Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM KRONIK


PADA AN. B DI RUANG KANTHIL RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :
NOVI SRI RAHAYU
1911040076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM KOMPLEKS

A. PENGERTIAN
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh
proses ekstranium (Bararan & Januar, 2012).
Menurut Wulandari & Erawati (2016), kejang demam merupakan kelainan neurologis
yang paling sering ditemukan pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam.
b. Kejang demam kompleks
Kejang demam lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang atau lebih dari 1
kali dalam 24 jam (Wulandari & Erawati, 2016).
C. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam menurut Risdha (2014) yaitu :
Faktor-faktor perinatal, malformasi otak kongenital
1. Faktor genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya demam, 25-50% anak yang
mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang
demam.
2. Penyakit infeksi
a.) Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsilitis, otitis media.
b.) Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab demam
berdarah).
3. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi.
4. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala
5. Gangguan metabolisme
6. Neoplasma, toksin
7. Gangguan sirkulasi
8. Penyakit degeneratif susunan saraf
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wulandari & Erawati (2016) manifestasi kejang demam yaitu :
1. Kejang demam mempunyai kejadian yang tinggi pada anak yaitu 34%
2. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak laki-laki
3. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi disusunan
saraf pusat seperti otitis media dan bronchitis
4. Bangkitan kejang berbentuk tonik-klonik
5. Takikardi pada bayi, frekuensi sering diatas 150-200 kali per menit
E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang
melalui proses oksidasi oleh oksigen. Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan
oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak
dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran,
sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter
dan menyebabkan terjadinya kejang. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda
tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi
pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat
terjadi pada suhu 40oC atau lebih.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi pada
kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga kebutuhan
oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang
berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam menurut Waskhito (2013) adalah :
1. Kerusakan neurotransmitter
Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
ataupun membran sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
2. Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan.
3. Kelainan anatomi di otak
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di otak
yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
4. Kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah diazepam untuk
memberantas kejang secepat mungkin yang diberi secara IV (intravena), IM
(intramuscular), dan rektal. Dosis sesuai BB : <10 kg ; 0,5 , 0,75 mg/kg BB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg, >20 kg ; 0,5 mg/kgBB. Dosis rata-rata dipakai 0,3
mg/kgBB kali dengan maksimal 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10
mg pada anak yang lebih besar.
2. Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB dan
dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukortikoid misalnya dexamethasone 0,5-1 ampul
setiap 6 jam.
H. PATHWAY
Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia
Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Reaksi inflamasi perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler


Resiko infeksi
Proses demam
Ketidakseimbangan potensial kelainan
Hipertermia membran ATP ASE neurologis
perinatal
Resiko kejang berulang difusi Na+ dan K +

Pengobatan perawatan kejang resiko cedera


kondisi, prognosis lanjut dan
diit

defisit pengetahuan keluarga kurang dari 15 menit lebih dari 15 menit

tidak menimbulkan perubahan suplay


gejala sisa darah ke otak

resiko kerusakan sel


neuron otak

gangguan perfusi
jaringan serebral
I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO. Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana
1. Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital
infeksi keperawatan selama 3x24 jam sign
diharapkan tidak terjadi 2. Tingkatkan
hipertermi atau peningkatan sirkulasi udara
suhu tubuh denmgan kriteria dengan
hasil : membatasi
a. Suhu tubuh dalam rentan pengunjung
normal (36,5-37) 3. Berikan cairan
b. Nadi dalam rentan normal dan elektrolit
80-120 x/menit sesuai kebutuhan
c. RR dalam rentan normal 18- 4. Berikan edukasi
24 x/menit pada keluarga
d. Tidak ada perubahan warna tentang kompres
kulit dan tidak ada pusing. hangat
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat penurun
panas
2. Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan tindakan 1. Monitor
b.d kekakuan otot keperawatan selama 3x24 jam frekuensi nafas
pernafasan diharapkan pola nafas kembali 2. Auskultasi suara
efektif dengan kriteria hasil : nafas
a. RR dalam batas normal 18-24 3. Atur posisi
x/menit pasien untuk
b. Menunjukkan jalan nafas mengoptimalkan
yang paten ventilasi
c. Tidak ada sianosis 4. Monitor warna
d. Ttv dalam rentan normal kulit
5. Monitor ttv
6. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemasangan
bronkodilator
atau pemberian
oksigen.
3. Resiko tinggi cedera b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan
spasme otot ekstermitas keperawatan selama 3x24 jam lingkungan yang
diharapkan masalah tidak aman untuk
menjadi aktual dengan kriteria pasien
hasil : 2. Identifikasi
a. Tidak terjadi kejang kebutuhan dan
b. Tidak terjadi cedera keamanan pasien
3. Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
4. Memasang side
rail tempat tidur
5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan
bersih
6. Membatasi
pengunjung
7. Memberikan
penerangan yang
cukup
8. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien
4. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan
penurunan imunitas keperawatan selama 3x24 jam lingkungan pasien
tubuh diharapkan infeksi dapat secara benar
terkontrol, status imun adekuat setiap setelah
dengan kriteria hasil : digunakan pasien
a. Bebas dari tanda dan gejala 2. Cuci tangan
infeksi sebelum dan
b. Keluarga tahu tanda-tanda sesudah merawat
infeksi pasien
c. Angka leukosit normal 3. Anjurkan pada
(9000-12.000/mm3) keluarga untuk
selalu menjaga
kebersihan klien
4. Tingkatkan
masukkan gizi
yang cukup
5. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai