Disusun Oleh :
RINDA YULIANA DWI KUSUMANINGRUM
1911040087
A. PENGERTIAN
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons
sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah
sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik
(Dongoes, 2000).Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah
pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari
pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau
terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia).
Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine
sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan
karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur
(candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).Sepsis
neonatorum merupakansindrom klinis yang timbul akibat
invasimikroorganisme ke dalam aliran darah yang terjadi dalam satu bulan
pertamakehidupan. Sepsis neonatorum dibedakanmenjadi sepsis neonatorum
onset dini (SNOD) dan sepsis neonatorum onset lanjut (SNOL). (Mansur, dkk
2013)
B. ETIOLOGI
Etiologi dari sepsis dapat disebakan oleh berbagai macam Bakteria
seperti Escherichiacoli, Listeriamonocytogenes, Neisseriameningitidis,
Sterptococcuspneumoniae, Haemophilusinfluenzae tipe B,Salmonella, dan
Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis
pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan
penyebab sepsis paling sering pada neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh
bayi melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa
komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada
neonatus, antara lain:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus atau plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
7. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses
kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC)
Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu
dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama
melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap
sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka
biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang,
pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan
dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat
masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat
seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia
tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke
sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran
darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya
bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi
pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan
penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami
infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcuspneumoniae (pneumococcus)
menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi
berusia 3 bulan sampai 3 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya
fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel.
Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan
kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan
umbilikus.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut,
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-
naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang,
jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
Hambatan penarikan Kontak langsung Aliran darah dari Kontaminasi dengan bayi lain,
plasenta pada bayi selama kelahiran pada maternal ke neonatus personal, objek dalam
prematur jalan lahir lingkungan
Transmisi antibody-
plasenta terganggu SEPSIS Septikemia & Viremia
NEONATORUM
Perubahan membrane
alveolar – kapiler Kesiapan meningkatkan Anak dihospitalisasi
koping keluarga
Gangguan
Pertukaran Gas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari
evaluasi diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit
saluran pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan
difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin
menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan
sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi
lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga
osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006)
Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan
penetapan diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat
digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil
pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah
mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif
walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu
dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang
hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan
lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah
dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang
sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi
antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain
pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan
protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila
terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)
G. PENATALAKSANAAN
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg
BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per
hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan
waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah
lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan
serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto
polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin,
gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan
infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif
maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium
menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100
mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40
mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per
hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis
pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar .
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan
data, yang perlu dikaji adalah :
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat perawatan antenatal (ada/tidaknya ketuban pecah dini)
e. Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
f. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat
lain.
g. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis,
herpes klamidia, gonorea, dll). Apakah selama kehamilan dan saat
persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.
Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis).
Mengkaji tatus sosial ekonomi keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan :
a. letargi (khususnya setelah 24 jam petama)
b. Tidak mau minum atau refleks mengisap lemah
c. Regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang
melebihi penurunan berat badan secara fisiologis.
d. Hipertermi/hipotermi
e. Tampak icterus
f. pernapasan mendengkur
g. takipnea atau apnea
h. kulit lembab dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat.
i. hipotensi, dehidrasi, sianosis