WORKSHOP MANAJEMEN KLINIS KASUS BERAT DAN KRITIS COVID -19 Bali - 02 Mei 2021
Dimana pasien BERAT &
KRITIS COVID-19 dirawat ?
Pasien derajat BERAT dan KRITIS
• pasien dengan tanda klinis pneumonia
• demam
• batuk
• sesak
• napas cepat
• ditambah satu dari:
• frekuensi napas > 30 x/menit
• distres pernapasan berat
• atau SpO2 < 90% pada udara ruangan.
Pasien derajat BERAT dan KRITIS
Dirawat di TERPAKSA
ICU Dirawat di
Ruang perawatan biasa
IGD
HCU ?
Sering dipakai untuk merawat
pasien berat dan kritis yang
belum memakai ventilator
Ventilasi
WHO RECOMMENDATION in COVID-19
• in adult, non-pregnant patients with
COVID-19,
• target SpO2 should be >90% when the
patient is stabilized,
• while in critically ill patients (with shock,
coma, seizures, risk of respiratory arrest),
an SpO2 > 94% should be the target
SSC in COVID-19
•reasonable SPO2 range for
patients receiving oxygen
is 92% to 96%
COPD ?
•That target SpO2 in COVID-19
patients without known chronic
lung disease should be 92–96%
•That target SpO2 in COVID-19
patients with known chronic lung
disease (COPD) should be 88–92%
PPPASIEN SUSPEK/PROBABLE/TERKONFIRMASI COVID-19
GANGGUAN SESAK
HIPOKSEMIA, SpO2 <93% (FiO2 21%), PaO2/FiO2 <300 mmHg
JALAN NAFAS NAFAS
1. Compos Mentis, komunikasi lancar, DAN HFNC 30-60 LPM atau NIV
2. RR <30/menit, DAN YA FiO2 40-100%
3. SpO2 >90%, DAN dan POSISI TELUNGKUP
4. Tidak syok Titrasi dan Evaluasi dalam 1 jam
Masalah
pasien kritis Pasien lama di-testing
di Pra ICU :
•Pilih NIV
•Atau kombinasikan HFNC
dengan simple face mask
High Flow Nasal Cannula vs Non Invasive Ventilation
•CPAP 5 cmH2O
•FiO2 100% titrasi
•Pressure Support 10
ARDS
ARDS criteria :
• Oxymetry, • Thromboprophylaxis
• Gas analysis,
• Lung ultrasound, • Renal supportive therapy
• Respiratory mechanic, • Consider CVVHDF
• Electrical Impedance
Tomography • Rational use of antibiotics
• Analgesia,
• Sedation, • Rehabilitation
• Neuromuscular
Blocking
Pertimbangkan ECMO bila tidak ada
kontraindikasi dan faskes memadai
• Injuri kardiak.
• Miokarditis
• Gagal jantung
• Aritmia
• Emboli arteri dan vena
• Sindroma korener akut
• Sepsis dan syok sepsis
Tatalaksana Syok Sepsis - CAIRAN
• inisiasi resusitasi cairan dan pemberian vasopressor untuk mengatasi hipotensi dalam 1
jam pertama.
• Resusitasi cairan dengan bolus cepat kristaloid (Ringer Laktat/Asetat) 250 – 500 mL
(15 – 30 menit) sambil menilai respon klinis.
• Respon klinis dan perbaikan target perfusi (MAP >65 mmHg, produksi urine >0,5
ml/kg/jam, perbaikan capillary refill time, laju nadi, kesadaran dan kadar laktat).
• Penilaian tanda overload cairan setiap melakukan bolus cairan
• Hindari penggunaan kristaloid hipotonik, gelatin dan starches untuk resusitasi
inisiasi
• Pertimbangkan untuk menggunakan indeks dinamis terkait volume responsiveness dalam
memandu resusitasi cairan (passive leg rising, fluid challenges dengan
pengukuran stroke volume secara serial atau variasi tekanan sistolik, pulse pressure,
ukuran vena cava inferior, atau stroke volume dalam hubungannya dengan perubahan
tekanan intratorakal pada penggunaan ventilasi mekanik)
Tatalaksana Syok Sepsis - VASOPRESOR
• Penggunaan vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi cairan,
untuk mencapai target MAP >65 mmHg dan perbaikan perfusi
• Norepinephrine sebagai first-line vasopressor
• Pada hipotensi refrakter tambahkan vasopressin (0,01-0,03
IU/menit) atau epinephrine.
• Penambahan vasopressin (0,01-0,03 IU/menit) dapat mengurangi
dosis norepinehrine
• Pada pasien COVID-19 dengan disfungsi jantung dan hipotensi
persisten, tambahkan dobutamin.
• Jika memungkinkan gunakan monitor parameter dinamis
hemodinamik. Baik invasif, seperti PiCCO2, EV1000, Mostcare,
maupun non-invasif, seperti ekokardiografi, iCON.
Kontrol
Inflamasi
TERAPI ANTIVIRUS
• REMDESIVIR
• PLASMA KONVALESEN (DENGAN INDIKASI KETAT)
DEKSAMETASON
1 X 6 mg (10 HARI)
Setara Metilprednisolon 40mg (4x10mg)
• Saat ini merupakan terapi yang paling bermakna menurunkan mortalitas
• Hanya untuk pasien COVID berat dan kritis
CRRT - CVVHDF
• AKI terjadi pada 6,7% infeksi COVID-19 dengan
mortalitas yang tinggi.
• Terjadi karena injuri virus langsung ke ginjal melalui
sitokin, ataupun efek sistemik
• CVVH atau CVVHDF dapat membantu membuang
sitokin, memperbaiki gangguan suhu dan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Bila tidak tersedia alat CRRT, dapat memakai SLED-HFR
Therapeutic Plasma Exchange (TPE)