan dengan
ditemukannya kuman pada biakan darah. Pada pemeriksaan darah tepi
dapat ditemukan neutropenia (penurunan sel darah putih neutropil).
Adanya peningkatan C-reaktif protein memperkuat dugaan sepsis.

7. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain:
a. Meningitis
b. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya
hidrosefalus dan atau leukomalasia periventrikular
c. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan
komplikasi acut respiratory distress syndrome (ARDS)
d. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal
e. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit
neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan
retardasi mental
f. Kematian

8. Penatalaksanaan
a. Supportif
1) Monitoring cairan, elektrolit dan glukosa. Bila terjadi
SIADH (Sindrom of In Appronate Anti Diuretik Hormon)
maka perlu dilakaukan pembatasan cairan
2) Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar
bila perlu
3) Pertimbangkan pemberian nutrisi parenteral bila pasien
tidak dapat menerima nutrisi enteral
b. Kausatif
1) Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian
antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan
mudah diperoleh, tidak toksik, dapat menembus sawar
darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang
memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi
secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah
ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan
kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi. Dosis antibiotik untuk sepsis
neonatorum : Ampisislin 200 g/kgBB/hari, dibagi 3 atau
4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi
dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100
mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian;
Eritromisin500 mg/kg BB/hari
2) Terapi oksigen untuk mengatasi distres pernapasan dan
cyanosis. Terapi oksigen juga berfungsi untuk menjaga
patensi jalan nafas dan pemberian oksigen untuk
mencegah hipoksia. Pada kasus tertentu mungkin
dibutuhkan ventilator mekanik
3) Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan
serta pemantauan tekanan darah (bila tersedia fasilitas)
dan perfusi jaringan untuk mendeteksi dini adanya syok.
Pada gangguan perfusi bida diberikan volume eksvander
(NaCl Fisiologis, darah, dan albumin, tergantung
kebutuhan) sebanyak 10 ml/kgBB dalam waktu setengah
jam, bisa diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk melakukan
monitor keseimbangan cairan. Pada beberapa keadaan
mungkin diperlukan obat-obatan inotropik seperti
dopamin atau dobutamin
4) Transfusi yang baru dengan leukosit polimorfonuklear
dari donor adult.

B. Konsep Keperawatan Sepsis Neonatorum


1. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Biodata/ Identitas : nama diisi sesuai nama pasien; umur:
biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (< 1500
gr) rentan sekali menderita sepsis neonatal; alamat: tempat
tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.

b. Riwayat keluhan
1) Keluhan utama: klien dating dengan tubuh berwarna
kuning , letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah
2) Riwayat penyakit sekarang : cara lahir (normal),
hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot
meningkat serta asfiksia atau hipoksia, apgar score, jam
lahir, kesadaran
3) Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan
hepar atau kerusakan hepar karena obstuksi
4) Riwayat kehamilan : demam pada ibu (>379C), riwayat
sepsis GBS pada bayi sebelumnya, infeksi pada masa
kehamilan
5) Riwayat prenatal : Anamnesis mengenai riwayat
inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi
sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan
komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil, /
persalinan, persalinan dengan tindakan / komplikasi,
ruptur selaput ketuban yang lama (>18 jam), persalinan
prematur (<37 minggu)
6) Riwayat neonatal: secara klinis ikterus pada neonatal
dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian. Ikterus yang tampak pun sangat tergantung
kepada penyebab ikterus itu sendiri. Bayi menderita
sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis
neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi
pasca natal dan lain-lain.
7) Riwayat penyakit keluarga : Orang tua atau keluarga
mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan
hepar atau dengan darah
8) Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah
imunisasi DPT/ DT atau TT dan kapan berakhir

c. Activity Daily Living


1) Nutrisi : Bayi tidak mau mencekik
2) Eliminasi : BAB 1x/ hari
3) Aktifitas latihan : kekakuan otot, lemah, sering menangis
4) Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18-20
jam/ hari, saat sakit berkurang
5) Personal hygiene: biasanya pada bayi yang terkena
infeksi neonatorum, melalui plasenta dari aliran darah
maternal atau selama persalinan karena ingesti atau
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : lemah, sulit menelan, kejang
2) Kesadaran : normal
3) Vital Sign : TD
4) Nadi : normal (110-120 x/ menit)
5) Suhu : Demam (Suhu > 38 C) atau hipotermi (< 36C)
6) Pernafasan : meningkat > 40 x/ menit (bayi) normal 30-
60 x / menit)
7) Kepala dan leher
a) Inspeksi :simetris, dahi mengkerut
b) Kepala : bentuk kepala mikro atau makrosepali,
trauma persalinan, adanya caput, kenaikan intra
kranial, yaitu ubun-ubun besar cembung
c) Rambut : lurus / keriting, distribusi merata/ tidak,
warna
d) Mata : agak tertutup/ tertutup
e) Mulut : mecucu seperti mulut ikan
f) Hidung : pernafasan cuping hidung, sianosis
g) Telinga : kebersihan: Palpasi : tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan limfe, terdapat kaku kuduk pada
leher
h) Dada
Inspeksi : simetris, terdapat tarikan otot bantu
pernapasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas
Perkusi : Jantung, dullness
Auskultasi : terdengar suara wheezing
i) Abdomen
Inspeksi : Flat/ datar, terdapat tanda-tanad infeksi
pada tali pusat (jika infeksi melalui tali pusat),
keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri
dan 1 vena)
Palpasi : teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : terdengar bising usus
j) Kulit : turgor kurang, pucat, kebiruan
k) Genitalia : Tidak kelainan bentuk dan oedema, apakah
terdapat hipopasdia, epispadias, testis BAK pertama
kali
l) Ekstremitas : Suhu pada daerah akral panas, apakah
ada cacat bawaan, kelainan bentuk, fleksi pada tangan,
ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat
diangkat bagai sepotong kayu

e. Pemeriksaan spesifik
1) Apgar score
2) Frekuensi kardiovaskuler : apakah ada takikardi, bradikardi,
normal
3) Sistem neurologis
4) Reflek moro : tidak ada, asimetris / hiperaktif
5) Reflek menghisap : kuat, lemah
6) Reflek menjejak : baik, buruk
7) Koordinasi reflek menghisap dan menelan
8) Pemeriksaan laboratorium
a) Sampel darah tali pusat
b) Fenil ketonuria
c) Hematocrit
d) Bilirubin
e) Kadar gula darah serum
f) Protein aktif C
g) Imunoglobulin
h) Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung,
umbilicus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine
i) Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan
pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
c. Hipertermia b.d proses penyakit
3. Rencana Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI RASIONAL


1. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen Hipertermia 1. Mengetahui penyebab
ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
pertahanan tubuh diharapkan… hipertermia 2. Mengetahui perubahan
sekunder SLKI: Tingkat infeksi 2. Monitor suhu tubuh suhu tubuh
Kriteria Awal Akhir 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian 3. Membantu
Demam 1 5 4. Anjurkan tirah baring mengeluarkan panas
Indikator: 5. Kolaborasi pemberian cairan dan tubuh
1. Meningkat elektrolit intravena, jika perlu 4. Banyak bergerak akan
2. Cukup meningkat meningkatkan suhu
3. Sedang tubuh
4. Menurun 5. Memenuhi cairan tubuh
5. Cukup menurun (mencegah dehidrasi)
dan mempercepat
pengeluaran cairan tubuh
agar panas keluar
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pemantauan Respirasi 1. Mengetahui frekuensi,
pertukaran gas b.d keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama, irama dan kedalaman
ketidakseimbangan diharapkan… kedalaman upaya nafas upaya nafas
ventilasi-perfusi SLKI: Pertukaran Gas SIKI: Terapi Oksigen 2. Mengethaui perubahan
Kriteria Awal Akhir 2. Monitor saturasi oksigen saturasi oksigen
Dispnea 3 5 3. Monitor aliran oksigen secara 3. Mengetahui perubahan
Bunyi 3 5 periodic dan pastika fraksi yang aliran oksigen secra
nafas diberikan cukup periodic
tambahan 4. Kolaborasi penentuan dosis 4. Agar dosis yang diberikan
Gelisah 3 5 oksigem cukup
Nafas 3 5
Cuping
Hidung
Indikator:
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Menurun
5. Cukup menurun
3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan
proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan…
SLKI:
ng Care Planb

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Setelah dilakukan tindakan  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : keperawatan selama…… pasien tidak
- Prosedur Infasif mengalami infeksi dengan kriteria  Batasi pengunjung bila perlu
- Malnutrisi hasil:  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Peningkatan paparan lingkungan  Klien bebas dari tanda dan gejala tindakan keperawatan
patogen infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Imonusupresi  Menunjukkan kemampuan untuk pelindung
- Tidak adekuat pertahanan sekunder mencegah timbulnya infeksi
(penurunan Hb, Leukopenia,  Jumlah leukosit dalam batas
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
penekanan respon inflamasi) normal
- Penyakit kronik  Menunjukkan perilaku hidup  Gunakan kateter intermiten untuk
- Imunosupresi sehat menurunkan infeksi kandung kencing
- Malnutrisi  Status imun, gastrointestinal,  Tingkatkan intake nutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat genitourinaria dalam batas  Berikan terapi
(kerusakan kulit, trauma jaringan, normal antibiotik:.................................
gangguan peristaltik)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan :
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering mungkin
- peningkatan metabolisme keperawatan selama………..pasien  Monitor warna dan suhu kulit
- aktivitas yang berlebih menunjukkan :  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan kreiteria hasil:  Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS:  Monitor intake dan output
 Suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang
 Nadi dan RR dalam rentang  Kelola Antibiotik:………………………..
normal
normal  Selimuti pasien
 serangan atau konvulsi (kejang)
 Tidak ada perubahan warna  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan
 pertambahan RR merasa nyaman aksila
 takikardi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Kulit teraba panas/ hangat  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan:  Pertahankan catatan intake dan output
Setelah dilakukan tindakan
- Kehilangan volume cairan secara yang akurat
keperawatan selama….. defisit volume
aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan
cairan teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine output membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
sesuai dengan usia dan BB, BJ darah ortostatik ), jika diperlukan
DS :
urine normal,
- Haus  Monitor hasil lab yang sesuai dengan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
DO: retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
dalam batas normal
- Penurunan turgor kulit/lidah urin, albumin, total protein )
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
- Membran mukosa/kulit kering  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
Elastisitas turgor kulit baik,
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, penurunan
membran mukosa lembab, tidak  Kolaborasi pemberian cairan IV
ada rasa haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi
 Orientasi terhadap waktu dan
- Pengisian vena menurun
tempat baik  Berikan cairan oral
- Perubahan status mental
 Jumlah dan irama pernapasan  Berikan penggantian nasogatrik sesuai
- Konsentrasi urine meningkat
dalam batas normal output (50 – 100cc/jam)
- Temperatur tubuh meningkat
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas  Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Kehilangan berat badan secara tiba-
tiba normal makan
- Penurunan urine output  pH urin dalam batas normal  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- HMT meningkat  Intake oral dan intravena adekuat berlebih muncul meburuk
- Kelemahan
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Pasang kateter jika perlu
 Monitor intake dan urin output setiap 8
jam

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi Setelah dilakukan tindakan  Pasang mayo bila perlu
è perubahan membran kapiler-alveolar keperawatan selama …. Gangguan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DS: pertukaran pasien teratasi dengan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
è sakit kepala ketika bangun kriteria hasil:  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
è Dyspnoe  Mendemonstrasikan peningkatan tambahan
è Gangguan penglihatan ventilasi dan oksigenasi yang  Berikan bronkodilator ;
DO: adekuat -………………….
è Penurunan CO2  Memelihara kebersihan paru paru -………………….
dan bebas dari tanda tanda
è Takikardi  Barikan pelembab udara
distress pernafasan
è Hiperkapnia  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Mendemonstrasikan batuk efektif
è Keletihan keseimbangan.
dan suara nafas yang bersih, tidak
è Iritabilitas ada sianosis dan dyspneu (mampu  Monitor respirasi dan status O2
è Hypoxia mengeluarkan sputum, mampu  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
è kebingungan bernafas dengan mudah, tidak ada penggunaan otot tambahan, retraksi otot
è sianosis pursed lips) supraclavicular dan intercostal
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)  Tanda tanda vital dalam rentang  Monitor suara nafas, seperti dengkur
è Hipoksemia normal  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
è hiperkarbia  AGD dalam batas normal kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Status neurologis dalam batas  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
è AGD abnormal
normal tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
è pH arteri abnormal
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
èfrekuensi dan kedalaman nafas
 Observasi sianosis khususnya membran mukosa
abnormal
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan
denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kesiapan meningkatkan koping keluarga Setelah dilakukan asuhan selama 4  Identifikasi sumber komunikasi untuk
berhubungan dengan tugas adaktif secara jam diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan status kesehatan pasien
efektif pemahaman keluarga terhadap  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
kondisi pasien dengan kriteria hasil:  Berikan informasi tentang kondisi anaknya
 Mengidentifikasi dan  Berikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh
mempreoritaskan tujuan keluarga
 Mengimplementasikan rencana  Berikan dorongan dalam merencanakan
berikut perawatan lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000

Guyton & hall, (2012), Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, edisi 11, Jakarta-Indonesia, EGC

Mansur R, Alasiry E & Daud D., (2013), Mannose-binding lectin sebagai predictor sepsis neonatorum onset dini, JST Kesehatan,
Oktober 2013, Vol.3 No.4 : 372 – 379, diakses tanggal 9 april 2015, webside : <
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/093da41965e442fa74d551474c884e1d.pdf>

SMF Anak RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, (2013), Standar Pelayanan Medik, Makassar, Indonesia

Wilkinson J.M., Ahren N.R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai