Anda di halaman 1dari 13

SLIDE 6

Ringan : bergejala tanpa bukti pneumonia di foto thoraks, gejala tidak spesifik (nyeri
tnggorokan, sakit kepala, diare, mual muntah. Demam batuk, myalgia, fatigue, gejala atipikal
pada pasien lansia / immuco compromise
Sedang : tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, takipneu), SpO2 >= 93% (tanpa
pneumonia berat)
Berat : pneumonia
Kritis : px dg nards, sepsis, syok sepsis, kita tahu tingkat mortalitas pada pasien kritis sangat
tinggi, > 80%, apalagi jika ada komorbid
SLIDE 7
Suspek :
Probable : masuk sesuai gejala covid, belum sempat diperiksa, atau justru sudah kebru
meninggal
Konfirmsi : + covid
Kontak erat : ODP, kontak pasien + kurang dari 1 m, lebih dari 15 menit. Pada tenaga Kesehatan,
disebut kontak erat yaitu merawat pasien covid tanpa apd yang tepat

SLIDE 17 EWS
Komorbid pada EWS : prinsip nya harus simple sehingga mudah tatalaksana. komorbid akan
bermanifestasi pada TTV yg abnormal

SLIDE 20
Pasien yg masuk k area kritis : pasien berat & kritis. Ada juga px berat yg sudah masuk ICU.
Kriteria pasien berat. Di slide
Pasien sudah harus mendapat terapi oksigen karena Spo2 < 93%
Pada px kritis, selain kriteria klinis pneumonia, kriteria bertambah disertai penyakit ards, sepsis,
syok sepsis. Dimana kita tahu kriteria ards nya pao2/fio2 < 300, < 200 ards sedang, < 100 ards
berat,
Atau bisa juga pasien dalam kondisi berat sebenrnya sudah jatuh dalam kondisi ards karena pf
ratio < 300,
yg masuk kritis tidak harus px ards berat, ards ringan asal pf ration sesuai sudah masuk kritis.
Dan mungkin sekali butuh ruang icu, walaupun saat kondisi pandemic ini sering terpaksa pasien
masih d rawat ruang bangsal / igd karena tidak tersedia tempat di icu.
SLIDE 21 early intervention
Terdapat 3 intervensi utama yang dapat dilakukan pada pasien covid dengan gejala berat-kritis,
yaitu : terapi oksigen (karena memang masalah utama px covid ini pada oksigenasinya),
pembatasan resusitsi cairan karena pemberian cairan yang terlalu agresif dapat memperberat
dister pernapasan atau oksigenasi
dan prone position, yg pada akhirnya jika dengan intervensi tersebut pasien tetap memburuk,
maka harus dilakukan intubasi untuk pemasangan ventilator
Algoritma sebelah kanan mrupakan tatalaksana oksigenasi pada pasien covid berat & kritis, yg
Dikeluarkan oleh perhimpinan dr anestesi dn perhimpunan dr lainnya
Jadi sebenarnya, sebisa mungkin pasien dihindari dilakukan intubasi karena Tindakan intubasi
itu punya efek aerosolize, sehingga bisa berakibat buruk ke staf yang mengerkan proses tersebut,
sehingga muncul algoritma ini

SLIDE 22 terapi oksigen


Secara umum, langkah terapi oksigen pada pasien COVID-19 dengan kegagalan respirasi terdiri
dari :
Berdasarkan who target saturasi oksgien peripheral >=90%, secara ideal target spo2 92-96%
1. Basic respiratory support :
Nasal kanul fio2 45% dgn 6 lpm, jika saturasi tidak naik > 92%, rr cepat, akral dingin,
maka berikan nrm fio2 60-80% dgn 15 lpm.
NIV tidak bisa digunakan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil, penurunnan kes,
abnormal mental status
2. Advance respiratory support : invasive mechanical ventilation
3. Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Pada kondisi perburukan, diperlukan terapo o2 lebih banyak, sehingga dipasang niv / hfnc
Literatur : 14-63% pasien covid pakai hfnc, 11-56% pasien covid pakai niv
Untuk hfnc, niv, dan ecmo akan dijelaskan di slide berikutnya
SLIDE 23 algoritma
Px positif/suspect harus dilihat napasnya spontan/tidak
Tentu kalo pasien suspect/probbl/trkonfirmasi covid sudah kita temukan dalam kondisi napas
tidak spontan, hingga mengalami henti jantung,s ehingga membutuhkan rjp, maka langsung
intubasi dan masuk ventilator.
Sedangkan pasien mungkin baik2 saja, tapi kita dengar gangguan jalan napas, stridor, atau yg
terburuk dia mengalami penurunan kesadaran sehinhha ada gangguan jalan napas, maka perlu
intubasi juga,
SLIDE 24 algoritma
Pada psien dgn napas spontan, Pada kondisi, rr. 30 menit, sesak napas, hipoksemia dgn kriteria
spo2 < 93, maka pasien ini akan masuk ke penapisan terapi oksigen konbensional . Sebelum
masuk ke terapi oksigen konbensional, harus jawab dulu 2 pertanyaan
SLIDE 25 algoritma
Jika tidak, maka bisa berikan Nsal kanul s.d NRM 15 menit. Harus titrasi karena kalau kelebihan
harus diturunkan, jika kurang kita naikkan, evaluasi 1 jam

SLIDE 26 algoritma
Harus menjawab 4 pertanyaan dan dan jawabannya harus ya jika akan dilakukan pemasangan
HFOT. Harus melihat apakah tersedia alatnya di rs. Kalau di rs2 rujukan pasti tersedia, karena ini
sudah masuk ke dalam salah satu prosedur yang dianjurkan oleh guideline
SLIDE 27 jelas
SLIDE 28 algoritma
Jika tidak terpenuhi maka px harus mendapat ventilasi mekanik. Kecuali untuk poin 2 ini jadi
perbatasan, yaitu rr > 30 menit, rr 36/40x/menit masih bisa dicoba karena bila dia diberikan
HFNC rr bisa menurun memenuhi kriteria.
SLIDE 29 algoritma
Jika terpenuhi, maka bisa diberikan hfnc 30-60 lpm atau bila tidak ada, pakai niv dengan fraksi
inspirasi/fio2 40-100% + posisi telungkup / prone positioning, titrasi dan evaluasi dalam 2 jam
tercapai tidak saturasinya 92-96%
SLIDE 30 gambar HFNC
Sekarang kita akan masuk pada alat hfnc itu sendiri. Kita lihat, ini nasal kanul masuk ke hidung,
selangnya besar seperti selang ventilator karena flow nya bisa mencapai 30-60 lpm, tidak seperti
nasal kanul biasa yg hanya 5 lpm. HFNC lebih sederhana, setiap orang bisa memasang karena
seperti nasal kanul. Harus rapat betul untuk menghindari efek aeorosl. Rekomendasi diberikan 30
lpm
Alat ini memiliki beberapa komponen
Active humidifier : menghangatkan dan mencampurkan oksigen, oksigen dicampur di air
oksigen blender bisa dibantu oleh pompa d dalam active humidieer untuk menghasilkan flow yg
diinginkan
Flow meter nya tidak bisa pakai yg 15 lpm, tapi yg sampai 60 lpm, bisa diatur kecepatanya,
diberikan air yg akan menghangatkan dijadikan uap pemanas, sehingga udara yg masuk ke sini
akan hangat
SLIDE 31 gambar hfnc & niv
HFNC akan terlihat seperti ini. Kalo NIV kyk gtu
jika tidak ada HFNC pakai niv. HFNC bisa mnghasilkan CPAP 5 cmh2o walaupun tidak d
setting karena dengan flow yg kuat akan menghasilkan CPAP 5 cmh2o. sedangkan NIV bisa
mnghasil > 5 cm h2o, 5, 7-10 cmh2o. Bahkan bisa memberikan tambahan bantuan tekanan napas
setiap pasien menarik napas, namnaya pressure support, o2 tetap bisa dititrasi 100% seperti
HFNC
SLIDE 32 gambar NIV
Karena alatnya namanay non invasif, walaupun pakai ventilator, tidak ada ETT yang
dimasukkan, tapi harus menggunakan masker seperti ini, yg atas dipasang di dahi tidak boleh
bocor
SLIDE 33 gambar NIV
NIV bukan hanya sungkup muka, tetapi berupa sungkup full face seperti ini. Namun penggunaan
yg masih populer sekarng adalah HFNC
SLIDE 34 studi literatur. Hfnc bisa membantu overload ICU
SLIDE 35 studi literatur
NHF mengurangi reintubasi pada psien yg sudah terkstubasi dibandingkan terapi oksigen
konvensional
SLIDE 36 baca slide
Karena risiko pengngkatan aerosol, tempatkan pasien pada ruangan isolasi tekanan negatif
SLIDE 37 evaluasi hfnc
Selama pemasangan hfnc pada pasien harus dievaluasi, salah satu jawaban ya, maka pasien
butuh intubasi.
SLIDE 38 ROX
ROX yaitu suatu indeks untuk memprediksi apakah pemasangan HFNC akan berhasil atau gagal
pada pasien yg mbgalami gagal napas / hipoksemia akut, didapatkan dengan rumus SpO2 /
(FiO2 x RR dlm 1 menit), dimana dikatakan berhasil jika ROX indeks >= 4,88, kemungkinan
pasien akan sembuh dari covid tanpa pemasanagn ventilator. Jika ROX < 3,85 menandakan
risiko tinggi untuk kebutuhan intubasi, artinya hfnc tidak efektif pada pasien
Yg paling penting pada factor pasien yaitu RR pada pasien, jika RR turun kemungkinan pasien
cocok dengan pemasangan hfnc. Supaya RR turun : pasien harus tenang/emosional tenang, latih
bernapas dalam
Ada 3 prediktor kegagalan hfnc yang mengharuskan pemasangan intubasi. Harus dieavlasui
selama 3 x, seiring waktu berjalan maka syaratny semakin tinggi
Setelah HFnc dimulai, kita harapkan pasien tidak perlu diintubasi dengan anggap fio2 yang
diberikan 100% flow 60 lpm, saturasi tercapai 94% dengan RR harus kurang dari 24x/menit,
kelihatan nya seperti takipneu, tapi berdasarkan riset pasien ini akan survive dengan hfnc tanpa
harus bantuan ventilator
Catatan saja. Menghitung fio2 : berdasrkan rumus kadar oksigen di atmosfer (21%) + 4% untuk
setiap pertambahan 1 lpm

SLIDE 39 PRONE position


Terapi oksigen dapat dikombinasikan dengan posisi prone pada pasien COVID-19. Secara
anatomis, rongga thoraks bagian posterior merupakan ruang yang lebih luas dibandingkan
dengan rongga thoraks anterior. Sehingga, posisi prone memungkinkan ruangan yang lebih luas
di bagian posterior untuk terjadinya pertukaran gas. Ketika dibalik, cairan-cairan yang
menumpuk di paru akan mengalir ke bawah, menumpuk di bagian anterior.
Efikasi early prone position baca slide
SLIDE 40 PRONE position
Dilakukan kalau belum terintubasi sebanyak 6x sehari 1-2 jam di luar negeri. Kalau sudh
terintubasi 1x sehari selama 12-16 jam
SLIDE 41 PRONE position
Penelitian menunjukkan setelah prone position 1 jam pada pasien non intubasi dengn HFNC,
saturasi meningkat, makanya pasien harus kooperatif.
SLIDE 41 ventilator
Jika setelah pemberian hfnc & prone position, kondisi pasien memburuk, saturasi oksigen masih
turun, rr naik, maka jalan terakhir pasien harus diitubasi dn pasng ventilator, dn pasien sudh
harus masuk icu.
Rekomendasi yang dianjurkan :
- Pemberian oksigen pada pasien covid tidak boleh trlalu massif, cth, untuk volume tidal
rendah 4-8, normal ny 6-8 / kgbb
- Target pressure nanti terlihat di monitor venti < 30 mmhg
- Diberikan PEEP lebih tinggi karena alveolus harus bisa melawan tekanan cairan di
sekelilingnya, sehingga bisa dibantu dengan pemberiaan peep tinggi, normal ny 5, pada
covid bisa sampai 10, 11 mmhg, karena pada peep inilah saturasinya mengalami
perbaikan
- Prone 12-16 jam
- Agen paralitik tidak hanya melumpuhkan otot2, tetapi juga otot2 pernapasan yg bisa
memperburuk oksigenasi pasien
Catatan saja. Setting pertama pada covid : volume control/pressure control, butuh rr tinggi krena
tidal volume rendah, agar MV tercapai, sehinga co2 tidak menumpuk. Target saturasi 92-96%,
selanjutnya menurunkan fio2 dari 100
Sedasi umum : midazolam / morfin 2 mg, yg ada d rs. Bisa ditambah propofol saat mau weaning
Kalau pasien akhirnya butuh ventilator, maka setting venti bisa low tidal volume, p plateu
pressure < 30, harus prone position karena biasanya saturasi tetap tidak tercapai walaupun dgn
setting seperti itu, sehingga bisa mnurunkan fio2 secepat mungkin, walaupun terpaksa diberikan
100% jika saturasi oksigen belum tercapai. Target saturasi 92-96%. Saturasi < 85 % harus
prone, evaluasi 1-2 jam
Pada pasien prolong ventilation, hari ke-7-14 pertimbangakn traceostomi, harus hati2 karena
paparan aerosol. Jika membaik tidak perlu traceosstomi, fio2 40% bisa ekstubasi. Rata2 LOS
ICU 10-14 hari, terlama 3 minggu
SLIDE 43 ventilator
Prone position 12-16 jam px dgn ventilator. Sebaiknya dilakukan early prone position Ketika
pasien masih cm u/ meningkatkan ventilasi dan perfusi, saturasi tidak mencapai target wajib
prone
Closed suction, jgan open suction karena aerosol
Kolaborasi nutrisi & cairan
Continous renal replacement therapy (CRRT) untuk menangani badai sitokin pada pasien
COVID-19, AKI pada pasien COVID-19 dengan kondisi hemodinamik tidak stabil, imbalance
cairan dan elektrolit, dan untuk mengatasi syok sepsis
Iv ig 0,3 mg/kg/hari selama 5 hari, masih butuh penelitian. Menjaga system imun, tidak terjadi
peradangan. Harga mahal, obat covid termahal saat ini. Masih uji klinis
Plasma convalescent, pemberian plasma dari pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh
Beberapa penelitian efektif dan ada yg tidak efektif. Harus Bener2 yg memang kadar antibodinya
tinggi
Stem cell, masih dalam penelitian
Bdb 001, monoclonal antibody, untuk mencegah pengeluaran interleukin 6
Tocilizumab : terapi dexametashone untuk mencegah sitokin sindrom. Parameter dengan melihat
interleukin 6 nilai nya 60, jika terlalu dini bisa melumpuhkan system pertahanan

SLIDE 44 & 45 ECMO


Bila intubasi ventilator, saturasi tidak tercapai, maka beralih ke Extra Corporeal Membrane
Oxygenation (ECMO) dengan syarat salah Satu
Pf ration < 60 mmhg selama > 6 jam (saturasi sekitar <92%) / pf ration < 50mmhg selama > 3
jam / pH < 7,2 asidosis dan paCO2 > 80 mmhg > 6 jam
Pertimbangkan ecmo bila tidak ada kontraindikasi dan faskes memadai. Sangat mahal
Slide ASKEP (46)
Pada setting gawat darurat, pengkajian yang dilakukan yaitu pengkajian primer & sekunder
Pada pengkajian primer/ primary survey melihat apakah pasien mengalami kondisi gawat darurat
atau tidak, maka di secondary survey bertujuan untuk mengidentifikasi etiologi/faktor2 risiko
yang menyebabkan penyakit pada pasien.
Masalah yg ditemukan pada Pengkajian primer harus diselesaikan terlebih dahulu, baru bisa
masuk ke secondary survey.
Slide 47 pengkajian primer
Jika kita lihat data2 nya, tidak harus semua data muncul pada pasien tergantung kondisi
keparahan pada pasien. Semakin parah/darurat pasien, maka pasien semakin banyak data2 yang
muncul pada pasien
Untuk di airway, kita harus melihat potensi adanya obstruksi jalan napas karena benda
padat/cair, dan akan kita temukan suara wheezing, stridor, gurgling. Nah ini yg sering ditemukan
pada psien covid karena pasien covid mengalami hipersekresi, ada secret pada jalan napas,
sehingga berpotensi membuat pasien mngalami obstruksi jalan napas.
Breathing. Jika pasien terinfeksi dan tubuh pasien tidak berhasil membuat daya tubuh untuk
melawan virus, maka px akan mengalami kondisi perburukan dan akan muncul keluhan2, yang
khas yaitu sesak napas & harus dibuktikan adanya penurunan saturasi oksigen. Ada juga pasien
yg merasakan sensasi sesak napas tetapi saturasi masih bagus.
Bradipneu akan muncul Ketika mekanisme kompensasi sudah gagal, sehingga akan mengalami
penurunan napas. Ronchi mendeteksi adanya penumpukan secret pada jalan napas. Jika sempat
dilakukan AGD, maka akan muncul penyimpangan2 nilai AGD normal, yg paling parah yaitu
henti napas. Untuk melihat adanya potensi gagal napas
Circulation. Untuk melihat potensi terjadinya shock. Muncul akral dingin, nadi lemah, takikardi,
CRT memanjang. Jika kompensasi tubuh gagal, maka akan muncul bradikardia hingga henti
jantung
Disability. Kalua pasien sudah mulai gelisah, ini bisa menjadi tanda bahwa perfusi / aliran
oksigen ke otak mulai berkurang, sehingga tampak gelisah, jika sudah perah akan mengalami
penurunan kesadaran
Exposure, jika pasien datang disertai KLL
Slide 48. Pengkajian sekunder
Terdiri dari 4 poin : anamnesis, pemfis, pemeriksaan penunjang, psikososial
Perawat harus mengkaji asspek psikososial nya juga. Pada pasien yang baru terdiagnosis covid,
dia kemungkinan akan mengalami ansietas bahkan sampai depresi. Pemicu : pasien merasa
seperti dikucilkan, karena ada stigma, sehingga pasien terisolir
SAMPLE.
Alergi, karena beberapa px covid mendapat antibiotic. Kalopun penyebabnya virus, Jika px
ssudah terserang virus, akan terjadi kondisi imunosupresan/ daya tubuh turun, pathogen lain
masuk, bakteri/jamur bisa menginvasi.
Past illness, untuk mengkaji komorbid pada pasien
Last meal, jika px juga ada gg kolesterol, atau harus dilakukan operasi, sehingga harus puasa
Event leading, Riwayat kontak dengan pasin terkonfirmasi covid 19
TTV, akan menunjukkan tanda2 awal pasiennya mengalami perbaikan/perburukan. Jika
perburukan px akan mengarah k gagal napas dan sepsis
Pada lab, yg harus dilihat yaitu marker2 infeksi, harus menilai apakah selain infeksi virus,
apakah pasien mengalami koinfection (bakteri/pathogen lain)
Penegakan diagnosis : rapid tes untuk screening karena sensitivitasnya rendah/ diagnostic dengan
pemeriksaan PCR dengan swab tenggorokan & mulut
Chest x ray salah satu factor berguna untuk mempertimbangkan apakah pasien semakin kuat
indikasi nya untuk dirawat / pasiennya sudah teridentifikasi ada infiltrat , nah infiltratny seberapa
luas sehingga pasien harus dirawat di high care / icu.
Makanya ct scan jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan chest x ray hasilnya tidak konklusif,
tidak bisa mngambil ksimpulna, misalnya ragu apakah infiltartnya karena adanya penumpukan
cairan atau karena ada perkembangan massa, sehingga harus dilanjutkan dengan ct scan
Ig M ; antibody yg segera dikeluarkan tubuh
Ig G : antibody yg dikeluarkan kalua infeksinya sudah lama, setelah 14 hari

SLIDE 49 Masalah keperawatan


Berdasarkan SDKI, baird 2016, gulanick & myers 2014
Dx kep ditegakan dari pengkajian keperawatan.
Pada umumnya pada pasien covid 19 yg mengalami gejala ringan dan sedang kemungkinan
masalah kep yang muncul 3 yaitu
Bersihan jalan napas tidak efektif, karena pasien datang keluhan batuk2 disertai sputum. ini
terjadi karena infeksi virus akan memicu hipersekresi di jalan napas.
Catatan saja. Uniknya, bedanya dengan MERS, kalo mers harus masuk ke jalan naaps bawah
untuk menginfeksi, kalo covid 19 punya reseptor juga di jalan naaps atas, sehingga bisa
mnginfeksi kedua jalan naps dan paru
Gangguan pertukaran gas, jika kita menemukan suara ronchi disertai perubahan nilai2 normal
dari agd/ hasil pemeriksaan rontgen sudah muncul pneumonia. Hal ini terjadi kalua paru sudah
terendam cairan / secret akibat hipersekresi karenan proses peradangan,
Ansietas, karena proses pemberitaan di media, yang kebanyakan disorot yaitu pasien-pasien
dengan gejala berat-kritis yang mengarah ke kematian, sehingga pasien2 berada dalam kondisi
ancaman kematian, padahal banyak pasien2 yg dilaporkan bisa pulih sendiri bahkan tidak perlu
datang ke layanan Kesehatan
SLIDE 50 mx kep berat-kritis
Pada pasien2 covid yg mengalami perburukan dengan gejala berat-kritis, kemungkinan msalah
kep yang muncul, yaitu :
Gangguan ventilasi spontan, sampai pasien perlu dilakukan intubasi dan pemasangan ventilator
Risiko syok terjadi kebanyakan sepsis, bisa juga risiko syok akibat diare, atau evaporasi akibat
demam suhu tubuh yang tinggi. Kebanyakan sepsis, jadi ada infeksi yg meluas di seluruh tubuh,
sehingga terjadi vasodilatasi yg massif, sampai membuat pasien mengalami shock sepsis
Gg sirkulasi spontan, infeksi yng berat bisa menyebabkan pasien kehilangan fungsi
kardiovaskuler sehingga menyebabkan pasien mengalami henti napas dan henti jantung
SLIDE 51
Apapaun kegawatan di respirasi, tanda pertama yaitu takipneu / dispenu. Yg harus pertama
dilihat adanya secret, divalidasi apakah pasien mampu batuk secara efekti atau tidak
Ronkhi, mengindikasikan terjadinya gg pertukaran gas, divalidasi dengan agd. Ronkhi
menunjukkan adanya penumpukan cairan di dalam paru yg pasti akan menggangu pertukaran gas
antara alveolus dengan kapiler paru, apalagi jika pemeriksaan diagnostic sudah menunjukkan
pneumonia
Hipotensi, infeksi virus tdk hanya mmpengrahi sist respirasi, tetapi sudah mempngaruhi sist
sirkulasi/kardiovaskuler karena proses infeksi ini bisa mngarah k sepsis yg membuat pembuluh2
darah pada psien mnegalami vasodilatasi, sehingga pasien mengalami hipoperfusi yang bisa
jatuh dalam kondisi shock. Untuk mengantisipasi, kita perlu pantau adanya penurunan TD atau
tidak. Validasi data apakah pasien hipoksemia dengan cek saturasi oksigen, / cek agd lihat pO2
apakah turun tidak.
Kelemhan/keletihan otot napas, sehingga volume tidal nya turun, dan akhirnya pasien
membutuhan untuk pemasangan ventilator

SLIDE 52 luaran keperawatan


Setelah penegakan diagnosis kep, Menentukan target perwatan pada pasien
Bersihan jalan napas tidak efektif.
Gg pertukaran gas bisa mengarah kea rah kritis, maka harus diatasi dalam waktu 2-4 jm. Jika
sudah lebih dari 4 jam, kondisi perburukan akan tinggi terjadi. Saturasi tidak harus terlalu tinggi,
yg penting di atas 90
Ansietas, perlu menjadi perhatian karena pasien2 yg mengalami ansietas bisa memicu syaraf
simpatis yg kemudian efek negatifnya bisa menekan imunitas pasien, sehingga bisa memberikan
efek buruk pada pasien covid
SLIDE 53 luaran kep
Gg ventilasi spontan, pasiennya sudah harus berada di icu. Diharapkan Volume tidal meningkat,
dapat dilihat dari monitor ventilator
Risiko syok. Pada pasien yg terjadi risiko syok wajib dipasang kateter urin, karena indicator
utama yg akan kita nilai apakah perfusi pasien sudah membaik yaitu outpit urin, selain dari nadi
dan td. Karena output urin tidak hanya menggambarkan volume dlm vascular, tetapi juga
menggambarkan perfusi ginjal. Output urin > 0,5, missal bb 50 dlm 1 jam harus sudah ada 25 ml.
CVP kalua pasien sudah terpasang vena central. MAP, lebih akurat dibandingkan hanya melihat
TD saka, MAP bisa menggambarkan perfusi pada organ2 vital
Gg sirkulasi spontan, biasanya EWSS kategori merah, mengalami henti napas henti jantung

SLIDE 54 manajemen jalan napas


Monitor pola napas. Pada px covid yg mengalami perbrukan, mangambil napsa sja susah,
sehingga hrus dilihat ada usaha napas tidak. Pada pasien covid, Frekuensi pasti naik, napas
makin dalam
Apakah ada secret. Kalo infeksi murni karena covid, secret nya itu harusnya bening, tidak berbau
& konsistensi encer. Kalo infeksi bakteri sekretnya, lebih keruh kuning bahkan kehijauan (kalo
kronis), berbau, sampai konsistensi lebih padat, kental, sangat lengket. Pada psien covid sulit
dibedakan, kebanyakan pasien berada dlm kondisi imunocompromis, sangat memungkinkan
mengalami juga infeksi sekunder, sehingga pasien juga mengalami koinfection bakteri
Psosisi semi fowler, membantu ekspansi dada
Minum hangat, kalo pasien masih sadar, akan ada efek ekspektotasi, bisa membuat sekret2 yg
awalnya kental dn lengket bisa terlepas dari dinding jalan napas. sederhana tapi sangat efektif
Suction pada pasien yg tidak sadar & tidak mampu mengeluarkan secret scera mandiri
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari. Kita cegah supaya secret yg ada tidak kental dengan
manjamin hidrasi cukup. Karena Beberapa pasien, sekretnya kental karena dehidrasi, sehingga
meningkatkan viskositas secret pada pasien
Kolaborasi bronkodilator dan/atau mukolitik, kalau dilakukan harus dilakukan nebulasi yg
berpotensi terjadi aerosolize. Hanya boleh dilakukan di ruangan isolasi yg bertekanan negative
dan perawat menggunakan apd sesuai spo
SLIDE 55 MANAJEMEN ISOLASI
Intervensi wajib yang diberikan pada semua pasien covid 19. Yang perlu diperhatikan bagi
perawat : bagaimana memasang dan melepas apd. Laporan justru perawat terkontaminasi virus
bukan pada saat merawat pasien, tetapi saat melepesa apd yg tidak sesuai dengan spo
Untk mendeteksi btuh isloasi atau tidak, sudah harus ditemukan saat triase, sebelum masuk ke
ruang igd
Ini menjadi tantangan di rs Indonesia karena ruang isolasi igd sangat terbatas, harus2 betul
dipilah mana yg harus masuk ke ruang isloasi, saat sudh msuk ruang isolasi, flow harus cepat
Tidak semua harus isolasi di rs, bisa di rumah dgn gejala ringan. Jika sudah gejala sedang baru
bisa menghubungi 119 untuk diantar ke rs darurat covid

SLIDE 56 terapi oksigen


Merupakan terapi yg sangat prinsip pada pasien covid karena maslah utama pada pasien ini
adalah masalah oksigensi yg bisa menyebabkan pasien hipoksia, yg tidak tertangani dapat
menyebabkan gagal napas berlanjut ke henti jantung
Bunyi napas, indicator paling baik sebenarnya AGD, tapi tidak mungkin dilakukan setiap saat,
kalua perburukan saja. Rutin : bunyi rochi/wheezing
Oksigen, langsung 5 lpm ddengan nasal kanul, lalu bertahap evaluasi jika tidak efetif, naikan
flow nya sampai NRM, HFNC. HFNC menjadi terapi oksigen yang sangat popular selama covid,
efektibvitas emingkatkan oksigenasi pada pasien

SLIDE 57 cegah syok


Selain melihat status cairan, Perawat harus bisa mengenali tanda2 syok terlihat dari frkeunsi,
nadi, td, map. Karena penyebab utama pada pasien yang mengalami syok yaitu karena sepsis.
Sehingga pada beberapa rs akan melihat marker2 infeksi, seperti CRT untuk melihat sepsis bera
atau tidak, beberapa guideline menganjurkan untuk mengecek laktat, karena jika nilai di atas 4
bisa menunjukkan proses infeksi yang sudah sangat luas ditubuh pasien. Lalu laktat ini menjadi
predictor yg cukup baik, kalau sudah resuisitasi cairan harusnya laktat pasien menjadi turun . jika
tidak turun, pasien tidak responsive terhadap resusitasi cairan yg diberikan
Dibalik volume sirkulasi, harus ada oksigen yang diedarkan oleh tubuh melalui darah,, sehingga
harus diukur oksimetri dan agd
Status cairan. Cek intake output, terutama output urin, turgor kulit, crt
Monitor tingkat kes. Pasien2 yg mengalami gg sirkulasi, tidak hanya berdampak pada sirkulasi
perifer, tetapi juga harus dilihat apakah terdi gg sirkulasi di organ2 vital, seperti otak, jantung,
ginjal. Maka harus dilihat kesadaran, kalo kesadaran masih bagus, berarti perfusi ke otak masih
bagus, kalo penurunan kes, maka asupan oksigen sudah mulai menurun sehingga terjadi hipoksia
serebral
Mempertahankan o2 > 90%
Pasang IV, persiapan pemberian cairan
Resusitasi cairan perlu hati2 karena pasien bisa terjadi penumpukan cairan di paru2, menjadi
lebih parah edema paru, harus lihat respon pasien pemberian cairan
5-10% pasien covid mngalami kondisi kritis, 67% mngalami syok. Monitor crt (melihat sirkulasi
perifer), tingkat kes (melihat sirkulasi ke otak), dan urin output (melihat sirkulasi ke ginjal).
Resusitasi cairan, target MAP 60-65 mmhg. Tidak ada rekomendasi jenis cairan untuk resusitasi.
Target hb > 7. Ada beberapa guideline menrekomendasikan pemberian cairan kristaloid, pada
awal tidak dianjurkan pemberian cairan koloid, karena susah didapat dlm waktu cepat,
mengandung protein yg bisa berpotensi mnyebakn alergi yg bisa mnybeabkan kondisi anafilaktik
SLIDE 58 dukungan ventilasi
Pasien sudah jatuh dalam kondisi pasien sudah tidak dpat npas scara spontan dibantu ventilasi
positif
Harus dipantau perawat / dr ahli terkait oksigenasi

Anda mungkin juga menyukai