Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS PRAKTIK KEBIDANAN II

PERSALINAN PATOLOGI

PREEKLAMPSIA BERAT

Nama : Okta Arfella Damanik

Nim : 181540131

Dosen Pengampu : Liana Devi M.Keb

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKAL PINANG


AGUSTUS 2020

1
DAFTAR ISI

a. Soal Kasus

1. Tinjauan Pustaka………….............................................................................3

A. Definisi Persalinan….. …….....................................................................3

B. Etiologi Persalinan .............................................................................3

C. Tanda-tanda persalinan............................................................................5

D. Kebutuhan dasar ibu bersalin..................................................................7

E. Tahapan persalinan…… .............................................................................11

F. APN 60 Langkah ………………….......................................................................15

2. Preeklampsia…………….......................................................................... 25

1.Definisi preeclampsia…. .............................................................................25

2. Klasifikasi Preeklampsia............................................................................25

3. Etiologi……………….. .............................................................................26

4. Patofisiologi………….. .............................................................................26

5. Pengaturan Diet pada Preeklamsi..................................................................27

6. Pencegahan……………..............................................................................28

7. Penatalaksanaan……….............................................................................28

8. Komplikasi …………… .............................................................................29

b. Asuhan Kebidanan ……………….......................................................................31

c. Pembahasan …………………...............................................................................39

d. Kesimpulan Dan Saran ………............................................................................41

e. Lampiran
2
f. Daftar Pustaka

SOAL KASUS

Seorang ibu usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 7 bulan datang ke BPM dengan keluhan
sakit kepala hebat dan pendangan tiba-tiba kabur.Berdasarkan kasus diatas informasi lanjut
yang dibutuhkan untuk menegakan diagnose.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan

lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai

dengan adanya kontraksi persalinan, yang ditandai dengan perubahan serviks

secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sholichah, 2017).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil

konsepsi oleh ibu, di mulai dengan kontraksi persalinan, yang ditandai oleh

perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.

Perubahan jaringan ikat biokimia di serviks uterus muncul untuk mendahului

kontraksi rahim dan pelebaran serviks, dan semua kejadian ini biasanya terjadi

sebelum pecahnya membran janin (Fritasari, 2013). Dengan kata lain proses

3
persalinan proses pengeluaran janin yang matang dan telah melewati masa

kehamilan normal (Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm(bukan

premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan(tidak

diinduksi),selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya

mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala,terlaksana tanpa

bantuan artificial,tidak mencakup komplikasi,plasenta lahir

normal(Mochtar,1990)

2. Etiologi persalinan

Menurut Purwanigsih(2010) sebab yang menimbulkan persalinan adalah

a. Teori penurunan hormone


Penurunan kadar hormone ekstrogen dan progesterone terjadi kira kira pada 1-
2 minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenag bagi
otot otot Rahim.kadar progesterone yang turun akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingg timbul kontraksi otot Rahim dan menimbulkan
persalinan.
b. Teori plasenta menjadi tua dengan semakin tuanya plasenta maka akan
menyebabkan turunnya adar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kontraksi
Rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin,jika nutrisi pada janin berkurang maka
hasil konsepski akan segera dikeluarkan.
d. Teori distensi raim,keadaan uterus yang terus meneru membesar dan menjadi
tegaang akan mengakibatkan iskemia otot otot uterus.keadaan yang demikian
merupakan factor yang dapat menganggu sirkulasi pada uteroplasenta
asehingga plasenta menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik,tekanan pada ganglio servikale dari pleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang serviks.
f. Teori induksi partus,partus dapat ditimbulkan dengan gejala dan gangguan
laminara. Beberapa lamiaria dimasukan dalam kanalis servikalis dengan
tujuan meransang fleksus frankerhause,amniotomi(pemecahan ketuban)dan
oksitosin drips.
3. Tanda-Tanda Persalinan
4
Tanda-tanda persalinan, antara lain:

a) Adanya Kontraksi Rahim

Tanda awal persalinan adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan

istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya

kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan

meningkatkan aliran darah di dalam plasenta (Fritasari, 2013).

b) Keluarnya Lendir Bercampur Darah

Lendir di sekresi sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir serviks pada awal

kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada

mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir berwarna

kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka

mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak membuka

yang disebut blood slim (Fritasari, 2013).

c) Keluarnya Air Ketuban

Proses penting mejelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.selama

Sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam cairan amnion.

Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak,beraal dari ketuban yang pecah

akibat kontraksi yang makin sering terjadi(Maulana.2008.hlm.205-206)

d) Pembukaan Serviks

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang. Tanda ini dapat dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan

pemeriksaan dalam (vagina toucher), petugas akan melakukan pemeriksaan

untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim (Fritasari,

2013). Tanda – tanda persalinan diantaranya rasa sakit karena adanya kontraksi
5
uterus yang progresif, teratur, yang meningkat kekuatan frekuensi dan durasi,

rabas vagina yang mengandung darah (bloody show), kadang – kadang ketuban

pecah spontan, pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah

ada (Kumalasari, 2015).

4. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a. Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu

diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen

yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta.

Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan

dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat

diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan.

Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara

dapat dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan

oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil

(Kurniarum, 2016).

b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan),

merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi

untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan

hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan

dehidrasi pada ibu bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan

6
mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan

persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat

meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi

kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan

seperti asfiksia. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan

melambatnya kontraksi/his dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak

teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering,

peningkatan suhu tubuh dan eliminasi yang sedikit (Sandra, 2018).

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga

yang mendampingi ibu. Selama kala I, bidan menganjurkan ibu untuk cukup

makan dan minum untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu

bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi karena terjadi peningkatan suhu

tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela

kontraksi, bidan memastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum).

Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan

memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya untuk

mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama

kelahiran bayi (pada kala II) (Kurniarum, 2016).

c. Kebutuhan Eliminasi

Bidan menganjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering

mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih

yang penuh, dapat mengakibatkan terhambatnya proses penurunan bagian

terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada di atas

spina isciadika, menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his, menimbulkan rasa


7
tidak nyaman karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus,

memperlambat kelahiran plasenta, mencetuskan perdarahan pasca persalinan,

karena kandung kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus. Apabila

masih memungkinkan, bidan menganjurkan ibu untuk berkemih di kamar

mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu

untuk berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk

melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah

kelahiran bayi dan plasenta (Sondakh, 2013).

Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi

urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan

meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih

ibu. Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu

sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran

janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan

harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II (Kurniarum,

2016).

d. Kebutuhan Istirahat

Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang

dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba

relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama

tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa

sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang

lain untuk melepas lelah atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur.

e. Kebutuhan Posisi dan Ambulasi

8
Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan

dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan

dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan harus

memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses

kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi

persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang

tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal

proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri (JNPK-KR, 2013).

Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk membantu

mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan

kemajuan persalinan (penipisan serviks, pembukaan serviks dan penurunan

bagian terendah). Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman.

Peran suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena perubahan posisi yang

aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran tidak bisa dilakukan

sendiri oleh bidan. Pada kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri,

posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi

jongkok, ataupun dorsal recumbent maupun litotomi karena akan merangsang

kekuatan meneran. Posisi terlentang selama persalinan (kala I dan II) juga

sebaiknya dihindari, sebab saat ibu berbaring telentang maka berat uterus,

janin, cairan ketuban, dan plasenta akan menekan vena cava inferior.

Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-placenta

yang akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga dapat menghambat

kemajuan persalinan (Kurniarum, 2016).

f. Pengurangan Rasa Nyeri

9
Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri persalinan

dengan teknik self-help. Teknik ini merupakan teknik pengurangan nyeri

persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin, melalui pernafasan

dan relaksasi maupun stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help

dapat dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu dimulai

dengan mempelajari tentang proses persalinan, dilanjutkan dengan

mempelajari cara bersantai dan tetap tenang, dan mempelajari cara menarik

nafas dalam (Aprilia, 2010).

5. Tahapan Persalinan

a. Kala 1 : Kala pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap(10cm).

dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

1. Fase laten :

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan.

b) Serviks secara bertahap.

c) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

d) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

2. Fase aktif :

Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maksimal, dan

deselerasi:

10
a) Periode akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm.

b) Periode dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat

dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi yaitu pembukaan berlangsung lambat kembali,

dalam 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih

dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari

pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan

terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (primigravida) atau lebih

dari 1 cm hingga 2 cm per jam (multipara). Pada fase aktif terjadi

penurunan bagian terbawah janin (Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).

b. Kala 2 : Kala pengeluaran janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong

janin hingga kuat.

Pada kala 2 memiliki ciri khas:

 dorongan meneran

 perineum menonjol

 vulva vagina dan spingter ani membuka

 jumlah pengeluaran air ketuban meningkat, his lebih kuat dan lebih cepat

2-3 menit sekali

 pembukaan lengkap (10 cm)

pada primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5

jam (Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).


11
1) Fisiologi Kala II

a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya

tiap 2-3 menit.

b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini dan pasien mulai mengedan.

c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar

panggul, perineum menonjol, vulva membuka dan adanya tekanan

anus.

d) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi

waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian

ini disebut “Kepala membuka pintu”.

e) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga

tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan sub

occiput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”.

f) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar,

dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,

perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak

dapat menahan regangan yang kuat tersebut.

g) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga

kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh

jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.

Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak

berbaring,merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas

12
siku,kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada,mulu dikatup

dengan sikap seperti diatas tetapi badan miring kearah dimana punggung janin

berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas(JNPKR dan

Depkes,2002)

c. Kala III : persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban dan berlangsung tidak lebih dari 30

menit, disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta.

Tanda-tanda pelepasan plasenta antara lain, semburan darah tiba-tiba, tali

pusat memanjang. perubahan bentuk dan ukuran uterus (Wulansari, Mahawati

and Hartini, 2013).

1) Fisiologi Kala III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam

uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan

mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan

pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena

tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta

akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding

uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek

saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus

hingga uterus seluruhnya berkontraksi (Wulansari, Mahawati and Hartini,

2013).

Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan

semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan

dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi,

13
wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat

melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi

hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang

cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus

merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten

(Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).

d. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu , merupakan kondisi paling kritis karena proses perdarahan yang

berlangsung. Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama setelah

kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

pemantauan yang dilakukan adalah tingkat kesadaran ibu, tekanan darah, nadi,

suhu, kontraksi uterus, kandung kemih, Tinggi Fundus Uteri (TFU), dan

jumlah perdarahan (Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).

6. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)


Asuhan persalinan normal memiliki tujuan yaitu mengupayakan

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta dengan

intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan tetap

terjaga pada tingkat yang optimal (Wulansari, Mahawati and Hartini, 2013).

Menurut JNPK-KR (2013), 60 langkah asuhan persalinan normal, antara lain:

a. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II

1) Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II

a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.

14
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.

c) Perineum tampak menonjol.

d) Vulva dan spingter ani membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

Untuk resusitasi siapkan tempat datar, rata, bersih kering dan hangat, 3

handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt

dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi.

a) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta penganjal bahu

bayi.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam

partus set.

3) Menggunakan celemek plastik.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan

sabun dan air yang bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan

handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan dengan DTT atau steril pada tangan yang akan

digunakan untuk periksa dalam.

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi

pada alat suntik).

c. Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

15
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.

8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput

ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan

amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan

kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

d. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginanya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

16
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setangah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk

meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak

meminta ibu terbaring terlentang)

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada

ibu

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk, jika bayi belum atau tidak akan segara lahir setelah 120

menit (2 jam) meneran pada primigravida atau 60 menit (1 jam) meneran

pada multigravida.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan meneran dalam 60 menit.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan

handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

17
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

19) Setelah kepala bayi nampak dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau

bernafas cepat dan dangkal.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di dua tempat

dan memotongnya.

21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus

pubis dan kemudian gerakkan ke atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.

Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku

sebelah atas.

18
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Memegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari

dan jari-jari lainnya.

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Melakukan penilaian sepintas

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi

pada asfiksia bayi baru lahir. Bila semua jawaban adalah “Ya”, lanjut ke-

26.

26) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikan oksitosin 10 unit IM

( intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3

cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

19
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pemotongan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

b) Mengikat tali pusat dengan umbilical cord atau benang DTT atau steril

pada salah satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit

bayi. Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih

rendah dari puting payudara ibu. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain

hangat dan pasang topi di kepala bayi.

a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

b) Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah

berhasil menyusu.

h. Penatalaksanan Aktif Persalinan Kala III

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu di tepi atas

simfisis pubis untuk mendeteksi dan tangan lain menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso-kranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir

20
setelah setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

36) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali

pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan

lahir dan tetap lakukan tekanan dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah

panjang, memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

a) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau

bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual dan rujuk.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua

tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.

a.Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian menggunakan jari-jari

21
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput

yang tertinggal.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus uteri dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras).

i. Menilai Perdarahan

39) Memeriksa kembali kedua sisi yang menempel ke ibu maupun ke janin

dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan

utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

j. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, dan membilasnya dengan air DTT kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik sert kandung kemih kosong.

44) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

47) Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60 x/menit).

22
a) Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi di resusitasi dan segera

merujuk ke rumah sakit.

b) Jika napas bayi terlalu cepat, segera dirujuk.

k. Kebersihan dan Keamanan

48) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

51) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk meberikan makanan/minuman kepada ibu.

52) Mendekontaminasikan tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan

larutan klorin 0,5%.

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

melepaskan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

55) Menggunakan sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi

baru lahir.

56) Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata pencegahan, vitamin K 1

1mg intramuskular di paha kiri anterolateral. Setelah itu, melakukan

23
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pantau setiap 15 menit untuk pastikan

bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal

(36,5-37,5 ℃).

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 memberikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Meletakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin

0,5%.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

2. Preeklampsia

1.Definisi Preeklampsia

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinurine dan edema akibat


kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Preeclampsia
adalah sekumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,ibu bersalin dan ibu nifas yang terdiri
dari hipertensi,edema dan proteinuria tetapi tidak menujukan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya,sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah usai kehamilan 28
minggu atau lebih.

Preeklampsia adalah kelainan multisistemik spesifik pada kehamilan yang ditandai oleh
timbulnya hipertensi dan proteinurine setelah umur kehamilan 20 minggu
(Rahmadhayanti,hayati,2014). Kondisi yang terjadi pada kasus preeclampsia perlu ditangani
dengan teat karena preeclampsia dapat menimbulkan komlikasi yang serius pada ibu dan jain.
Koplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin meliputi komplikasi maternal dan komplikasi
fetal yang dapat mengancam nyawa(Heazell,2010)

24
Sementara itu,hingga saat ini penyebab preeclampsia belum diketahui secara
pasti(Velde,scoholefield dan plante,2013),namun demikian,resiko preeclampsia diketahui
dapat meningkat pada ibu hamil dengan primigravida,multigravida,kehamilan yang langsung
terjadi setelah perkawinan,ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30
tahun,janin besar atau lebih dari satu(bayi kembar) morbid obesitas,riwayat preeclampsia
pada kehamilan sebelumnya,riwayat keluarga dengan preeclampsia,ibu hail dengan gangguan
fungsi organ(diabetes mellitus,ginjal,migraine) serta ibu hamil denga infeki saluran
kemih(Bobak,lowdermik dan Jensen,2004)

Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklamsia dan jika

tidak diatasi dapat menyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke, koagulapati

hingga kematian, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap baik oedema pada

tangan/kaki, tekanan darah, dan protein urine ibu sejak dini (Kusumawati, 2014).

Penglihatan Mata Kabur Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat

berubah selama masa kehamilan. Jika masalah visual yang mengindikasikan

perubahan mendadak, misalnya pandangan menjadi kabur dan berbayang disertai rasa

sakit kepala yang hebat yang menandakan gejala pre eklamsia (Pantiawati, 2010).

(Yuliani, Hadisaputro and Nugraheni, 2019)

2. Klasifikasi

Preeklampsia dibagi dalam 2 golngan ringan dan berat.

a.Preeklampsia Ringan :

 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terletang,atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih. Kenaikan sistolik 30 mmHg
atau lebih. Cara pegukuran sekurang kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan
jarak periksa 1 jam,sebaiknya 6 jam.

 Edema umum, kaki,jari tangan,dan muka atau kenaikan berat,1kg atau lebih
perminggu

 Proteinurine kwantitatif 0,3gr lebih perliter,kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter


atau midstream.

b.Preeklampsia Berat

25
 Tekanan distolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolic 110 mmHg atau
lebih

 Proteiurine 5g atau lebih dalam 24 jam,3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif

 Oligoria,air kencing 400ml atau kurang dalam 24 jam

 Keluhan serebral,gangguan penlihatan atau nyeri didaerah epigastrium.

 Edema paru dan sianosis

3. Etiologi

Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeclampsia,yaitu:

 Bertambahnya frekuensi pada primigravida,kehamilan ganda,hidramnion,dan


mola hidatidosa

 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian jain dalam uterus

 Timbulnya hipertensi,edema,proteinuria,kejang dan koma.

Faktor predeporsisi :

 Mola hidatidosa

 Diabetes mellitus

 Kehamilan ganda

 Hidropfetalis

 Obesitas

 Umur yang lebih dari 35 tahun

4.Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
26
5. . Pengaturan Diet pada Preeklamsi

Tujuan dari pengaturan diet pada preeklamsi adalah :

 Mencapai dan mempertahankan status gizi normal.

 Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.

 Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air.

 Menjaga keseimbangan nitrogen

 Menjaga agar pertambahan berat badan tidak melebihi normal

Syarat dari pemberian diet preeklamsi adalah :

 Energi dan semua zat gizi cukup dalam keadaan berat makanan diberikan
secara berangsur sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan .

 Penambahan energi tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum
hamil. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat/ringannya retensi garam
atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg / bulan atau
dibawah 1 kg / minggu. Protein tinggi (1 ½ - 2 Kg BB)

 Lemak sedang berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh
ganda. - Vitamin cukup, Vit C dan B6 diberikan sedikit lebih banyak.Mineral
cukup terutama kalsium dan kalium.

 Cairan diberikan 2500 ml sehari pada saat ologuria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang dibutuhkan tubuh. (Anasiru, 2015)

Jenis diet Preeklamsi:

1. Diet Preeklamsi I (Diet preeklamsi diberikan kepada pasien dengan preeklamsi


berat.)

 Makanan ini diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari susu dan sari buah.
Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari peroral dan
kekurangannya diberikan parenteral.

 Makanan ini kurang energi dan zat gizi karenanya hanya diberikan selama 1-2
hari.

2. Diet Preeklamsi II (Diet preeklamsi II diberikan sebagai makanan perpindahan dari


diet)

 Makanan berbentuk saring atau lemak diberikan sebagai diet rendah garam I.
Makanan ini cukup energi dan zat gizi lain.

27
3. Diet preeklamsi III diberikan sebagai perpindahan dari diet preeklamsi II dan I
kepada pasien dengan preeklamsi ringan.

 Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah. Diberikan dalam
bentuk lunak atau biasa.

 Makanan ini cukup semua zat gizi, jumlah energi harus disesuaikan dengan
kenaikan BB yang boleh lebih dari 1 Kg/ BB.

6. . Pencegahan

Pemeriksaa antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeclampsia. Walaupun timbulnya preeclampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya.

Frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukunya dan


pelaksaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berbaring ditempa
tiur namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,dan dianjurkan lebih banyak duduk
dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,karbohidrat,garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

7. Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat


selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi : Untuk preeklampsia berat lebih baik
dilakukan perawatan intensif di rumah sakit guna menjaga kondisi ibu dan bayi yang ada
di dalam kandungannya.

 Perawatan aktif : Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assessment(NST,USG) Indikasi :

a. Ibu :

 Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

 Adanya tanda-tanda atau gejala implending eklampsia,kegagalan terapi


konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perawatan medisinal ada gejala –gejala status quo(tidak ada
perbaikan)

b. Janin :

 Hasil fetal assessment jelek ( NST dan USG)

 Adanya IUGR (Janin terhambat)


c.Laboratorium

 Adanya “help syndrome”

28
 Pengobatan mediastinal

 Pengobatan medistinal pasien preeclampsia berat adalah :

a. Segera masuk rumah sakit

b. Tirah baring mirik ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30
menit,reflex patella setiap jam

c.Diet cukup protein rendah karbohidrat lemak dan garam

d. infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL(60-125


cc/jam)500cc

e. Pemberian Obat anti kejang magnesium sulfat

 Dosis awal sekitar 4gr MgSO4 IV 20% dalam 20cc selama


1gr/menit kemasan 20% dalam 25cc larutan MgSO4 dalam 3-5
menit

Diikuti segera 4 gr dipantat kiri dan 4 gr dipantat kanan(40%


dalam 10cc) . untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocin
2% yang tidak megandung adrenalin pada suntikan IM.

 Dosis ulang diberikan 4 gr IM 40% Setelah 6 jam pemberian dosis


awal lalu dosis ulang berikan 4gr IM setiap 6jam dimana pemberian
MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari

 Syarat pemberian MgSO4 :

a.Refleks patella positif kuat

b. frekuensi penafasan lebih dari 16x/m

c.produksi urin lebih 100cc dalam 4 jam

 MgSO4 dihentikan bila :

a.ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot,reflex fisiologis


menurun,fungsi jantung terganggu dan selanjutnya dapat menyeabka
kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum
10U magnesium pada dosisadkuat adalah 4-7 mEq/liter.

b. Bila timbul tanda tanda keracunan MgSO4 :

o Hentikan pemberian MgSO4

o Berikan calcium gluconase 10% 1gr secara IV dalam waktu


3 menit

29
o Berikan oksigen

o Lakukan pernapasan buatan

c. MgSO4 dihentikan bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah


terjadi perbaikan

F. Antihipertensi berikan bila :

 Desakan darah sistolik >180 mmHg diastolic >110mmHg

 Dosis antihipertensi sama denga dosis antihipertensi pada umumnya

 Bila dierlukan penurunan tekanan secepatnya berikan obat


antihipertensi parental.

8. Komplikasi

1. Stroke

2. eklampsia

3. Solusio Plasenta

4. Pendarahan hepar

5. premature

6. kebutaan

7. kejang dan kebutaan

8. kematian janin dalam uterus dan gagal ginjal

Pemeriksaan penunjang :

 Laboratorium :

o Pemeriksaan specimen urine mid-stream untuk menyingkirkan


kemungkunian infeksi urin

o Pemeriksaan darah lengkap,khususnya unruk mengetahui kadar


ureum darah. Kadar hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-
14gr%

o Pemeriksaan fungsi hati

 Billirubin meningkat(normal 1mg)

 LDH meningkat

30
 Asparat aminomtransferase >60 ul

o Tes kimia darah,asam urat meningkat (normal 2,4-2,7)

o Pemeriksaan retina,untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh


darah retina

o Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan estriol


dalam plasma urine

 Radiologi :

o Elektrokardiogram dan foto dada menunjukan pembesaran


ventrikel dan kardiomegali

o Kardiotografi,diketahui denyut jantung janin lemah

o Ultrasonografi,ditemukan retardasi pertumbuhan jann intrauterus.

o Pernafasaran intrauterus lambat,aktivitas janin lambat dan volume


cairan ketuban sedikit.

31
III. ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN NY A G1POA0 UK 28MG DENGAN PREEKLAMPSIA


RINGAN DIBPM DAMDAM

Tanggal pengkajian : 27 Agustus 2020

Jam : 08:00 WIB

1. DATA SUBJEKTIF

No.Register :

Nama Klien : Ny.A Nama Suami : Tn. D

Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Agama : Kristen Agama : Kristen

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekrjaan : IRT Pekerjaan : Guru

Alamat rumah : Rt/Rw. 05/02 Jl.puput No. Telp :081283754143

N0. Telp : 082228528596

B. ALASAN DATANG

Ibu mengatakan sakit kepala yang sangat hebat disertai dengan pandangan kabur.

C. DATA KEBIDANAN

1) Riwayat menstruasi

32
Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari Dismenorhea : tidak ada

Lama : 7 hari Banyaknya : 2-3 kali / hari

Sifat : Encer Warna : merah segar

2) Riwat perkawinan

Kawin : Sah

Usia saat kawin : Perempuan 24th/laki-laki 26th

Lama perkawinana : 1 tahun

3) Riwayat kehamilan, persalinan, Nifas yang lalu

N0 Tgl/thn Tempat Usia Jenis penolon Penyulit/komplikas anak


. g i
Persalina pertolongan kehamila Persalinan J Bb P ket
n n k b

1. Hamil - 28 - - - - - - -
ini minggu

4) Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 13 Februari 2020

TP : 20 November 2020

Usia kehamilan : 28 minggu

ANC (jumlah kunjungan seluruhnya)

TM I : 1x ( ibu mengatakan mual muntah terus menerus serta tidak nafsu


makan )

33
TM II : 2x ( ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan sulit tidur)

TM III : 1x(ibu mengatakan sakit kepala yang hebat serta pandangan tiba-tiba
kabur)

Imunisasi TT

TTI : SD

TT2 : SMP

TT3 : Caten ,Dst

Tablet Fe : 40 Tablet

D. DATA KESEHATAN

1) Riwayat penyakit yang pernah diderita :

TB : tidak ada Jantung : tidak ada

Malaria : tidak ada Ginjal : tidak ada

Hipertensi : tidak ada DM : tidak ada

2) Riwayat operasi yang pernah diderita

SC : tidak ada

Appendiks : tidak ada

3) Riwayat penyakit kelurga :

TB : tidak ada Jantung : tidak ada

Malaria : tidak ada Ginjal : tidak ada

Hipertensi : tidak ada DM : tidak ada

4) Riwayat Gamelli : tidak ada

5) Riwayat KB

34
Pernah mendengar tentang KB : Pernah

Pernah menjadi akseptor KB : tidak pernah

Jenis KB : tidak ada

Alasan berhenti : tidak ada

Jumlah anak yang diinginkan :2

E. DATA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1.) Nutrisi

a. Makan sehari-hari

Porsi : 3x / sehari

Jenis : Nasi, roti, lauk-pauk, dan buah-buahan

Perubahan makan yang dialami : 2X sehari

Mengonsumsi makanan ringan : Biskuit

Pantangan : Tidak ada

b. Minum : 8-12 gelas/hari

c. vitamin : Fe

2.) Pola Eliminasi

BAB :1 kali BAK : 4-6 kali

Konsistensi : Lunak konsistensi : encer

Warna : kuning kecoklatan warna : jernih

Bau : khas Bau : khas

Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

3.) Aktivitas sehari-hari

Pola istirahat : Baik

Tidur siang : 1-2 jam

Tidur malam : 8 jam


35
Seksualitas : 1 kali dalam 1 minggu Keluhan : tidak ada

Pekerjaan : IRT

4.) Personal Hygine

Gosok gigi : 3 kali/sehari

Mandi : 2 kali/ sehari

Ganti pakaiaan dalam : 3 kali

Irigasi vagina : tidak ada

5.) Perilaku Kesehatan

Penggunaan alkohol / obat –obatan sejenisnya : tidak ada

Obat-obatan /jamu yang sering digunakan : tidak ada

Merokok : tidak ada

F. DATA PSIKOSOSIAL

1) Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : Diinginkan

2) jenis kelamin yang diharapkan : Perempuan

3)Dukungan keluarga terhadap kehamilan : Sangat mendukung

4)Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

II. DATA OBJEKTIF

A. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Normal

3)Keadaan emosional : Stabil

4)Tanda-tanda vital
36
Tekanan Darah : 160/90 mmhg

Suhu : 36,5° C

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Tinggi badan : 160 cm

5)Berat badan sebelum hamil : 50 kg

6)Berat badan sekarang : 55 kg

7)Kenaikan berat badan selama hamil : 5 kg

8)Lila : 28 cm

B. PEMERIKSAAN KEBIDANAN

1) Inspeksi

a. Kepala

Rambut : Bersih hitam tidak berketombe dan tidak rontok

Telinga : Simetris kanan dan kiri bersih tidak ada serumen

Mata

Konjungtiva : pucat

Sklera : Putih

Hidung : Bersih tidak ada secret

b. Muka (Sedikit pucat)

Chloasma : tidak ada

Oedema : tidak ada

c. Mulut dan Gigi

Lidah : Bersih

Gigi : Tidak ada gigi berlubang

Bibir : Lembab
37
Gusi : Tidak berdarah

d. Leher

Kelenjar theyroid : tidak ada

e. Dada

Payudara : Simetris

Puting susu : Menonjol

Benjolan : tidak ada

Pengeluaran : Ada

f. Abdomen

Bekas luka operasi :tidak ada

Pembesaran : tidak ada

Linea : ada

Striae : ada

g. Genetalia Eksterna

Pengeluaran pervagina : tidak ada

Luka : tidak ada

Varices : tidak ada

Oedema : tidak ada

h. Ekstremitas atas

Oedema : tidak ada

i. Ekstremitas bawah

Oedem : Ada

Varices : tidak ada

2) Palpasi

Leopold I : Diperut ibu teraba lunak tidak melenting kemungkinan bokong


janin

38
Leopold II : Sebelah kanan ibu teraba masa panjang seperti papan memanjang
kemunginan punggung janin,sebelah kiri perut ibu teraba tonjolon-tonjolan kecil
yaitu ekstremitas janin

Leolpold III : Dibagian bawah perut ibu teraba masa bult,kera dan melenting
kemungkinan kepala janin. Sudah dapat digoyangkan tetapi belum masuk pintu
atas panggul.

Leopold IV : Tidak dilakukan

TFU (Mc, (cm) : 27cm

TBJ : ( 27-12) x 155 = 1.883 kg

3.) Auskultasi

DJJ : 144x/m

Lokasi : Puka

4.) Perkusi

Refleks patella : (+)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1) Darah

Hb : 9% gr

2) Urine

Protein : ++

Reduksi : -

III.Assesment

Ny.A G1P0A0 usia kehamilan 28 Minggu dengan Preeklampsia Berat


39
IV.Plan Of Axtion

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Tekanan Darah : 160/90 mmhg

Suhu : 36,5° C

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Tinggi badan : 160 cm


E; Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

2. Anjurkan ibu untuk diet tinggi protein,lemak,rendah garam serta banyak makan buah-
buahan. Anjurkan ibu untuk diet tinggi protein,lemak,rendah garam serta banyak makan
buah-buahan. Makanan ini diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari susu dan sari
buah. Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari peroral dan kekurangannya
diberikan parenteral.

E : Telah dilakukan

3.Segera masuk rumah sakit ,lakukan tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu
diperiksa setiap 30 menit,reflex patella setiap jam.

E : Telah dilakukan

4. infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL(60-125


cc/jam)500cc

E : Pemasangan infus telah dilakukan

4. Pemberian Obat anti kejang magnesium sulfat. ) Pemberian anti kejang /anti
konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO4
merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia berat
dan ringan.

cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:

a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya kejang
atau kejang berulang dengan cara:

1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutan dengan 10 ml
aquades. 2) Berika larutan tersebut secara perlahan-lahan sevara IV selama 20 menit

3) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%)
seara Im di bokong kiri dan kanan.

40
E : MgSO4 telah diberikan

5. Sambil menunggu rujukan mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4 dalam 6 jam sesuai
prosedur dengan cara: Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer Laktat, Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam

E : Obat telah disiapkan.

6. Melakukan pemeriksaan fisik setiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, reflex patella dan jumlah urin.

E : Pemeriksaan akan dilakukan setiap jam

7.Melakukan Pendokumentasian

E : Pendokumentasian telah dilakukan.

Pangkal pinang, 27 Agustus 2020

Okta Arfella Damanik

Mengetahui

Pembimbing lahan praktik Pembimbing institusi

Liana Devi Oktavia,M.Keb

NIP. 197711022002122006

41
42
IV. PEMBAHASAN

Ny.A G1P0A0 UK 28 MG DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT pada masa


kehamilan melakukan kunjungan ANC mengatakan sakit kepala yang sangat hebat dan
pandangan kabur. Hal ini sejalan dengan teori Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan komplikasi kejang
maternal, stroke, koagulapati hingga kematian, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
lengkap baik oedema pada tangan/kaki, tekanan darah, dan protein urine ibu sejak dini
(Kusumawati, 2014)

Pada saat pemeriksaan fisik dilakukan secara Head To Toe dengan asuhan 10 T di
mulai dari timbang berat badan, tinggi badan, ukur tekanan darah, pengukuran lingkar lengan
atas, pengukuran tinggi fundus dan palpasi posisi janin serta pemeriksaan detak jantung janin,
pemberian imunisasi TT (Ibu sudah di imunisasi TT), pemberian Tablet tambah darah (fe),
serta pemeriksaan laboratorium dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal, melakukan
tatalaksana sesuai kasus, temu wicara persiapan rujukan/persalinan. Data yang diperoleh :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Normal

3)Keadaan emosional : Stabil

4)Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 160/90 mmhg

Suhu : 36,5° C

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Tinggi badan : 160 cm

5)Berat badan sebelum hamil : 50 kg

6)Berat badan sekarang : 55 kg

7)Kenaikan berat badan selama hamil : 5 kg

8)Lila : 28 cm
Kasus yang diderita oleh pasien adalah Preeklampsia Berat yaitu dengan gejala :

 Tekanan distolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolic 110 mmHg atau
lebih

 Proteiurine 5g atau lebih dalam 24 jam,3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif

43
 Oligoria,air kencing 400ml atau kurang dalam 24 jam

 Keluhan serebral,gangguan penlihatan atau nyeri didaerah epigastrium.

 Edema paru dan sianosis

Penatalaksanaan yaitu :

a. Segera masuk rumah sakit

b. Tirah baring mirik ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,reflex
patella setiap jam

c.Diet cukup protein rendah karbohidrat lemak dan garam

d. infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL(60-125 cc/jam)500cc

e. Pemberian Obat anti kejang magnesium sulfat

 Dosis awal sekitar 4gr MgSO4 IV 20% dalam 20cc selama 1gr/menit kemasan 20%
dalam 25cc larutan MgSO4 dalam 3-5 menit

Diikuti segera 4 gr dipantat kiri dan 4 gr dipantat kanan(40% dalam 10cc) . untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xylocin 2% yang tidak megandung adrenalin pada
suntikan IM.

 Dosis ulang diberikan 4 gr IM 40% Setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis
ulang berikan 4gr IM setiap 6jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari

 Syarat pemberian MgSO4 :

a.Refleks patella positif kuat

b. frekuensi penafasan lebih dari 16x/m

c.produksi urin lebih 100cc dalam 4 jam

Antihipertensi berikan bila :

 Desakan darah sistolik >180 mmHg diastolic >110mmHg

 Dosis antihipertensi sama denga dosis antihipertensi pada umumnya

 Bila dierlukan penurunan tekanan secepatnya berikan obat antihipertensi parental.

Hal ini disebabkan oleh Bertambahnya frekuensi pada primigravida,kehamilan


ganda,hidramnion,dan mola hidatidosa,bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya
kehamilan.

44
V. PENUTUP

KESIMPULAN

Preeklampsia adalah kelainan multisistemik spesifik pada kehamilan yang ditandai


oleh timbulnya hipertensi dan proteinurine setelah umur kehamilan 20 minggu
(Rahmadhayanti,hayati,2014). Kondisi yang terjadi pada kasus preeclampsia perlu ditangani
dengan teat karena preeclampsia dapat menimbulkan komlikasi yang serius pada ibu dan jain.
Koplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan janin meliputi komplikasi maternal dan komplikasi
fetal yang dapat mengancam nyawa(Heazell,2010)

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu memberikann konseling tirah baring dan
MgS04

SARAN

1.Bagi klien

Ibu hamil diharapkan untuk tidak menganggap remeh preeclampsia berat sehingga bisa

menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah.Dan melakukan standar asuhan

kehamilan secara rutin yaitu 4x kunjungan.

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat terus menerapkan manajeman dan asuhan kebidanan

yang telah dimiliki serta terus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam dunia

kesehatan, khususnya dalam dunia kebidanan. Serta meningkatkan asuhan yang bermutu

secara komprehensif.

3 . Bagi Lahan Praktik

Diharapkan pihak lahan praktik bisa lebih meningkatkan mutu pelayanan kepada

masyarakat agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat dan

bisa terus menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan

ilmunya.

45
VII.DAFTAR PUSAKA

Niwang Ayu TD(2016) Patalogi dan patofisiologi kebidanan : Yogyakarta : Nuhamedika


Anasiru, M. A. (2015) ‘Pengaturan Gizi Pada Penanganan Preeklampsia’, Health and
Nutritions Journal, I(1), pp. 62–72.

Yuliani, D. R., Hadisaputro, S. and Nugraheni, S. A. (2019) ‘Distribusi Faktor Risiko


Preeklampsia pada Wanita Hamil dengan Preeklamsia Ringan di Kabupaten Banyumas’,

Elisabeth Siwi Walyanis,Endang Purwoastuti (2016) Asuhan kebidanan Persalinan & BBL

Eka Nurhayati,S.ST.,M.KM (2019) Patalogi dan fisiologi persalinan Distosia dan konsep
dasar persalinan

Cunninghsm,Macdonald,Gant Penerbit buku kedokteran Obsetri Williams

46
47

Anda mungkin juga menyukai