Anda di halaman 1dari 4

PEMASANGAN OKSIGEN

A. Tindakan
Tindakan pemasangan oksigen dengan nasal kanul dilakukan oleh perawat pada
By. Ny. A pada hari Senin 11 September 2017 dengan diagnosa medis Infeksi
citomegalo virus.
B. Justifikasi terhadap tindakan
Menurut saya tindakan pemasangan oksigen yang dilakukan oleh perawat secara
umum telah sesuai dengan teori, baik peralatan yang digunakan maupun prosedur, serta
telah memenuhi prinsip dasarnya. Tindakan ini diberikan kepada klien karena klien
mengalami sesak nafas.

C. Teori singkat tindakan


Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui
kanula nasal dan masker oksigen (Suparmi, 2008).
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara
memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya
berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan 
oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009)
Tujuan Umum 
1. Meningkatkan ekspansi dada
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah hipoksia 
5. Menurunkan kerja jantung 
6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
(Aryani, 2009).
8. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen
minimal.
9. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum (Aryani,
2009)
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
(Suparmi, 2008:67)

Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis
dan jumlah aliran yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini:
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai
bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing
dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis
masker rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah

3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul (Aryani,
2009).
Hal – hal yang perlu diperhatikan
 Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas.
Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien.
 Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih
sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
 Pada beberapa klien, pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman karena
merasa “terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat
meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
 Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
 Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
 Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi
oksigen
 Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan
contoh masker.
 Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
 Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien,
di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan
kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen
yang dapat menyebabkan kebakaran (Aryani, 2009).
Prinsip
1. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya
hanya 2-3 L/menit.
2. Membutuhkan pernapasan hidung
3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 % (Suparmi, 2008).

D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan yaitu terpasangnya oksigen nasal kanul 1 liter dengan tujuan untuk
Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen dan mencegah
hipoksia.

E. Analisa tindakan
Pemasangan oksigen antara yang dilakukan di rumah sakit dengan teori secara umum
telah sesuai. Alat-alat yang digunakan lengkap, prosedur telah sesuai, dan prinsip-prinsip
dalam pemasangan infus juga diperhatikan sehingga aman (safety) bagi klien dan petugas
kesehatan.
F. Hambatan
Selama tindakan pemasangan oksigen dilakukan, tidak ada kendala yang dapat
menghambat proses tindakan.

G. Kesimpulan dan Saran


Tindakan pemasangan oksigen yang dilakukan di rumah sakit pada Anak N sesuai
dengan teori, baik komunikasi terapeutik, peralatan yang digunakan, maupun prosedur
yang dilakukan sehingga untuk ke depannya diharapkan prosedur tersebut tetap
dipertahankan dan dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai