Anda di halaman 1dari 18

A.

Terapi Oksigenasi

Oksigenasi

merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ dan sel tubuh.

Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolism dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen


ke dalan paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara: yaitu melalui kanula,
nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.

B. Metode Pemberian Oksigen


Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi 2 teknik yaitu: sistem aliran rendah dan
sistem aliran tinggi.
1. Sistem Aliran Rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,


menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernapasan dengan patokan
volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih
mampu bernafas dengan pola pernapasan normal, misalnya klien dengan volume
tidal 500 ml dengan kecepatan pernapasan 16-20 kali permenit. Teknik ini juga
dibedakan menjadi dua jenis yaitu low flow low concentration dan low flow high
concentration.

Teknik oksigenasi dengan low flow low concentration ini memberikan oksigen
dengan konsentrasi yang rendah dan dengan aliran yang rendah. Adapun teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut (Ni Luh Suciati, 2010):

Contoh sistem aliran rendah adalah:


a. Nasal Kanul/Kanul Binasal
Nasal kanul adalah alat sederhana yang murah dan sering digunakan untuk
menghantarkan oksigen. Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian tengah selang dan dapat
dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan hidungnya. Oksigen yang
diberikan dapat secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24
% - 44 %. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan nasal kanul:
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %
5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
Gambar:
Prinsip

1. Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah
biasanya hanya 2-3 liter/menit
2. Membutuhkan pernapasan hidung

3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsistensi >40%

Indikasi dan Kontraindikasi (Suparmi, 2008 & Ignatavicius, 2006)


Indikasi:
1) Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
2) Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK,
atau penyakit paru yang lain
3) Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
Kontraindikasi:
1) Pada pasien dengan obstruksi nasal
2) Pasien yang apneu
Hal-hal yang harus diperhatikan (Potter & Perry, 2010):
1) Pastikan jalan napas harus paten tanpa adanya sumbatan di nasal
2) Hati-hati terhadap pemakaian kanul nasal yang terlalu ketat dapat
menyebabkan kerusakan kulit ditelinga dan hidung.
3) Jangan terlalu sering menggunakan aliran > 4 liter/menit karena dapat
menimbulkan efek pengeringan pada mukosa
Keuntungan dan Kerugian (Ni Luh Suciati, 2010)
Keuntungan:
1) Pemasangannya lebih mudah dibandingkan dengan kateter nasal
2) Lebih murah dan disposibel
3) Pasien lebih mudah makan, minum dan berbicara
4) Pasien lebih mudah mentolerir dan merasa nyaman
5) Pemberian oksigen lebih stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
yang teratur
Kerugian:
1) Konsentrasi yang diberikan tidak bisa lebih dari 44%
2) Mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1-1.5 cm
3) Oksigen bisa berkurang jika pasien bernapas melalui mulut
4) Aliran Oksigen > 4 liter/menit jarang digunakantidak akan menambah
FiO2 dan bisa menyebabkan iritasi selaput lender serta mukosa kering
5) Pemasangan selang nasal yang terlalu ketat dapat mengiritasi kulit di
daerah telinga dan hidung

Bahaya yang mungkin muncul

Bahaya yang dapat terjadi untuk pemberian O2 yang berlebihan adalah timbulnya
kondisi Hipokapneu karena konsentrasi O2 dalam darah yang terlalu tinggi.
Sedangkan untuk prosedur yang tidak sesuai dengan teori diantaranya adalah
untuk tindakan tidak mencuci tangan dapat memperbesar penularan penyakit,
penggunaan nasal kanul yang tidak steril juga memperbesar penularan penyakit
melalui secret dari satu pasien ke pasien lain. Penggunaan cairan humidifier yang
tidak steril meningkatkan kemungkinan kuman-kuman yang terkandung dalam air
akan terhirup oleh klien.

Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari
batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan
membantu untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien. Pada klien
dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan
kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.

Sedangkan teknik oksigenasi dengan low flow high concentration ini memberikan
oksigen dengan konsentrasi yang tinggi tapi dengan aliran yang rendah. Adapun
teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
b. Sungkup Muka (Masker) Sederhana/Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta
konsentrasi oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran
oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara
40-60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan masker sederhana:
5-6 Liter/menit : 40 %
6-7 Liter/ menit : 50 %
7-8 Liter/ menit : 60 %
Gambar :

Prinsip
Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang dari
hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8
liter/menit.
Indikasi dan Kontraindikasi (Ni Luh Suciati, 2010)
Indikasi:
Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau
penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala
Kontraindikasi :
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
Hal-hal yang harus diperhatikan (Ignatavicius, 2006 & Suzanne, 2008):
1) Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena untuk mendorong
CO2 keluar dari masker
2) Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan terlalu ketat
pemasangan karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa
menimbulkan rasa phobia ruang tertutup
3) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit
Keuntungan dan Kerugian (Suparmi, 2008)
Keuntungan:
1) Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang
berlubang besar
2) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal
ataupun kateter nasal
3) Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol
Kerugian :
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2) Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan
dan batuk
4) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5) Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6) Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut
dan pipi
c. Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan
aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi
sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask (Ni Luh Suciati, 2010)
Gambar :

Prinsip

1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%


2. Volume aliran 8-12 liter/menit

3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2

Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010 )


Indikasi:
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah
Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup
lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong
reservoir.
2) Memasang kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit
3) Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini
terjadi, aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah
besar karbondioksida.
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka
sederhana
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian:
1) Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
4) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan
dan batuk
5) Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah

d. Sungkup Muka (Masker) dengan Kantong Non-Rebreathing


Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi oksigen sampai
80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini yaitu udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan ada 1 katup
lagi yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan
membuka pada saat ekspirasi (Ni Luh Suciati, 2010).
Gambar:

Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%
2. Volume aliran 10-12 liter/menit

3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO 2 dan dua


katup untuk menampung oksigen

Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010)


Indikasi :
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan
status pernapasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi
Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
Hal-hal yang perlu diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup
lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
2) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit
3) Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya
4) Menjaga supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk mencegah
bertambahnya CO2

Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan:
1) Konsentrasi oksigen yang diperoleh bisa tinggi bahkan sampai 100%
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian:
1) Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan
dan batuk
4) Terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama ketika pasien tidak sadar
DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius. 2006. Medical Surgical Nursing. Critical Thinking for Collaborative Care. 5
Ed. United States of America: Elsevier Saunders

Perry, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Alih Bahasa: Diah Nur. Jakarta:
EGC

Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI Karangasem.

Suparmi, Yulia. 2008. Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta
: Citra Aji Parama.

Suzzane & Brenda. 2008. Brunner and Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing.
Eleventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins
SOP PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER
NON-REBREATHING

No Dokumen No Revisi Halaman

.... .... 1/3


Tanggal Terbit Disetujui oleh,
STANDAR

OPERASIONAL
PROSEDUR
.

Pengertian Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi


tertinggi Pemberian Oksigen Melalui Masker nonrebreathing mencapai
99% dengan cara selain intubasi atau ventilasi mekanis, pada volume
aliran 10 sam
pai 12 L permenit. Katup satu arah pada masker dan antara kantung
resevoir dan masker, mencegah udara ruangan dan udara yang
dihembuskan klien masuk kedalam kantung sehingga hanya oksigen
didalam kantung yang dihirup. Untuk mencegah terbentuknya karbon
dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis secara total
selama inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini
dengan meninggikan volume aliran oksigen (Korzier, et al, 2010)

Tujuan Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan


konsentrasi dan kelembapan yang lebih tinggi dibanding dengan kanul

Kebijakan Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami


muntah-muntah.

Petugas Perawat

Peralatan Persiapan alat


1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran
pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
Instruksi kerja
ta
1.. tahap prainteraksi
a. mengecek program terapi
b. mencuci tangan
c. menyiapkan alat

2. tahap Orientasi
a. memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
b. menjelaskan tujuan dan prosedur dan sapa nama pasien
c. menanyakan peraetujuan atau kesiapan pasien

3. tahap kerja.
a. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
R : untuk memperlancar jalan napas pada saat oksigen dimasukkan.
b. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
R : untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke pasien.
c. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam
medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
SOP PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER
REBREATHING
No Dokumen No Revisi Halaman

.... .... 1/3


Tanggal Terbit Disetujui oleh,
STANDAR

OPERASIONAL
PROSEDUR
.

Pengertian Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung
reservoir dan maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang
terhubung memungkinkan klien mengambil nafas kembali sekitar
sepertiga dari udara yang dihembuskan bersamaan dengan oksigen.
Masker rebreathing mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12
liter/menit dan konsentrasi O2 60-80 %.

Tujuan 1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.


2. Perfusi jaringan adekuat
Kebijakan Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.

Petugas Perawat

Peralatan 1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier)


2. Water steril
3. Plester non iritan
4. Antiseptik (jika diperlukan)
5. Masker rebreathing
6. Sarung tangan bersih

Instruksi kerja
ta 1. Tahap prainteraksi
a. mengecek program terapi
b. mencuci tangan
c. menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi
a. memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
b. menjelaskan tujuan dan prosedur dan sapa nama pasien
c. menanyakan peraetujuan atau kesiapan pasien

3. tahap kerja
a. Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan
napas
R: mengetahui kondisi fisik pasien
b. Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
R: mengalirkan oksigen pada masker
c. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan memastikan bahwa berfungsi dengan baik.
R: mencegah terjadinya kesalahan asuhan keperawatan sehingga
melukai klien. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan
kebutuhan klien
d. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
R: jika selang tertekuk akan menghambat jalan oksigen bantuan
e. Ada gelembung udara pada humidifier.
R: gelembung merupakan supply oksigen
Sop Oksigenasi Dengan Kanula Nasal

No Dokumen No Revisi Halaman

.... .... 1/1


TanggalTerbit Disetujuioleh,
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
.

Pengertian Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian


oksigen dengan memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula
nasal/nasal kanul berguna untuk memberikan kira-kira 24-44% oksigen
dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit (aliran yang lebih dari 6L/menit tidak
menghantarkan oksigen lebih banyak). Kanula nasal mudah dipasang dan
tidak mengganggu kemampuan klien untuk makan atau berbicara. Kanula
nasal juga relatif nyaman karena memungkinkan kebebasan pergerakan dan
toleransi dengan baik oleh klien.
Tujuan Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan
PaO2> 60 mmHg atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia
jaringan dan beban kerja kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter,
2006). Selain itu, terapi oksigen juga dapat meningkatkan bersihan napas
klien, mencegah infeksi, dan meningkatkan rasa nyaman pada klien.
Kebijakan Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
Petugas Perawat

Peralatan 1. Kanula nasal


2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Plester
Instruksikerja A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien

C. Tahap Kerja
1. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
2. Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber
oksigen.
3. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam
medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari kanula.
4. Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
5. Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu
sampai kanula pas dan nyaman.
l) Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
6) Periksa kanula setiap 8 jam.
7) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
8) Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara
periodic sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
9) Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkanmembrane mukosa jika diperlukan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Unit terkait RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES


Sop Pemberian Oksigen Melalui Masker Wajah Sederhana

No Dokumen No Revisi Halaman

.... .... 1/1


TanggalTerbit Disetujui oleh,
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
.

Pengertian Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi
hidung dan mulut klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi
pada kedua sisi masker memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida
yang dihembuskan. Masker wajah memberikan oksigen dengan konsentrasi
dan kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal, 40-60% pada kecepatan
5-8 liter/menit.
Tujuan Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan
PaO2> 60 mmHg atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia
jaringan dan beban kerja kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter,
2006). Selain itu, terapi oksigen juga dapat meningkatkan bersihan napas
klien, mencegah infeksi, dan meningkatkan rasa nyaman pada klien.
Kebijakan Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah.
bibir, dan warma kulit)
Petugas Perawat

Peralatan 1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien


2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
Instruksikerja A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. g) Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan
napas.
2. Sambungkan masker keselang dan ke sumber
oksigenBerikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
pada progam medis dan pastikaberfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
3. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke
DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius. 2006. Medical Surgical Nursing. Critical Thinking for Collaborative Care. 5
Ed. United States of America: Elsevier Saunders

Perry, P. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Alih Bahasa: Diah Nur. Jakarta:
EGC

Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI Karangasem.

Suparmi, Yulia. 2008. Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta
: Citra Aji Parama.

Suzzane & Brenda. 2008. Brunner and Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing.
Eleventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins

Anda mungkin juga menyukai