Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN KRITIS

RESUME MATERI ARDS

Dosen Pengampu:
Ns. Deby Tangkabiringan,

Disusun Oleh:
Indri Zalwa Farikhah 2010711071

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2023
Resume
A. Definisi
ARDS adalah sekumpulan gejala yang menjadi suatu penyakit dan ditandai kerusakan
luas alveolus dan atau membrane kapiler paru. ARDS terjadi setelah terjadi gangguan
sistem paru, kardivaskular atau tubuh secara luas dan akan terlihat di pengecekan AGD
(oksigen arteri).

B. Anatomi Fisiologis
Alveoli normal berisi rongga udara yang kosong, sedangkan alveoli pada penderita
ARDS berisikan cairan atau benda asing.

C. Etiologi
- Langsung
1. Aspirasi isi gaster
2. Infeksi paru
3. Kontusio paru: trauma tumpul
4. Inhalasi toksik
5. Pneumonia
- Tidak langsung: paru-paru aman, tapi ada gangguan di organ tubuh lain
1. Sepsis
2. Trauma non thorax
3. Transfuse bermacam produk darah
4. Drug overdosis

D. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan RR: >30x/menit
2. Takikardia, takipnea
3. Dispnea dengan kesulitan bernafas
4. Reaksi intercostae
5. Sianosis: kebiruan
6. Hipoksemia: AGD
7. Auskultasi paru: ronkhi basah, crackle, stridor, wheezing
8. Auskultasi jantung: normal, murmur/gallop

E. Patofisiologi
Pembuluh darah vena kaya akan sisa-sisa ekspirasi. Pembuluh darah arteri membawa
kaya akan oksigen. Terjadi pertukaran O2 dan CO2 (difusi) yang berada di alveolus
tepatnya di pembuluh darah. Saat inspirasi alveoli kita ikut berkembang dan menempel
ke pembuluh darah. Surfaktan adalah pelumas alveolus, untuk menjaga keseimbangan
perkembangan alveoli.
- Fase 1
Injury langsung dan tidak langsung, peredaran darah normal namun sudah terjadi
perkembangan agresif oleh platelet dan histamin.
- Fase 2
Peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga cairan di pembuluh darah yang menetap
akan keluar ke alveoli dan menumpuk.
- Fase 3
Cairan sudah masuk dalam alveoli dan terkumpul
- Fase 4
Alveoli kolaps
- Fase 5
O2 dan CO2 sudah tidak ada proses difusi, penumpukkan CO2 dalam pembuluh
darah dan kekurangan O2

F. Pathway
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Produksi histamin meningkatkan produksi secret
2. Gangguan pertukaran gas
- Tidak terjadinya difusi di pembuluh darah

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis Gas Darah
- Hipoksemia (penurunan PaO2)
- Hipokapnia (penurunan PCO2)
- Hiperkapnia (peningkatan PCO2)
- Alkalosis Respiratorik (PH>7,45)
- Asidosis respiratorik/metabolik terjadi pada tahap lanjut
2. Tes fungsi paru
3. Pengukuran Pirau: pengukuran tekanan pulmonal dan seluruh tubuh
4. Foto thorax: sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru

H. Penatalaksanaan Medik
- Terapi oksigen
- Ventilasi mekanik
- Diuretic: untuk edema paru
- Obat-obat anti inflamasi untuk mengurangi efek merusak dari proses peradangan

I. Manajemen Masalah Kritis pada ARDS


- Fase eksudat (1-7)
- Fase proliperatif (7-21)
- Fase fibrotic (21- dan seterusnya)
- Berlin kategori severity untuk ARDS:
a. Mild: 200-300 (PaO2/FiO2), mortality 27%
b. Moderate: 100-200, 32%
c. Severe: <100, 45%
- Fraksi oksigen (AGD): dimulai dari flow 1 dengan fraksi 24%- flow 10 fraksi 60%
(terjadi kenaikan fraksi sebanyak 4%). Untuk menentukan PEEP. Caranya
PO2:FiO2 dan dilanjut ke kategori severity ARDS.
- Pembahasan kasus:
1. Tindakan yang dilakukan: mengganti oksigen NRM 10 lpm, lihat respon
saturasi oksigen di monitor, pasien ditenangkan (ansietas), MAP semakin turun
maka sudah gangguan hemodinamik, pantau status hemodinamik
2. Hasil AGD: asidosis respiratorik
3. Fraksi oksigen 6 lpm adalah 40%
4. PF ratio: 40:0,44= 90,9 (severate)
- Management cairan: membalance cairan dibuat negative, karena ada resiko edema
pulmonary
- Kombinasi albumin dan furosemide: karena protein penting menjaga viskositas
cairan dalam sel.
- Menurunkan konsumsi oksigen agar tidak terpakai untuk organ yang lain, cegah
demam, kecemasan dan nyeri, penggunaan otot bantu napas.
- Ventilasi mekanik dengan tidal volume yang rendah untuk mencegah barotrauma,
PEEP tertinggi 5-15.
- Prone position ventilation, pasien posisi tengkurap dan didapatkan hasil ct thorax
bahwa cairan berpindah ke bagian depan. Diharapkan alveoli di bagian distal dapat
ruang untuk berdifusi. Waktunya 16-18 jam/hari.
- I:E ratio yaitu 1:3 menghindari terjadinya autoPEEP.
- Tujuan oksigenasi: PaO2 55-80 mmHg atau SpO2 88-95%

J. Asuhan Keperawatan pada Pasien Covid-19


1. Konsep Coronavirus
- Virus RNA yang menyebabkan penyakit di saluran pernafasan
- Di akhir tahun 2021 muncul varian omicron
a. Pathogenesis
Dimulai dari badai sitokin, respon inflamasi sistemik seluruh tubuh yang tidak
terkontrol. Obat yang digunakan untuk autoimun dan diharapkan bisa
memperlambat produksi sitokin.
b. Klasifikasi
- OTG, ODP, PDP, dan Kasus Terkonfirmasi
- Tanpa gejala: kondisi teringan dan tidak ada gejala (30%)
- Ringan: infeksi saluran napas tidak berkomplikasi (55%), flu ringan, imunitas
terbentuk sendiri
- Sedang: pneumonia tetapi tidak membutuhkan suplementasi oksigen
- Berat: pneumonia disertai RR>30x/menit, distress napas berat, SpO2<93%
atau PaO2/FiO2<300 (10%)
- Kritis: gagal napas, ARDS, syok sepsis, dan atau multiple organ failure (5%)
c. Penyebaran virus
- Droplet dengan radius 2 meter oleh pasien simptomatik, bertahan di aerosol
setidaknya 3 jam.
- Terdeteksi di benda mati dan bertahan pada waktu tertentu
d. Manifestasi klinis
- Demam
- Batuk
- Pusing dan kelemahan
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas, proses infeksi
b. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
c. Ansietas b/d krisis situasional, ancaman terhadap kematian
3. Algoritma pasien Covid 19
a. Primary survey:
- A: secret? Batuk tidak efektif (bersihan jalan napas tidak efektif)
- B: ronkhi? PCO2 meningkat, PO2 menurun, pH abnormal (gangguan
pertukaran gas)
- C: hipotensi? Hipoksemia, hipoksia, sepsis, SIRS (resiko syok)
- D: kelemahan/keletihan otot napas? Vol. tidal menurun (gangguan ventilasi
spontan)
4. Luaran Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif: 24 jam
- Batuk efektif meningkat
- Sputum menurun
- Wheezing menurun
b. Gangguan pertukaran gas: 2-4 jam
- RR 12-20x/menit
- SpO2>= 90%, PaO2>80 mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, pH 7.35-7.45
- Ronkhi menurun
c. Ansietas: 24 jam
- Perasaan bingung menurun
- Rasa khawatir menurun
- Gelisah menurun
- Tegang menurun
d. Gangguan ventilasi spontan: 24-48 jam
- Vol. tidal meningkat
- Dispnea menurun
- PaO2>80 mmHg, PaCO2 35-45 mmHg
- Gelisah menurun
e. Resiko syok: 8 jam
- Output urine >0,5 mL/kg/jam
- Akral hangat dan pucat menurun
- Nadi normal, TDS>90 mmHg, MAP >=65 mmHg, CVP 2-12 mmHg (+3
kalau terpasang ventilasi positif)
f. Gangguan sirkulasi spontan: 30 menit
- Tingkat kesadaran meningkat
- HR 60-100x/menit, TDS>90mmHg, ETCO2 35-45 mmHg, EKG normal
5. Intervensi keperawatan
a. Manajemen jalan napas
b. Manajemen isolasi
c. Terapi oksigen: HFNC (nasal kanul), HFT (trakeostomi), HFOT (oksigen terapi)
HFNC: ROX index >4.88 dihitung selama 6 jam, jika <3.85 pasang intubasi
Indeks ROX= (SpO2/FiO2)/frekuensi napas
d. Reduksi ansietas
e. Dukungan ventilasi dengan VM, pasien sadar dan koperatif posisikan prone
- Vol tidal rendah (4-8 mL/kgBB)
- Plateu pressure<30 cmH2O
- PEEP lebih tinggi
- Pronasi 12-16 jam
- Hindari infus kontinu agen paralitik
f. Pencegahan syok
g. Code management (gangguan sirkulasi)
Algoritma BHD sama namun dibedakan dengan kotak kuning
6. Komplikasi covid 19
- Cedera jantung
- Disfungsi hati
- Gangguan ginjal akut
- Pneumotoraks
- Syok sepsis
7. Kriteria pulang dari rumah sakit: satu kali negatif

Anda mungkin juga menyukai