Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KLIEN SEPSIS NEONATORUM DIRUANG NICU/PICU


RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:

Siti Muvidatul Hasanah (14.401.20.056)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022/2023
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis
berat, renjatan / syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Guntur,
2009). Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat invasi
mikroorganisme ke dalam aliran darah yang terjadi dalam satu bulan pertama
kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis neonatorum onset dini
(SNOD) dan sepsis neonatorum onset lanjut (SNOL). (Mansur & dkk 2013)
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak
dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada
satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa
didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah
persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes,
rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang
ditemui.Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui
darah dan jaringan lain. Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah
pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. ( Handriana Idris, 2016)
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat
invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti
darah, cairan sum-sum tulang atau air kemih yang terjadi pada bulan pertama
kehidupan (Kosim, 2014).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan
oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang
ke arah septikemia dan syok septik. ( Handriana Idris, 2016)
2. Etiologi
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem
imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab
neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.:
1) Bakteri escherichia koli
2) Streptococus group B
3) Stophylococus aureus
4) Enterococus
5) Listeria monocytogenes
6) Klepsiella
7) Entererobacter sp
8) Pseudemonas aeruginosa
9) Proteus sp
10) Organisme anaerobik
Serta faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi secara umum yakni :
1. Kurangnya perawatan prenatal
2. Ketuban pecah dini (KPD)
3. Prosedur selama persalinan
4. Proses kelahiran yang lama dan sulit
5. Prematurius (BB bayi kurang dari 1500g gram )
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus. parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri
seperti Acinetobacter sp. Enterobacter sp. Pseudomonas sp. serratia sp, Escerichia
Coli, Group B streptococcus. Listeria sp. dan lain-lain. (Maryunani, 2009).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-
gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare,
dan perut kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada
ubun-ubun
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat e.Infeksi pada selaput perut (peritonitis)
menyebabkan pembengkakan perut dan diare. (Asrining, 2007)
4. Patofisiologi
Patofisiologi sepsis neonatorum merupakan interaksi respon komplek antara
mikroorganisme patogen dan keadaan hiperinflamasi yang terjadi pada sepsis,
melibatkan beberapa komponen, yaitu: bakteri, sitokin, komplemen, sel netrofil, sel
endotel, dan mediator lipid. Faktor inflamasi, koagulasi dan gangguan fibrinolisis
memegang peran penting dalam patofisiologi sepsis neonatorum. Meskipun
manifestasi klinisnya sama, proses molekular dan seluler untuk menimbulkan
respon sepsis neonatorum tergantung mikroorganisme penyebabnya. (Hapsari,
2009)
Sepsis menggambarkan suatu sindrom klinis kompleks yang timbul saat sistem
imunitas pejamu teraktifasi terhadap infeksi. Molekul patogen mengaktifkan sistem
kekebalan tubuh, melepaskan mediator inflamasi dan memicu pelepasan sitokin
yang penting dalam eliminasi patogen. Sitokin proinflamasi, seperti TNF, IL-1,
interferon gamma (IFN-y) bekerja membantu sel dalam menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi. Dengan demikian, proses eliminasi lebih
efektif, sekaligus memicu pelepasan sitokin anti inflamasi, seperti interleukin-1
receptor antagonis (IL-1 ra), IL-4, dan IL-10. Sitokin anti inflamasi berperan
menghentikan proses inflamasi dengan memodulasi, koordinasi, atau represi
terhadap respon yang berlebihan (mekanisme umpan balik). Sitokin pro-inflamasi
juga berperan dalam
pelepasan nitrogen monoksida (nitric oxide, NO) yang penting dalam eliminasi
patogen, tetapi efek NO lainnya adalah vasodilatasi vaskuler. Pada keadaan sepsis,
produksi NO yang berlebih menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
menyebabkan syok septik.
Ketika sistem imun tidak efektif mengeliminasi antigen, proses inflamasi
menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kegagalan sistem organ. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bone" yang menyatakan bahwa kerusakan
organ multipel tidak disebabkan oleh infeksi tetapi akibat dari inflamasi sistemik
dengan stokin sebagai mediator. ( Peditri Sari, 2017)
5. Pathway
Penyakit infeksi yang diderita ibu

Bakteri dan virus

Masuk ke neonatus

Masa Antenatal Masa Intranatal


Pascanatal
Kuman dan Kuman di vagina infeksi nosokomial dari
virus dari ibu dan serviks lingkungan diluar rahim

Melewati plasenta Naik mencapai kiroin Melalui alat-alat pengisap


dan umbilikus dan amnion lendir, selang endotrakhea,
infuse, selang nasogastrik,
Masuk ke dalam botol minuman atau dot.
Amnionitis dan korionitis
tubuh bayi

Melalui sirkulasi Kuman melalui umbilikus


darah janin

SEPSIS

Sistem Pernapasan
Sistem Pencernaan Ante, Intra, Postnatal

Anoreksia, muntah diare Dispnea, takipnea,


Hipertermi
apnea Diaforesis atau output
Menyusu buruk, Tarikan otot bantu
hepatomegali berlebih
pernapasan

Peningkatan residu setelah sianosis Masuk ke tubuh janin


menyusu
Defisit Volume
Pola napas terganggu Cairan
Gangguan sistem
Pencernaan
Gangguan Pola Nafas
Nutrisi kurang dari Resiko Gangguan
kebutuhan Pertumbuhan

6. Klasifikasi
Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Sepsis Dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme
pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan
angka mortalitas tinggi.
2. Sepsis Lanjutan/Nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan
tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, CT, BT, LED, SGOT,SGPT), kultur
darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan serebrospinal (CSS) dengan lumbal pungsi dapat
mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukkan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
neutrophil immature yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju rendah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan
adanya perubahan inflamasi
8. Komplikasi
a. Meningitis
b. Hipoglikemi, asidosis metabolik
c. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
d. Ikterus/kernikterus

9. Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana Komplikasi (Kardana, 2011):
1. Pernapasan: kebutuhan oksigen meningkat, yang harus dipenuhi dengan pemberian
oksigen atau kemudian dengan ventilator.
2. Kardiovaskular: menunjang tekanan darah dan perfusi jaringan, mencegah syok
dengan pemberian volume ekspander 10-20ml/kg (NaCl 0,9%, albumin dan
darah). Catat pemasukan cairan dan pengeluaran urin.
3. Hematologi: untuk DIC (trombositopeni, protrombin time memanjang, tromboplastin
time meningkat), sebaiknya diberikan FFP 10 ml/kg, vit K, suspensi trombosit,
dan kemungkinan transfusi tukar. Apabila terjadi neutropenia, diberikan transfusi
neutrofil.
4. Susunan syaraf pusat: bila kejang beri Fenobarbital (20mg/kg loading dose) dan
monitor timbulnya Syndrome Inappropriate Anti Diuretic Hormon (SIADH),
ditandai dengan ekskresi urin turun, hiponatremi, osmolaritas serum turun,
naiknya berat jenis urin dan osmolaritas.
5. Metabolik: monitor dan terapi hipoglikemia dan hiperglikemia. Koreksi asidosis
metabolik dengan bikarbonat dan cairan. Pada saat ini imunoterapi telah
berkembang sangat pesat dengan ditemukannya berbagai jenis globulin
hiperimun, antibodi monoklonal untuk patogen spesifik penyebab sepsis neonatal.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitaas
Biasanya menyerang pad a usia neonatal 0 hari- 28 hari
Infeksi nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500 gr)
rentan sekali menderita sepsis neonatal.
b. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama :
Ibu mengatakan bayi pucat, lemas, kemerahan disekitar tali pusat,tidak
dapat menetek dan tidak dapat melekat pada payudara ibu juga tidak mau
minum.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Cara lahir normal, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus
otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia. Apgar skore, jam lahir,
kesadaran.
- Riwayat Prenatal : lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
- Riwayat Persalinan : cara persalinan, trauma persalinan
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Riwayat penyakit dahulu :
Apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit menular terutama
ibu, menurun dan apakah ada keturunan kembar.
2) Riwayat penyakit keluarga :
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan
dengan hepar atau dengan darah.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : lemah, sulit menelan, kejang
a. Kesadaran : Normal
b. Tanda-Tanda Vital
Nadi : Normal (110 – 120 x/mnt)
Suhu : Meningkat (37,50C - 390C)
Pernafasan : Meningkat > 40 x/mnt (bayi)
Normal 30 – 60 x/mnt
2) Kepala dan Leher
a. Inspeksi : Simetris, dahi mengkerut

Kepala : Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan


adanya caput, kenaikan tekanan intracranial, yaitu ubun-ubun
besar cembung.

Mata : ada kotoran dimata, adakah warna kuning di sklera dan warna
putih pucat .

Mulut : adakah sianosis dan bibir kering

Hidung : Pernapasan cuping hidung, sianosis.

Telinga : adakah serumen , simetris atau tidak.

b. Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe


Terdapat kaku kuduk pada leher
3) Dada
a. Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan, apnea, dispne
b. Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas.
c. Perkusi : Jantung : Dullness, Paru : Sonor
d. Auskultasi : Terdengar suara wheezing
4) Abdomen
a. Inspeksi : Flaat/ datar, terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat (jika
infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh
darah (2 arteri da 1 vena)
b. Palpasi : Teraba keras, kaku, badan terasa panas
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi: Terdengar bising usus.
5) Kulit
Mengecek turgor kulit apakah <2 detik atau >2 detik, lihat kulit apakah
pucat atau kebiruan, apakah ada pustul, abrasi, ruam dan ptekie.
6) Genetalia
Apakah tidak ada kelainan bentuk pada organ genetalia atau oedema.
7) Ekstremitas
8) Cek suhu bayi apakah akralnya panas atau dingin, apakah ada cacat
bawaan, kelainan bentuk, fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai.
e. Penatalaksanaan
a) Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki
hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan
suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap
normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus
dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi
yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10
menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45
menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2
ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia
yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama
2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atau sianosis .
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak
memadai.
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan.
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau
memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus
IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan
perawatan ahli.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu.
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat. (PPNI, 2017)
Penyebab :
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (misalnya nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuskular
6) Gangguan neurologis ( mis. Elektro ensefalogram (EEG) positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medula spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor


a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memajang
3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea. Hiperventilasi,
kusmaul, cheynestoke).

Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif
Ortopnea
b) Objektif
1) Pernapasan pursed-lip
2) pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi dan inspirasi menurn
7) Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait :
a. Depresi sitem saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Guillian barre syndrome
e. Multiple sclerosis
f. Myasthenia Gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi alkohol

b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


infeksi atau inflamasi. (PPNI, 2017)
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor


a) Subjektif

(tidak tersedia)
b) Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi, takipnea
4) Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas

c. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder


akibat demam.
Definisi : penurunan volume cairan intravaskuler, interstitial, dan atau
intraseluler. (PPNI, 2017)
Penyebab :
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Penigkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi

Gejala dan Tanda Mayor


a) Subjektif

(tidak tersedia)
b) Objektif
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah, tekanan nadi menyempit
3) tekanan darah menurun, turgor turun
4) membran mukosa kering, volume urine menurun
5) hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
b) Objektif
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urine meningkat
5) Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit Addison
2) Trauma atau perdarahan
3) Luka bakar
4) AIDS
5) Penyakit Crohn
6) Muntah
7) Diare
8) Kolilitis ulseratif
9) hipoalbuminemia

d. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan/Defisit Nutrisi


Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Penyebab:
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktoe ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b) Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
Kondisi Klinis Terkait
1) Cerebral pasly
2) Stroke
3) Kerusakan neuromuskular
4) Luka bakar
5) Kanker
6) Infeksi
7) AIDS
8) Penyakit Crohn’s

e. Risiko Gangguan Pertumbuhan


Definisi : Berisiko mengalami gangguan untuk bertumbuh sesuai dengan
kelompok usianya. (PPNI, 2017)
Faktor Risiko :
1) Ketidakadekuatan nutrisi
2) Penyakit kronis
3) Nafsu makan tidak terkontrol
4) Prematuritas
5) Terpapar teratogen
6) Ketidakadekuatan nutrisi maternal
7) Proses infeksi
8) Proses infeksi maternal
9) Perilaku makan mal adaptif
10) Penyalahgunaan zat
11) Kelainan genetik/kongenital
12) Penganiayaan (mis. Fisik, psikologis, seksual)
13) Ekonomi lemah
Kondisi Klinis Terkait
1) Hipotiroidisme
2) Sindrom gagal tumbuh
3) Leukimia
4) Defisiensi hormon pertumbuhan
5) Demensia
6) Delirium
7) Kelainan jantung bawaan
8) Penyakit kronis
9) Gangguan kepribadian

3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat
mengatur dan membantu usaha bernapasan dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil:
- Hipoksimia teratasi, mengalami perbaikan kebutuhan O2
- Pernafasan 30 – 40 x/menit
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak ada tarikan otot bantu pernafasan
- Tidak mengalami dispnea dan sianosis
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan jalan nafas paten. Meningkatkan ekspansi paru-


paro, upaya pernafasan
2. Auskultasi suara napas, catat Suara napas tambahan dapat
adanya suara napas tambahan menjadi tanda jalan napas
yang tidak adekuat

3. Monitor respirasi dan status O2, Pada sepsis terjadinya


TTV gangguan respirasi dan status
O2 sering ditemukan yang
menyebabkan TTV tidak
dalam rentan normal

4. Catat munculnya sianosis Menunjukkan ogsigen


sirkumoral sistemik tidak
adekuat/pengurangan perfusi

b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi


atau inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam
keadaan normal (36,5o -37o C)
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
- Pasien mampu tidur dengan nyenyak Pasien tidak kejang
- Hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 110-
120x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional:


INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang
setiap dua jam dan pantau signifikan akan mempengaruhi proses
warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang Hipertermi sangat potensial untuk
dan dehidrasi menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air Kompres pada aksila, leher dan lipatan
hangat pada aksila, leher, paha terdapat pembuluh-pembuluh darah
dan lipatan paha. Hindari besar yang akan membantu menurunkan
penggunaan alcohol untuk demam. Penggunaan alcohol tidak
kompres dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara
drastic.
Kolaborasi : Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai untuk menurunkan panas dengan segera.
kebutuhan jika panas naik
turun

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat


demam Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan kebutuhan
akan cairan
terpenuhi dan TTV dalm batas normal
Kriteria hasil:
- Bayi mampu menetek
- BB pasien optimal
- Intake adekuat
- Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang


setiap dua jam dan pantau warna signifikan akan mempengaruhi proses
kulit regulasi ataupun metabolism dalam
tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk


kejang dan dehidrasi menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3. Berikan kompres air hangat jika Kompres air hangat sangat cocok
terjadi hipertermi, dan digunakan pada anak dibawah usia 1
pertimbangkan untuk langkah tahun, untuk menjaga tubuh agar
kolaborasi dengan memberikan
tidak terjadi hipotermi secara tiba-
antipiretik
tiba. Hipertermi yang terlalu lama
tidak baik untuk tubuh bayi, oleh
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera menurunkan
panas, misal dengan asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal


dengan jumlah pemberian yang diperlukan untuk mencegah bayi dari
telah ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum.Akses internet

di

http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.

Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing . JAYPEE:New Delhi

Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di

http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

m.wilkinson, j. (2016). diagnosis keperawatan . jakarta: EGC MEDICAL.

Anda mungkin juga menyukai