Anda di halaman 1dari 19

i

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KASUS HYDROCEPHALUS

oleh
Lailatul Munawaroh, S.Kep
NIM 192311101212

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN....................................................................................................... i
Halaman Judul................................................................................................................ ii
Lembar Pengesahan........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... v
A. Konsep Teori Penyakit.......................................................................................... 1
a. Anatomi Fisiologi Kepala............................................................................... 1
b. Defiinisi Hydrocephalus.................................................................................. 4
c. Epidemiologi .................................................................................................. 4
d. Etiologi ........................................................................................................... 4
e. Klasifikasi........................................................................................................ 5
f. Manifestasi Klinis........................................................................................... 6
g. Patofisiologi Hydrocephalus dan Clinical Pathway........................................ 7
h. Pemeriksaan Penunjang................................................................................... 10
i. Penatalaksanan Hydrocephalus....................................................................... 10
B. Proses Keperawatan.............................................................................................. 11
a. Pengkajian....................................................................................................... 11
b. Masalah Keperawatan yang mungkin Muncul................................................ 14
c. Perencanaan/Nursing Care Plan...................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18
A. Konsep Tentang Penyakit

1. Anatomi Kepala

Gambar 1. Anatomi kepala

A. Tengkorak Menurut Pearce (2008)

Tulang terngkorak adalah struktur yang melindungi serta menutup bagian otak, yang

terdiri dari tulang muka dan tulang cranium. Tulang cranium terdapat 3 lapisan: lapisan

pertama ialah lapisan luar, yang keuda letmoid dan yang terakhir lapisan dalam. Lapisan

dalam dan lapisan luar adalah struktur yang terkuat dan etmoid adalah struktur yang

berbentuk seperti busa. Lapisam dalam berbentuk fosa atau rongga.

B. Otak

Menurut (Price, 2005), terdapat 3 bagian otak, meliput:

a. Cerebrum
2

Gambar 2. Lobus - lobus otak

Otak atau cerebrum besar terbagi menjadi 2 bagian, hemispherium serebri kiri serta

kanan. Pada setiap bagian henispher dibagi menjadi 4 lobus terdiri dari lobus pariental,

frontal, temporal dan oksipital.

b. Cerebellum

Cerebellum terdapat pada bagian belakang sophag yang menempati fosa serebri posterior

dibawah lapisan durameter. Cerebellum mempunyai fungsi sebagai pencetus rangsangan dan

penghambat serta mempunyai suatu tanggunag jawab yang besar terhadap pengaturan dan

sensorik halus, serta dapat mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan dalam berposisi

dan menyatukan masuknya beberapa sensori.

c. Brainstem

Batang otak terdiri dari beberapa bagian seperti otak tengah, pons dan sophag oblongata.

Otak tengah midbrain atau ensefalon berfungsi untuk menyatukan pons dan sereblum dengan

hemisfer sereblum. komponen ini terdapat jalur sensorik dan motorik, sebagai pusat reflek

pendengaran dan penglihatan.

Gambar 3. Anatomi ventrikel otak

Menurut Japardi (2002), cairan serebrospinal yang berada didalam bagian subarakhnoid

adalah salah satu dari proteksi dalam melindungi jaringan otak serta medula spinalis terhadap

trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume pada intracranial umumnya ±

1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal sekitar ± 52-162 ml (rata-
3

rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. Total jumlah 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan,

baik ekstra sel maupun intra sel. Cairan serebrospinal berkisar sekitar sebanyak 0,35 ml/menit

atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan pada serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam

satu sewaktu. Untuk mempertahankan agar jumlah cairan serebrospinal tetap stabil dalam

waktu jangka panjang, maka cairan serebrospinal harus diganti 4-5 kali dalam sehari.

B. Definisi Hydrocephalus

Hidrosefalus merupakan kondisi yang ditandai dengan ketidakseimbangan dinamis antara

pembentukan (produksi) dan penyerapan cairan tulang belakang atau obstruksi fisik atau

fungsional aliran CSF yang mengarah ke dilatasi ventrikel progresif yang menghasilkan

peningkatan ukuran rongga fluida di otak dan dalam beberapa situasi terdapat perluasan

ruang di luar otak, dengan atau tanpa peningkatan ukuran ventrikel (Urike dkk, 2017)

C. Epidemiologi

Penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmayani dkk (2017), di RSUD dr. Soetomo, bayi

merupakan kelompok usia terbanyak yang mengalami hydrocephalus (46,25%),

sedangkan neonatus hanya mencapai 5%. Jenis kelamin yang lebih banyak mengalami

hydrocephalus adalah laki-laki dengan rasio 2,1:1. Penyebab utama dari hydrocephalus

adalah factor genetic dan lingkungan.

D. Etiologi Hydrocephalus

Beberapa penyebab terjadinya hidrosefalus menurut Ropper (2005):

1. Kelainan bawaan

a. Stenosis Aquaductus sylvii, salah satu penyebab utama pada bayi dan anak.

Aquaductus mengalami stenosis yang akan membuat aliran menjadi sempit.

Umunya tanda hidrosefalus dapat dilihat sejak bayi baru lahir atau progresif

dengan cepat pada awal bulan pertama setelah bayi lahir.


4

b. Cranium bifida dan Spina bifida, mulanya berkaitan dengan sindrom Arnold-

Chiari yang diakibatkan karena tertariknya medula spinalis dan medula

oblongata serta cerebelum, sehingga letaknya lebih rentah dan dapat menutupi

foramen magnum menjadi mudah terjadi penyumbatan sebagian atau total.

c. Sindrom Dandy-Walker, adalah bagianatresia congenital foramen luscha dan

magendie yang membuat hidrosefalus berproses dengan pelebaran pada sistem

ventrikel.

d. Kista arachnoid, bisa terjadi dengan cara kongenital srta membelah penyebab

menurut usia.

e. Anomal pembuluh darah, hidrosefalus yang sinus transversus yang

mengakibatkan obstruksi akuaduktus.

2. Infeksi yang dapat menimbulkan perekatan meningen shingga bisa membuat

terjadinya obliterasi bagian subarachnoid.

3. Neoplasma Hidrosefalus yang disebabkan oleh obstruksi mekanik dapat

mengakibatkan aliran CSS. Pada anak paling banyak membuat penyubatan pada

venntrikel IV atau aquaductus Sylvii sebelah akhir yang umumnya sebush glioma

yang bermula dari serebelum, penyempitan sebelah depan ventrikel III

diakibatkan oleh kranioaringioma.

E. Klasifikasi Hydrocephalus

Corwin (2009) mengklasifikasikan hidrosefalus menjadi dua macam, yakni:

1. Hidorefalus nonkomunikans, terjadi akibat obstruksi aliran cairan serebro spinal

di dalam sistem ventrikel.

2. Hidrosefalus komunikans, terjadi dikarenakan terjadinya sumbatan pada absropsi

cairan serebro spinal (CSS). Selain itu, terjadinya cedera kepala dapat

menyebabkan hidrosefalus komunikans.


5

F. Manifestasi Klinis Hydrocephalus

Manifestasi klinis (Dian dkk, 2012)

a. Pada bayi terdapat tanda dan gejala sebagai berikut:

1. Pembesaran pada kepala yang tidak sesuai dengan tumbang bayi karena

peningkatan suatu volume cairan sereprospinalis.

2. Distansi aliran vena kuliat kepala karena terdapat peningkatan pada tekanan

cairan di serebrospinalis.

3. Otot-otot leher yang belum dapat berkembang dikarenakan bertambahnya berat

bedan.

4. Tangisandengan suara yang melengking dan nada yang tinggi, serta tous otot

yang tidak normal sebagai suatu akibat kompresii saraf.

5. Muntah proyektil yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial.

b. Pada dewasa dan anak memiliki tanda ialah:

1. Tingkat kesadaran yang menurun yang di akibatkan oleh meningkatnya

tekanan intrakranial.

2. Ataksia yang diakibatkan kompresi pada bagian motoric.

3. Gangguan intelektual.

G. Patofisiologi Hydrocephalus

Hidrosefalus dapat terjadi dikarenakan kongenital, infeksi (pneumonia, TBC, meningitis),

perdarahan di bagian kepala serta faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga

dapat menyebabkan terjadinya obstruksi di sistem ventrikuler subarachnoid, ventrikel

serebral akan melebar sehingga dapat menyebabkan bagian permukaan ventrikuler

merobek dan mengkerut garis ependymal. Proses dilatasi tersebut dapat berupa suatu
6

proses yang sangat tiba-tiba dan dapat menjadi selektif tergantung pada posisi

penyumbatan.

Apabila fontanela anterior tidak dapat tertutup hal tersebut tidak akan mengembang dan

terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal menyebabkan suatu titik perluasan

pada ventrikel laterasl dan tengah, perluasan ini mengakibatkan kepala menjadi berbentuk

khas ialah perlihatan dahi yang menonjol dan dominan (dominan Frontal blow).

Syndroma dandy walkker dapat terjadi apabila obstruksi pada foramina di luar pada

ventrikel IV. Ventrikel pada IV meluas serta fossae posterior menonjol memenuhi

sebagian besar rongga dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus tersebut akan

mengalami pembengkakan cerebrum yang secara seimbang dan wajahnya jadi kecil

dengan disproporsional.

Pada orang yang lebih dewasa, sutura cranial sudah tertutup sehingga memisahkan

ekspansi masa otak, sebagai efeknya dapat menimbulkan gejala: Kenaikan ICP sebelum

ventrikel cerebral menjadi melebar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada

hidrosephalus tidak sempurna. CSF tidak normal pada sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan

ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.


7

Clinical Pathway

Produksi CSS Absorbsi

Penumpukan cairan (CSS) dalam virtikel otak secara aktif


(Hydrocephalus)

Penatalaksanaan Obstruksi aliran pada shunt divertikel otak

Nyeri Akut Pemasangan VP Resiko Peningkatan


shunt infeksi volume css

TIK
Hambatan
mobilitas fisik

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan


8

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Behrman dkk, 2009), yaitu:

1. Foto kepala

2. Transiluminasimeluasnya cahaya dari luar sumber sinar melebihi batas, frontal

2,5cm, oksipital 1 cm.

3. Pemeriksaan CSS

4. Ventrikulografi

Ventrikulografi adalah suatu cara untuk memasukkan alat berupa O2 murni.

5. CT scan kepala

Pada penderita hidrosefalus obstruktif, CT scan lebih sering membuktikan hasil

adanya pelebaran pada ventrikel lateralis dan ventrikel III. Hal ini bisa terjadi di

atasventrikel lebih besar dibandingkan dengan occipita horns pada anak yang besar.

6. USG

Tindakan ini dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. USG

diharapkan dapat menunjukkan hasil dari sistem ventrikel yang meluas.

I. Penatalaksanaan Hydrocephalus

a. Terapi Medikamentosa

Hydrocephalus dengan progresivitas yang sedikit rendah tidak memerlukan

tindakan operasi. Sebagai gantinya dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50

mg/kg BB. Asetazolamid dalam dosis 40-75 mg/kg 24 jam mengurangi sekitar

sepertiga produksi CSF, dan terkadang sangat efektif padahydrocephalus ringan

yang berkembang sangat lambat.

b. Operasi
9

Operasi merupakan suatu upaya yang menghubungkan antara ventrikulus otak

dengan rongga peritoneal yang dapat disebut juga dengan ventriculo-peritoneal

shunt.
10

Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien:

1) Nama

2) Jenis kelamin

3) Umur:

4) Status perkawinan, alamat, pekerjaan, pendidikan, suku bangsa, bahasa yang

digunakan, agama, sumber biaya, diagnosa medis, dan sumber informasi.

b. Keluhan Utama: Klien dengan hydrocephalus biasanya terjadi pembesaran kepala

abnormal dan keterlambatan penutupan sutura.

c. Riwayat Penyakit Sekarang: Anak dengan hidrosefalus mengalami gelisah, muntah,

menangis dengan suara ringgi, penurunana, nadi, peningkatan sistole pada tekanan

darah, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, alergi – stupor.

d. Riwayat Penyakit Dahulu: Adanya suatu infeksi, trauma, konginental.

e. Riwayat Penyakit Keluarga: Anak dengan hidrosefalus biasanya pada ibunya pernah

menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh dalam masa perkembangan

normal otak. Infeksinya antara lain Cytomegalovirus, Rubella, Mumps, Sifilis, dan

Toksoplasmosis.

f. Riwayat perinatal :

a. Antenatal

Masalah selama masa kehamilan salah satunya yaitu infeksi pada rahim selama

kehamilan dapat meningkatkan risiko hydrocephalus pada bayi. Akibat infeksi

tersebut dapat menimbulkan perlekatan meningen. Secara patologi tampak

penebalan jaringan piameter.


11

b. Intra natal

Bayi dengan lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi akan terjadinya

perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikel otak).

c. Post natal

Stenosis akuaduktus Sylvii yaitu suatu saluran buntu yang sama sekali tidak dapat

dilewati atau abnormal lebih sempit dari biasa.

g. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas: Keadaan lingkungan rumah yang

mempengaruhi timbulnya hidrosefalus pada bayi yaitu selama fase prenatal ibu kurang

memeprhatikan kondisi kesehatannya termasuk kondisi lingkungan yang tidak bersih

akan menyebabkan adanya kemungkinan infeksi.

h. Riwayat nutrisi: Ibu pada saat hamil kurang mengkonsumsi makanan yang

mengandung makanan bervitamin, berprotein tinggi, asam folat, kalsium, zat besi dan

makanan berserat.

i. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tingkat perkembangan pada pasien

hidroseflus dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga.

2. Pengkajian 11 Pola Gordon

1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan

Ibu saat kehamilan tidak mengetahui kondisi apa saja yang dapat menyebabkan

hidrosefalus. Contohnya mengenai penanganan infeksi yang tidak tepat hingga

menyebabkan bayi lahir prematur, dan sebagainya.

2) Pola Nutrisi/Metabolisme

Ibu pada saat hamil kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung makanan

bervitamin, berprotein tinggi, asam folat, kalsium, zat besi dan makanan berserat.

3) Pola Eliminasi
12

Pola BAB dan BAK pada anak dengan hidrosefalus akan mengalami masalah apabila

asupan nutrisi juga berkurang.

4) Pola Aktivitas

Anak dengan hydrocephalus biasanya mengalami keterbatasan dalam aktivitas, anak

akam sering rewel dan menangis.

5) Pola Istirahat Tidur

Tidur tidak cukup karena nyeri yang diakibatkan oleh hydrocephalus yang rasakan

pasien dapat mengganggu pola tidurnya.

6) Pola Kognitif-Persepsi

Pola ini menyangkut mengenai pengetahuan orang tua tentang penyakit yang diderita

klien biasanya orang tua akan mulai kawatir ketika melihat tengkongrak anaknya

semakin membesar.

7) Pola Peran Hubungan

Peran orang tua pada tahap ini sangat dibutuhkan dan dianjurkan dalam merawat dan

mengobati anak dengan hidrosefalus

8) Pola Seksualitas/Reproduksi

Pada anak yang mengalami hidrosefalus pada umunya tidak terdapat gangguan dalam

hal reproduksi.

9) Pola Koping Toleransi Stress

Keluarga dapat memeberikan dukungan dan semangat untuk sembuh pada anaknya.

Respon keluarga (orang tua) terhadap penyakit yang diderita serta dampak yang

seirng timbul pada klien dan orang tua.

10) Pola Keyakinan

Keyakinan Pasien dan keluarga dalam berdoa untuk kesembuhan pasien.

11) Pola Konsep diri


13

Berkaitan mengenai body image di mana kondisi kepanya yang membesar

menyebakan penurunan kepercayaan diri.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan

b. Nyeri akut

c. Resiko infeksi

d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

e. Hambatan mobilitas fisik


14

3. Rencana Keperawatan

Masalah Keperawatan
No Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Pre Operatif
1. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC
3x24 jam diharapkan pasien dapat:
(00026) Indikator Skor Skor yang Manajemen cairan (4120)
saat ini ingin 1. Jaga intake dan output cairan
dicapai
Keseimbanga 1 5 2. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
n intake dan
output cairan cairan
Turgor kulit 1 5
3. Monitor status hemodinamik pasien
baik
Kelembaban 1 5 4. Monitor tanda-tanda vital
membran
mukosa 5. Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan hitung
Keterangan :
1. Sangat terganggu asupan kalori harian
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
Tidak terganggu
2. Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC
3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Indikator Skor Skor yang Manajemen nyeri (1400)
saat ini ingin 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
15

dicapai 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal nyeri


Control nyeri 1 5
Melaporkan 1 5 3. Jelaskan pada pasien terkait nyeri yang dirasakan
nyeri
4. Gambarkan rasional dan manfaat relaksasi seperti nafas
Mampu 1 5
mengenali dalam dan musik
nyeri
Keterangan : 5. Dorong pasien mengambil posisi nyaman
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. Risiko Infeksi (00004) NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Infection protection (6550)


3x24 jam diharapkan pasien dapat:
Indikator Skor Skor yang a. Pantau tanda dan gejala infeksi
saat ini ingin b. Pantau bagian yang mudah terkena infeksi
dicapai
Terbebas 1 5 c. Lihat kulit dan membran mukosa yang kemerahan
dari tanda
atau gejala d. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
infeksi
mencegahinfeksi
hygiene 1 5
pribadiyang
adekuat
Mengubah 1 5 2. Infection control (6540)
16

gaya hidup a. Bersihkan lingkungan secara tepat setelah


untukmengur
pasienmenggunakannya
angi risiko
Keterangan : b. Batasi jumlah pengunjung, jika dibutuhkan
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu c. Ajarkan cuci tangan bersih untuk menjaga kesehatan
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu personal hygiene
Tidak terganggu
d. Ganti peralatan keperawatan setiap prosedur selesai

e. Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci

tangansebelum dan sesudah mengunjungi klien

3. Collaboration:

a. Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian

antibiotic yang sesuai.


17

Apriyanto dkk, 2013. Hidrosefalus pada anak. [serial online].


https://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2690 [diakses pada
tanggal 5 April 2020]
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Dian dkk, 2012.
Hidrosefalus. [serial online]. https://pdfdokumen.com/download/makalah-
hidrosefalus-kelompok1_59d9d0bc1723dde65a71ae70_pdf [diakses pada tannggal 5
April 2020]
Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams and Victor’s Principles Of Neurology.
USA: Eight Edition
Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Behrman,Richard E,dkk. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15.Jakarta : EGC.
Berman et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Ed 5.Jakarta:
EGC.
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.Jakarta : EGC.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid1&2.Yogyakarta : Mediaction
Publishing.
Sjamsuhidat, Wim de Jong. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai