Anda di halaman 1dari 7

PEMBERIAN OKSIGEN

A. DEFINISI
Pemberian oksigen merupakan tindakan pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan melalui alat bantu oksigen.
B. TUJUAN
Pemberian oksigen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Secara umum tujuan
pemberian oksigen adalah:
1. Meningkatkan ekspansi paru
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah terjadinya hipoksia
5. Menurunkan kerja jantung
6. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
C. INDIKASI
Oksigen efektif diberikan pada klien yang mengalami:
1. Gagal nafas: gangguan perrtukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung): Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan
oksigen.
3. Perubahan pola napas: hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dypsnea (kesulitan
bernapas, misal pada pasien asma), sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan
pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), bradipnea (pernapasan lebih lambat
dari normal dengan frekuensi < 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal
>24x/menit).
4. Keadaan gawat: misalnya pada pasien koma, tidak dapat mempertahankan sendiri jalan
napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
5. Trauma paru: karena benturan atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan
insprirasi dan ekspirasi.
6. Metabolisme yang meningkat: misal luka bakar, konsusmsi oksigen oleh jaringan akan
meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
7. Post operasi: tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
D. KONTRAINDIKASI
Tidak ada kotraindikasi pada terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah
aliran yang tepat. Namun, perhatikan pada kasus berikut:
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non reabrithing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen (masker jenis tersebut memiliki
konsentari yang lebih tinggi yaitu 90-95%).
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah.
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal, maka hindari pemakaian nasal kanul.
E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebihan atau keurang dari batas
untuk mecegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk mengencerkan sekret
disaluran pernafasan klien.
2. Pada beberapa kasus seeperti bayi prematur, klien dengan penyakit akut, klien dnegan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengbservasi lebih sering
terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen.
3. Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan rasa tidak nyaman. Perawat
dapat meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
4. Pada klien dengan masalah febris dan disforesis, perawat perlu melakukan perawatan
kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker dapat menyebabkan efek
kekeringan di sekitar area tersebut.
5. Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi off.
6. Pasanglah tanda: “dilarang merokok (ada pemasangan oksigen)” di pintu kamar klien, di
bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instruksikan kepada
klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran.
F. METODE PEMBERIAN OKSIGEN
1. Pemberian Oksigen melalui Nasal Prong (Nasale Canule)
Penggunaan nasal kanul merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah,
relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pernafasan
jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen. Panjang
selang yang dimasukkan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6-1,3 cm.
a. Indikasi
Klien yang bernafas spontan tetapi membutuhkan alam bantu nasal kanul untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak napas atau tidak sesak).
b. Prinsip
(1) Nasal kanul untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 1-6 L/menit.
(2) Aliran oksigen dengan konsentrasi 21-44%.
c. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, dan
merasa nyaman.
d. Kerugian
Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44% (semakin tinggi aliran
oksigen maka akan membuat kering mukosa jalan napas), suplai O2 berkurang bila
klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena hanay 1 cm, mengiritasi selaput
lendir.
2. Pemberian Oksigen melalui Masker
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Memiliki prinsip yang hampir sama
dengan nasal kanul, namun menghasilkan konsentrasi oksigen yang sedikit lebih tinggi
dibandingkan nasal kanul. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai
tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Macam bentuk masker:
a. Simple Face Mask
Indikasi:
Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit.
Keuntungan:
(1) Sederhana, ringan.
(2) Konsentrasi O2 lebih tinggi dibandingkan nasal kanul.
Kerugian:
(1) Pada beberapa klien merasa terganggu, ingin membuka masker saat berbicara.
(2) Tidak nyaman bila pada muka terdapat taruma atau luka bakar.
(3) Iritasi atau kering pada mata
(4) Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 < 40%, dapat menyebabkan penumpukan
CO2 jika aliran rendah.
b. Rebreathing Mask
Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada
saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung
reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi dari pada simple face mask.
Indikasi:
(1) Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12
liter/menit.
(2) Klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
Normal:
- SpO2 (saturasi oksigen) ≥ 96%
- AGD (Analisa Gas Darah)
PaO2: 80-100, PaCO2: 35-45
Contoh hasil AGD (PaO2, PCO2) pada pasien yang memerlukan pemasangan alat
bantu oksigen dengan rebreathing mask.
PaO2 88 Normal
PaCO2 22 Rendah
Keuntungan:
(1) Konsentrasi O2 lebih tinggi dari simple face mask.
(2) Tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
c. Non Rebreathing Mask
Paada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat
ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Indikasi:
(1) Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12
liter/menit.
(2) Klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi.
Normal:
- SpO2 (saturasi oksigen) ≥ 96%
- AGD (Analisa Gas Darah)
PaO2: 80-100, PaCO2: 35-45
Contoh hasil AGD (PaO2, PCO2) pada pasien yang memerlukan pemasangan alat
bantu oksigen dengan non rebreathing mask.
PaO2 62 Normal
PaCO2 40 Tinggi
Keuntungan:
(1) Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapai 100%.
(2) Tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian:
Kantong O2 bisa terlipat.
G. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier + aquadest
2. Nasal kanul, atau masker.
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PELAKSANAAN

Nama Mahasiswa :

NIM :

NILAI
NO KOMPONEN PENILAIAN
0 1 2
Tahap Persiapan
1 Kaji order : perhatikan metode pemberian, kecepatan aliran, dan
lama terapi oksigen.
2 Kaji klien: Observasi tanda dan gejala hipoksia: cemas, penurunan
kesadaran, peningkatan kelelahan, pusing, peningkatan denyut
nadi, peningkatan kecepatan dan kedalaman respirasi, peningkatan
tekanan darah, pucat, sianosis, dypsnea.
3 Menyiapkan alat
4 Mencuci tangan dan menggunakan APD
Tahap Orientasi
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Identifikasi dan validasi kondisi klien
4 Jelaskan prosedur pelaksanaan dan tujuan terapi oksigen
5 Menjaga privacy klien
6 Menyatakan kontrak waktu
Tahap Pelaksanaan
Memasang Nasal Kanul:
1 Atur posisi klien sesuai kebutuhan (semi fowler)
2 Amati keutuhan jalan nafas dan hilangkan sekret pada jalan nafas
3 Menghubungkan oksigen unit ke sumber oksigen (cek flow meter
dan humidifier), hidupkan tabung oksigen
4 Mengatur kecepatan aliran oksigen sesuai dosis (1-6L/menit).
5 Amati bahwa air dalam humidifier bergelembung-gelembung
6 Memberi pelumas (jelly)
7 Memasang kanul oksigen ke hidung klien dengan memasukkan
nasal kanul ke dalam hidung klien
8 Mengatur pengikat kanul, pastikan kanul terpasang dengan aman.
Memasang Masker Oksigen
1 Atur posisi klien sesuai kebutuhan (semi fowler)
2 Amati keutuhan jalan nafas dan hilangkan sekret pada jalan nafas
3 Menghubungkan oksigen unit ke sumber oksigen (cek flow meter
dan humidifier), hidupkan tabung oksigen
4 Mengatur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan dosis
5 Amati bahwa air dalam humidifier bergelembung-gelembung
6 Memasang masker oksigen di atas mulut dan hidung klien
7 Memasang kanul oksigen ke hidung klien dengan memasukkan
nasal kanul ke dalam hidung klien
8 Mengatur pengikat masker, pastikan masker terpasang dengan
aman.
Tahap Terminasi
1 Rapikan alat dan klien
2 Evaluasi respon klien
3 Melakukan kontrak selanjutnya
4 Mencuci tangan
5 Melakukan dokumentasi yang telah diberikan
TOTAL

Anda mungkin juga menyukai