SEPSIS
Oleh :
Nurfajri Ramdhoni
(181440129)
TAHUN 2020
1
A. PENGERTIAN
virus, jamur atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya
menahun. Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah terjadinya kerusakan
organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari satu organ.
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara
B. ETIOLOGI
bakteri gram negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan
penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS.
2
segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran
menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini
Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang
dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini. Sepsis bisa disebabkan
yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,
3
C. PATH WAY
Peningkatan permeabilitas
kapiler paru
Peningkatan tekanan hidrostatik
b. berkeringat
5
c. sakit kepala
d. nyeri otot
a. perubahan sirkulasi
c. Tachycardia
d. Tachypnea
f. hypotensi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi lumbal, analisis dan
kultur urin, serta foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya
kuman pada biakan darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan
sebelum terapi diberikan (sebelum hasil kultur positif) adalah tersangka sepsis
(Mansjoer,2000:509).
F. PENGKAJIAN
6
1. Airway : yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika
pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU.
2. Breathing: kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untuk
3. Circulation : kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
4. Disability: Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
5. Exposure : Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
7
1. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d penurunan perfusi jaringan,
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
8
2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d penurunan perfusi jaringan,
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi :
I: Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
sirkulasi endotoksin
9
I: Catat adanya sianosis sirkumoral
Tujuan :
Intervensi :
hari.
toleransi.
10
Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, BJ urine,
11
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Info
Medika Jakarta.
Pernapasan : Salemba
12
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
Nurfajri Ramdhoni
(181440129)
TAHUN 2020
13
a. Definisi
Penyebab MODS meliputi jaringan yang mati, jaringan yang cedera, defisit
perfusi, dan sumber inflamasi yang persisten (Black & Hawks, 2014).
Sedangkan orang yang berisiko tinggi mengalami MODS adalah orang yang
memiliki respon imun yang rendah seperti lansia, klien dengan penyakit kronis,
klien dengan gizi buruk, klien dengan kanker, korban trauma berat dan klien
yang menderita sepsis (Black & Hawks, 2014). Menurut Balk R.A (2000 dalam
Herwanto & Amin, 2009) faktor risiko tinggi terjadinya MODS adalah
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), syok dan hipotensi
berkepanjangan, trauma berat, operasi besar, gagal hati stadium akhir, infark
usus, disfungsi hati, usia > 65 tahun.
c. Klasifikasi MODS
Terdapat dua jenis MODS, primer dan sekunder. MODS primer merupakan
kegagalan yang didapat langsung dari trauma/cedera itu sendiri. MODS
sekunder terjadi dari inflamasi sistemik yang meluas, terjadi setelah trauma,
dan menyebabkan disfungsi organ yang tidak terlibat dalam trauma awal
(Black & Hawks, 2014). Klien memasuki proses hipermetabolik pada hari ke
14-21 hari, kecuali proses ini tidak dapat dihentikan maka pasien akan
berujung pada kematian (Black & Hawks, 2014).
14
d. Patofisiologi
Setelah terjadi reperfusi pada jaringan iskemik, terbentuklah ROS sebagai hasil
metabolisme xantin dan hipoxantin oleh xantin oksidase, dan hasil
metabolisme AA. Jumlah ROS yang terbentuk melebihi kapasitas anti-oksidan
endogen sehingga terjadi dominasi oksidasi komponen seluler yang penting.
Selain itu terjadi produksi superoksida dismutase oleh neutrofil teraktivasi.
Kematian sel juga terjadi akibat influks kalsium ke dalam sel (calcium-
mediated cell damage). Respon inflamasi MODS terkait dengan perubahan
dinamika dan regulasi apoptosis dibandingkan dengan keadaan non-inflamasi.
Pada MODS terjadi keterlambatan apoptosis neutrofil serta peningkatan
apoptosis limfosit dan parenkim. Keterlambatan apoptosis neutrofil
memperpanjang fungsi neutrofil dalam proses inflamasi sekaligus memperlama
15
elaborasi metabolit toksik. Peningkatan apoptosis limfosit mengurangi efektor
inflamasi sekaligus menyebabkan imunosupresi. Apoptosis parenkim
mengurangi cadangan fungsional organ (Balk R.A, 2000 dalam Herwanto &
Amin, 2009).
e. Pengkajian
Manifestasi yang terlihat pada pasien MODS dapat menjadi kriteria yang
digunakan untuk mendiagnosis MODS. Salah satu kriteria yang digunakan
untuk mendiagnosis MODS adalah Apache II yang terdiri dari (Black &
Hawks, 2014):
16
- masa protombin lebih dari sama dengan 4 detik tanpa adanya
antikoagulan sistemik
Urutan klasik akumulasi MODS adalah gagal respirasi (dalam 72 jam
pertama) mendahului gagal hati (5-7 hari) dan intestinal (10-15 hari),
diikuti gagal ginjal (11-17 hari) (Hermanto & Amin, 2009).
f. Diagnosa Keperawatan
Asuhan untuk klien dengan MODS beragam, menyeimbangkan kebutuhan satu
sistem dengan sitem yang laiinya sambil mencoba mempertahankan fungsi
optimal dari setiap sistem. Diagnosa keperawatan yang tepat untuk klien
dengan MODS ditentukan oleh sistem yang telibat dan manifestasi yang
identifikasikan (Black & Hawks, 2014).
17
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.C & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8 buku 3.
Singapore: Elsheiver
18