Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN CLUSTER II

Tutor:

9 Ns. Raden Roro Atih Utari Rizky, S.Kep


Ns. Deky Ardiyasri, S.Kep
Ns. Fadlah, S.Kep

Waktu: 2 x 60 menit

Submateri pertemuan:
1. Terapi Oksigen dan Nebulizer
2. Pemasangan OPA
3. Suction
4. Pemasangan NGT dan Pemberian Makan Lewat NGT

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
TERAPI OKSIGEN

Pengertian
Terapi oksigen diindikasikan bagi penderita yang mengalami kondisi hipoksemia (PaO2 <60
mmHg atau SaO2 <90%) dan diperuntukkan bagi berbagai kondisi yang memberikan gejala
hipoksemia kronis dan peningkatan kerja kardiovaskular.

Tujuan
1. Mengatasi hipoksemia
2. Menurunkan usaha napas
3. Mengurangi kerja miokardium

Metode Pemberian

1. Sistem Aliran Rendah

a. Kanula Nasal (Nasal prong)


- Berbentuk selang yang dimasukkan ke lubang hidung
- Diidikasikan untuk aliran rendah O2, tambahan dengan persentase rendah.
- Kecepatan aliran 1 – 6 L/menit
- Memberikan oksigen dengan FiO2 25 – 45%
- Pemberian yang lama dapat membuat mukosa kering, sehingga pemberian
harus menggunakan pelembab
- Pasien dapat makan, minum, berbicara saat pemasangan

b. Sungkup Muka Sederhana (Simple Face Mask)


- Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang-seling
- Diindikasikan untuk suplementasi oksigen dengan persentase lebih tinggi
- Memberikan oksigen 35 – 60%
- Kecepatan aliran 6 – 10 L/menit

c. Sungkup Muka Non-Rebreathing Mask (NRM)


- Merupakan teknik pemberian O2 dengan konsentrasi O2 dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi. Dindikasikan untuk
persentase FiO2 yang lebih tinggi
- Digunakan bersama kantung reservoar
- Kecepatan aliran 10 – 15 L/menit
- Memberikan oksigen sampai 100%

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
- Katup satu arah mencegah masuknya udara kamar selama inspirasi dan
retensi gas yang dihembuskan yaitu CO2 selama ekspirasi.
- Kedua katup dilepaskan menghasilkan FiO2 yang lebih rendah (8 – 85%)
- Satu katup dilepaskan menghasilkan FiO2 yang lebih tinggi (85 – 90%)
- Kedua katup yang digunakan menghasilkan FiO2 maksimal (95 – 100%)

d. Sungkup muka parsial rebreathing


- Suatu teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 50 – 60% dengan
aliran 6 – 10 L/mnt.
- Kantong reservoar oksigen yang dipasang memungkinkan pasien menghirup
udara kembali sepertiga udara yang telah diekshalasikan

2. Sistem aliran Tinggi

a. Sungkup Muka Venturi


- Diindikasikan untuk titrasi persentase oksigen yang lebih tepat
- Kecepatan aliran 4 – 8 L/menit
- Memberikan Oksigen 24 – 60%
- Menggunakan set FiO2 yang diinginkan secara bertahap atau adaptor
bewarna yang dapat dipilih untuk memberikan FiO2 yang diinginkan
- Sungkup venturi mempunyai katup dengan ukuran dan kode warna berbeda.
Setiap alat memerlukan aliran gas tertentu untuk menghasilkan konsentrasi
oksigen yang tetap
- Kode Warna:
o Biru : 24%
o Putih : 28%
o Jingga : 31%
o Kuning : 35 %
o Merah : 40%
o Hijau : 60%

b. Bag Valve Mask (BVM)


- Diindikasikan untuk ventilasi manual pada pasien yang tidak bernapas atau
tidak efektif
- Dapat memberikan oksigen 100% ketika disambungkan dengan sumber
oksigen

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
Gambar 13.1 Metode pemberian oksigen

Intervensi Pemberian Oksigen Berdasarkan SpO2

SpO2 Intervensi Pemberian Oksigen

> 95% Dianggap normal, hanya monitoring, tidak perlu terapi

Mulailah dengan pemberian O2 Nasal Canul 2 liter/menit,


91 – 94%
dititrasi sampai SpO2 > 95%

Intervensi segera pada SpO2 <91 %. Elevasi kepala dan minta


pasien bernapas dalam
Titrasi pemberian O2 sampai SpO2 > 95%,
85 – 90%
Gunakan Simple mask atau NRM
Nilai pernapasan, kapan perlu lakukan suction
Persiapakan ventilasi manual dan intubasi
Berikan oksigen 100%,
< 85% Atur tempat duduk pasien, suction, napas dalam
Berikan ventilasi manual dan lakukan intubasi

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
PROSEDUR MELAKUKAN TERAPI NEBULISASI

Pengertian
Proses memencarkan obat cair menjadi partikel-partikel mikroskopik (aerosol) dan
memasukkannya ke dalam paru-paru ketika pasien melakukan inspirasi.

Tujuan
1. Memberikan obat langsung ke saluran pernapasan untuk mengeluarkan sputum.
2. Mengurangi kesulitan mengeluarkan sekret pernapasan yang kental dan lengket.
3. Meningkatkan kapasitas vital.
4. Meringankan sesak napas.

Prosedur
1. Identifikasi pasien dan periksa instruksi dokter dan rencana asuhan keperawatan.
2. Pantau denyut jantung sebelum dan sesudah terapi pada pasien yang memakai obat
bronkodilator.
3. Jelaskan prosedur pada pasien. Terapi ini bergantung pada usaha pasien.
4. Posisikan pasien pada posisi duduk yang nyaman atau posisi semi fowler.
5. Tambahkan obat dan NaCl atau air steril sesuai dosis yang diresepkan ke dalam
nebulizer. Sambungkan selang ke kompresor. Akan terlihat uap halus keluar dari
alat.
6. Pasang sungkup pada wajah pasien untuk menutupi mulut dan hidungnya serta
instruksikan pasien untuk menarik napas dalam dan perlahan lewat mulut, tahan
napas kemudian hembuskan napas beberapa kali.
7. Amati pengembangan dada untuk memastikan pasien menarik napas dalam.
8. Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan dalam sampai semua obatnya
habis dinebulisasi.
9. Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk batuk setelah beberapa tarikan napas
dalam.
10. Amati pasien apakah ada efek samping akibat terapi tadi atau tidak.
11. Catat obat-obat yang digunakan dan jelaskan sekret yang dikeluarkan.
12. Bongkar dan bersihkan nebulizer setiap selesai digunakan. Simpan alat di kamar
pasien. Selang diganti setiap 24 jam.
13. Cuci tangan.

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
OROPHARINGEAL AIRWAY
Pengertian
Oropharingeal airway adalah salah satu jenis jalan napas buatan pasien yang dimasukkan
melalui mulut sampai ke faring.

Tujuan
1. Membuka Jalan napas
2. Terapi Oksigen

Metode dan Prinsip Pemberian


1. Diindikasikan untuk pasien tidak sadar dan tidak memiliki refleks muntah/ tersedak
(Ggn refleks). Sedangkan pasien sadar atau setengah sadar yang memiliki gangguan
refleks merupakan indikasi dari pemasangan Nasopharingeal airway (NPA).
2. Ukuran OPA berbeda-beda, sebelum pemasangan diharuskan mengukurkan OPA
dari sudut mulut sampai ke telinga untuk mengetahui ukuran OPA yang akan
digunakan tepat untuk pasien
3. OPA dimasukkan terbalik lalu putar 180 derajat
4. Metode alternatif pemasangan OPA (semua usia, terutama pasien anak), gunakan
penekan lidah, masukkan ke kanan atas, ikuti lengkung normal rongga mulut
5. NPA dimasukkan tegak lurus dengan garis permukaan wajah sesuai sisi hidung
dengan memberikan jelly atau pelumas terlebih dahulu untuk menghindari trauma
di hidung.

Pengukuran OPA vs NPA

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
Gambar 13.2 Prosedur insersi OPA dan NPA

Hal-Hal Penting yang harus diperhatikan:


1. OPA
a. Bila OPA yang dipilih terlalu besar dapat menyumbat laring dan menyebabkan
trauma pada struktur laring
b. Bila OPA terlalu kecil atau tidak dimasukkan dengan tepat dapat menekan dasar
lidah dari belakang dan menyumbat jalan napas
c. Masukkan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya trauma jaringan lunak
pada bibir dan lidah

2. NPA
a. Usahakan memasukkan NPA dengan lembut untuk menghindari terjadinya

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
aspirasi. NPA dapat mengiritasi mukosa atau merobek jaringan adenoid yang
menyebabkan pendarahan, dengan kemungkinan terjadinya aspirasi gumpalan ke
trakea. Suction dapat dilakukan untuk mengeluarkan darah atau sekret.
b. NPA dengan ukuran yang tidak tepat dapat masuk ke dalam esofagus, dengan
ventilasi yang aktif seperti ventilasi kantung napas sungkup muka, NPA dapat
menyebabkan terjadinya pemompaan lambung dan kemungkinan hipoventilasi.
c. NPA dapat menyebabkan laringospasme dan muntah, walaupun secara umum
NPA dapat ditoleransi oleh pasien dalam keadaan setengah sadar.
d. Pada pasien yang mengalami trauma wajah karena adanya risiko terjadinya
penempatan yang salah ke dalam rongga tengkorak, maka NPA tidak boleh
dipasang pada pasien ini.

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
SUCTION

Pengertian
Penghisapan lendir atau suction adalah aspirasi lendir (sekret) melalui sebuah kateter yang
dihubungkan ke mesin penghisap atau saluran penghisap dengan tekanan tertentu.

Tujuan
1. Membantu pengeluaran sekret pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
sendiri
2. Membersihkan dan memelihara jalan napas agar tetap bersih
3. Memenuhi suplai oksigen dengan jalan napas yang adekuat

Prinsip dan Metode Pemberian


1. Indikasi:
- Pasien dengan sputum kental dan lengket yang tidak dapat dikeluaran sendiri
- Pasien yang terpasang Endo Tracheal Tube ( ETT)
- Pasien yang tidak dapat batuk karena kelumpuhan otot pernapasan
- Pasien tidak sadar

2. Pengaturan Tekanan
- Dewasa: 100- 120 mmHg
- Anak : 95 – 110 mmHg
- Bayi : 50 50 -95 mmHg

3. Pengaturan Posisi Pasien


- Oral : Posisi terlentang dengan kepala miring ke perawat
- Nasal dan selang ETT: Leher hiperekstensi, perawat berada di atas kepala
pasien

4. Pertahankan prinsip suction


Berikut prinsip tindakan suction:
a. Aseptik
- Alat steril
- Cara steril (standar precaution)

b. Atraumatik (idak menimbulkan trauma)


- Kateter masuk tidak kasar
- Kateter sampai ujung karina dan ditarik 1 – 2 cm

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
- Dikeluarkan dengan cara memutar
- Tekanan suction sesuai usia
o Dewasa: 100- 120 mmHg
o Anak : 95 – 110 mmHg
o Bayi : 50 50 -95 mmHg

c. Acianotik
- Dilakukan tidak lebih 15 Detik
- Kateter suction tidak menutup total ETT
- Oksigenisasi 100% sebelum dan sesudah tindakan

Prosedur Tindakan Suction


a. Identifikasi pasien
b. Jaga privacy dan siapkan lingkungan aman dan nyaman
c. Jelaskan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan
d. Suction set (pipa pengisap I, wadah penampung sekret berisi larutan desinfektan)
e. Cairan pembersih sesuai rekomendasi
f. Pipa pengisap II (suction cateter) sesuai kebutuhan
g. Dekatkan alat pada pasien
h. Cuci tangan dan gunakan APD sesuai kebutuhan
i. Atur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
j. Sambungkan pipa pengisap I dengan pipa pengisap ke II (dalam keadaan terbuka)
sesuai kebutuhan
k. Putar regulator sesuai tekanan yang dibutuhkan, nilai efektivitas pengisapan dengan
cara mengisap cairan (aquadest steril)
l. Lakukan pengisapan lendir selama 10 – 15 detik dengan cara, masukkan pipa
pengisap II melalui hidung hingga batas orofaring (telinga – hidung), tutup lubang
pengisap ke II dengan penutup atau tangan non dominan kemudian tarik dan putar
perlahan pipa pengisap ke II
m. Bilas pipa pengisap ke II dengan aquadest steril
n. Lakukan hal yang sama untuk mulut
o. Nilai efektivitas kepatenan jalan napas
p. Ulangi pembersihan jalan napas sesuai kebutuhan
q. Putar regulator ke kiri dalam posisi off
r. Lepaskan pipa pengisap ke II, tempatkan pada larutan desinfektan
s. Monitor keadaan umum pasien setelah tindakan
t. Bereskan alat- alat, lepaskan APD dan cuci tangan
u. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
PEMASANGAN NGT

Pengertian
Memasukkan selang berlubang ke dalam lambung lewat nasofaring.

Tujuan
1. Dekompresi lambung (mengeluarkan cairan dan gas).
2. Mencegah atau meredakan mual dan muntah pasca operasi atau trauma dengan
cara mendekompresi lambung.
3. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan
diagnostik).
4. Mencuci lambung (mengirigasi lambung pada kasus perdarahan aktif atau
keracunan)
5. Mendapatkan bahan (bahan lambung) untuk pemeriksaan laboratorium
6. Memberikan obat

Prosedur
1. Identifikasi pasien
2. Periksa instruksi dokter untuk perhatian khusus seperti posisi atau pergerakan
tertentu.
3. Pastikan tingkat kesadaran dan kemampuan untuk mengikuti instruksi
4. Periksa riwayat medis pasien apakah ada lesi nasal, polip berdarah, atau deviasi
septum nasal.
5. Cuci tangan
6. Jelaskan prosedurnya pada pasien.
7. Posisikan pasien pada posisi fowler tinggi, pasien koma pada posisi semifowler.
8. Letakkan perlak dan handuk di atas dada pasien.
9. Potong plester sepanjang 10 cm dan siapkan untuk memfiksasi selang.
10. Gunakan handscoon.
11. Ukur panjang selang, dari ujung hidung ke ujung daun telinga dan ke ujung prosesus
xiphoideus dan tandai dengan pita.
12. Lumasi ujung selang sekitar 15-20 cm dengan pelumas yang larut dalam air,
menggunakan potongan kassa.
13. Masukkan selang lewat lubang hidung kiri ke bagian belakang tenggorokan, dengan
mengarahkan ke belakang dan ke bawah menuju telinga.
14. Fleksikan kepala pasien ke arah dada setelah selang melewati nasofaring.
15. Anjurkan pasien untuk menelan dengan memberikan seteguk air jika

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
memungkinkan.
16. Dorong selang sampai panjang yang diinginkan sudah masuk semua.
17. Bila ada tahanan atau pasien mulai muntah, batuk, tersedak, atau menjadi sianosis
berhenti mendorong selang, dan minta pasien untuk bernapas biasa. Setelah pasien
tenang, lanjutkan pemasangan NGT. Instruksikan pasien untuk menelan saat
mendorong selang.
18. Periksa posisi selang dengan aspirasi cairan lambung atau meletakkan ujung selang
di dalam kom berisi air.
19. Fiksasi selang dengan plester.
20. Rekatkan ujung selang ke baju pasien.
21. Bereskan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan.
22. Dokumentasikan tindakan.

PEMBERIAN MAKAN LEWAT NGT

Pengertian
Pemberian makan secara langsung ke dalam lambung lewat selang yang dimasukkan ke
dalam lambung melalui hidung (nasogastrik).

Tujuan
1. Memberikan nutrisi yang adekuat kepada pasien yang tidak dapat makan sendiri.
2. Memberikan obat
3. Memberikan nutrisi kepada pasien yang tidak dapat diberi makan lewat mulut, misal
operasi rongga dalam keadaan tidak sadar atau koma.

Indikasi
1. Cedera kepala dan leher
2. Koma
3. Obstruksi esofagus atau orofaring
4. Anoreksia nervosa berat
5. Episode aspirasi berulang
6. Peningkatan kebutuhan metabolik-luka bakar, kanker, dll.

Prosedur
1. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedur
2. Periksa apakah ada alergi makanan, waktu makan terakhir, bising usus, dan hasil
pemeriksaan laboratorium

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id
3. Letakkan wadah berisi makanan dalam air hangat (untuk menghangatkan cairan
yang akan diberikan kepada pasien)
4. Cuci tangan
5. Bantu pasien untuk berada dalam posisi fowler (30 – 45 derajat)
6. Pasang handuk dan perlak di atas dada pasien
7. Pakai handscoon dan tempelkan spuit pada selang nasogastrik
8. Aspirasi isi lambung. Bila ada keraguan terhadap posisi selang, beritahu dokter dan
dapatkan instruksi untuk foto rontgen.
9. Jika sisa isi lambung berada dalam batas normal dan posisi selang sudah dapat
dipastikan, kembalikan isi lambung ke dalam lambung.
10. Bila posisi selang sudah dipastikan dalam lambung, cubit tekanan selang makan dan
pasang tabung spuit makan ke selang.
11. Isi tabung spuit dengan air dan biarkan cairan mengalir masuk akibat daya gravitasi,
dengan meninggikan tabung di atas kepala pasien.
12. Tuang makanan ke dalam tabung spuit dan biarkan mengalir akibat daya gravitasi.
Teruskan menuang makanan/formula ke dalam tabung, bila sudah 3/4 kosong. Cubit
tekanan selang kapanpun diperlukan untuk menghentikan aliran ketika sedang
menuang.
13. Setelah selesai memberi makan, bilas selang dengan paling sedit 30 mL air putih
14. Setelah selang selesai dibilas, tutup ujung selang
15. Bilas peralatan dengan air hangat dan keringkan
16. Tetap naikkan kepala ranjang selama 30 – 60 menit setelah selesai makan
17. Cuci tangan
18. Catat jenis dan jumlah makanan, jumlah air yang diberikan dan toleransi pemberian
makan
19. Pantau suara napas, bising usus, distensi lambung, diare, konstipasi, serta masukan
dan keluaran
20. Instruksikan pasien untuk memberitahu perawat jika ia merasa kenyang, mual, atau
muntah.

Bimbel Intensif D3 Keperawatan Appskep


https://ukom.appskep.id

Anda mungkin juga menyukai