Anda di halaman 1dari 103

Acute Respiratory

Distress Syndrome
Anis DK
Ai Yeni Herlinawati
Sri Suratini
Definisi ARDS
Adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan
bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada
orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada
berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal.
(Hudak (1997))

Perburukan paru yang akut oleh karena infeksi,


infiltrasi pada seluruh lapang paru dan hipoksemia.
Sebab utama kerusakan tsb adl inhalasi/ intoksikasi.
(Ilmu Penyakit Paru, Prof.Dr.H.Tabrani)
istilah
• PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen
yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru
dalam menyediakan oksigen bagi darah. Nilai normal 80-100 mmHg
• FiO2 adalah fraksi inspirasi oksigen yang dihirup
• PaO2/FiO2 ratio (sometimes called the Carrico index) is another measure of
hypoxemia. This allows comparison across time of severity of hypoxemia on
patients breathing various oxygen concentrations. To use this ratio, you must have
the PaO2 from the blood gas and the FiO2 at the time the blood gas was drawn.
Normal PaO2:FiO2 = 100 mmHg/0.21 ≈ 500. The lower the ratio, the worse the
disease process. PaO2:FiO2 < 300 is consistent with ALI (acute lung injury).
PaO2:FiO2 < 200 is consistent with ARDS (acute respiratory distress syndrome).

• Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif akhir ekspirasi
digunakan untuk mepertahankan tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk
mencegah terjadiya kolaps paru dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli.
Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12 mmHg untuk anak
Sistem Pernafasan Bawah
Sistem Pernapasan
• Tujuan paru-paru adalah untuk mengambil O2 dari atmosfer dan menukarnya dengan
CO2 dalam darah
• Pharynx  trachea  2 cabang bronchi  ke bronchi lebih kecil, bronchioles,
terminal bronchioles dan alveoli
• Dalam Alveoli pertukaran CO2 dengan oksigen melalui membran tipis
• Inhalasi: otot dan diafragma berkontraksi, memperbesar rongga torak, aksi ini
menghasilkan tekanan negatif intratorak, mengalirkan udara secara cepat melewati
hidung dan mulut ke dalam pharynx, trachea, dan paru-paru.
• Exhalasi: otot berelaksasi, udara dikeluarkan dengan tekanan intratorak positif
• Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut ventilasi (V)
• Pergerakan darah melalui paru-paru disebut perfusi (Q)
• V:Q harus cocok, agar pertukaran gas adekuat, rasio V:Q normal = 0,8
(Ventilasi=4L/min dan Q, cardiac output=5L/min)
• Difusi adalah mekanisme dimana gas-gas dalam alveoli bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah
• Hemoglobin melepaskan CO2 dan mengadsorpsi O2 melalui dinding alveolar. Jika
dinding ini menebal (penyakit di paru), difusi dapat terhambat.
Fase ARDS
MANIFESTASI KLINIK
ARDS
24 – 48 jam

Pernafasan cepat
Sesak nafas dan dangkal

Kulit pucat dan biru O2 dalam darah


Gejala lain :
1. Cemas
2. TD rendah
atau syok
3. Tampak
Komplikasi organ Jantung dan otak  sakit berat
lain kelainan fungsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Pencitraan

Darah rutin Foto dada

Analisis gas darah CT Scan

Gangguan fungsi ginjal


dan hati, tanda KID

Sitokin – sitokin (IL-1, IL-6,


dan IL-8)
Tujuan Terapi
• Fokus untuk mempertahankan oksigenasi dan perfusi jaringan
• Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
• meminimalisasi komplikasi nosokomial terkait infeksi
• Manajemen ventilasi dan berbagai intervensi yang mempengaruhinya
• Mengidentifikasi Memastikan ventilasi yang adekuat
• Memberikan dukungan sirkulasi
• Memastikan volume cairan yang adequate
• Memberikan dukungan nutrisi
KOMPLIKASI
Multiorgan
Pneumonia Barotrauma,
dysfunction
nosokomial pneumotoraks
syndrome (MODS)

Sinusitis Trauma laring Trakeomalasia

Fistula trakeo – Erosi arteri


Kematian
esophageal inominata
PROGNOSIS
• Mortalitas sekitar 40%.
• Prognosis dipengaruhi oleh : Faktor resiko, ada tidaknya
sepsis, pasca trauma, penyakit dasar, adanya keganasan,
adanya disfungsi organ multipel, usia, riwayat penggunaan
alkohol, ada atau tidaknya perbaikan dalam indeks pertukaran
gas, seperti rasio PaO2 / FIO2 dalam 3-7 hari pertama.
• Pasien yang membaik  pemulihan fungsi paru dalam 3 bulan
dan mencapai fungsi maksimum  bulan keenam setelah
ekstubasi. 50% pasien tetap memiliki abnormalitas, termasuk
gangguan restriksi dan penurunan kapasitas difusi. Juga
terjadi penurunan kualitas hidup.
Neonatal Respiratory Disstress Syndrome
• Neonatal Respiratory Disstress Syndrome, dulu dikenal sebagai
penyakit membran hialin, lebih tepat diterinologikan sebagai
Surfactant Deficiency RDS.

• RDS timbul saat lahir atau segera setelah lahir, prgresif dalam 48-72
jam, bayi letargi, terjadi edema perifer, pada foto roentgen tampak
paru kecil (small lung) dengan gambaran granular lapangan paru
Insidens
• Neonatus RDS terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada usia
kehamilan 32 minggu. Insidens meningkat dengan semakin
prematurnya neonatus.
Gejala Klinis :
ALGORITHM FOR PREVENTION AND TREATMENT NEONATAL RDS

Tokolisis adalah penghentian
kontraksi selama persalinan
prematur.
Tujuan Terapi
• Fokus untuk mempertahankan oksigenasi dan perfusi jaringan
• Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
• meminimalisasi komplikasi nosokomial terkait infeksi
• Memastikan volume cairan yang adequate
• Memberikan dukungan nutrisi
Terapi Untuk Pasien ARDS
a. Intubasi
b. Pemasangan Ventilator mekanik
c. Sedasi
d. Pengobatan tergantung penyebab dan proses penyakitnya
e. Pemantauan oksigenasi arteri
g. Cairan
Penatalaksanaan ARDS
• Mengatasi hipoksemia
• Mengobati penyebab dasar
• Tindakan suportif untuk mencegah komplikasi
Terapi
• Surfaktan sintetis (Exosurf)
• Glukokortikoid sistemik digunakan untuk mencegah pasien dengan
ARDS dengan septic shock (methyl prednisolon dosis awal 2 mg.kg per
hari dan tapered gradual)
• Inhalasi NO dosis 1.25-80 ppm
• NSAID
• Antiadhesion molecules gene therapy, antiendotoxin therapy dan
antioksidan (superoxide dismutase)
• D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Farmakoterapi 1\TUGA
SKU\ARDS Journal\pharmacological treatment ARDS.pdf
Perfusion Mangement
• Manajemen Cairan
• Tujuannya untuk meningkatkan supply oksigen ke jaringan
• Menggunakan cairan, transfusi darah, agen inotropik dan afterload-
reducing agents
• Monitroing ABG, HB, parameter hemodinamik( co, pulmonary artery
obstrucyion pressure dan mean arterial pressure untuk meningkatkan
perfusi
Hemodinamik dan Support Fluid
Perfusi dan Pencegahan Kerusakan Organ
• Marker untuk tissue perfusion untuk menilai kerusakan organ :
• MODS ( penurunan ARDS terkait mortality)
• Urine output, serum elektrolit (monitoring fungsi renal)
• Tes Fungsi Liver (AST, ALT)
Central Nervous System Assesment susah dilakukan pada pasien
ARDS karena terapi sedatid, narkotik dan perubahan status neurologik
• Stres menginduksi komplikasi perdarahan gastrointestinal pada ARDS.
• Ventilasi mekanik juga mengubah aliran darah lambung dan
koagulophaty sehingga membutuhkan profilaksis stres ulcer (Proton
pump inhibitor dan antagonis H2)
Nosocomial Pneumonia
• Berhubungan dengan pamakaian mechanical ventilation secara
langsung dalam jangka waktu yang panjang
Catheter Related Infection
• Biasanya karena bakteri Staphylococcus spp
• D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Farmakoterapi 1\TUGA
SKU\ARDS Journal\PERBANDINGAN TERAPI ARDS.pdf
Nutrional Support
• Parenteral nutrition sangat penting pada pasien ARDS serius karena aliran darah ke
saluran pencernaan terbatas.
• Enteral nutrition toleransinya lebih baik
• Keuntungan enteral feeding adalah menurunnya kebutuhan akses kateter sentral,
meningkatkan akses gastrointestinal, meningkatnya aliran darah gastrointestinal
• Resusitasi cairan dilakukan dengan bolus kristaloid sebanyak 20 hingga 60 mL/kg dalam
10 menit sambil mengevaluasi ada tidaknya kelebihan cairan (fluid overload)
• Bila ditemukan tanda kelebihan cairan, pemberian cairan resusitasi dihentikan.
• Pemberian koloid dapat dipertimbangkan bila kebutuhan cairan resusitasi sangat besar.
• Pemeriksaan gula darah harus rutin dikerjakan dan jika terdapat hipoglikemia harus
segera dikoreksi.
• Albumin + Furosemid albumin 25 g tiap 8 jam dengan infus
furosemid dapat meningkatkan keseimbangan cairan, hemodinamik
pada pasien lung injury
• Furosemid 0.05-0.1 mg/kg/jam selama 48 jam
Inhaled vasodilators
• Inhaled vasodilators, meliputi nitric oxide and prostacyclins.
• Berdasarkan vasodilatasi vaskuler selektif paru untuk membantu
meningkatkan oksigenasi tanpa adverse effect pada sistem
hemodinamik.
• Dilatasi vaskuler Nitric oxide oleh peningkatan konversi cyclic
guanosine monophospate menghasilkan relaksasi otot halus.
• Prostacyclins seperti epoprostenol and alprostadil, beraksi pada
reseptor prostaglandin untuk meningkatkan kadar cyclic adenosine
monophospate untuk menyebabkan relaksasi vaskuler.
• Vasodilatasi dihasilkan oleh agen ini juga mungkin menyebabkan efek
menguntungkan di paru-paru dan efek kardiovaskuler yaitu,
mengurangi resistensi pembuluh pulmonary, meminimalisasi
afterload ventrikel kanan, dan meningkatkan volume strok ventrikel
kanan.
• Nitric oxide menghalangi neutrofil dan aktivasi platetelet pada
inflamasi akut.
• Prostasiklin menjadi vasodilator pilihan dibandingkan nitric oxide
karena lebih murah.
• NO inhalasi 25 part per million (ppm)
• D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Farmakoterapi 1\TUGA
SKU\ARDS Journal\02-NitricOxideTherapy.pdf
Exogenous Surfactant Replacement

• Pasokan surfaktan alami tubuh terdiri dari 90% lipid dan 10% protein
dan bertanggung jawab untuk mencegah alveolar menurun dengan
mengurangi tegangan permukaan paru-paru.
• Sebagai tambahan, surfaktan mempunyai sifat antiinflamasi dengan
meningkatkan aktivitas sel fagosit dan menangkal radikal bebas.
• Karena terjadinya gangguan surfaktan endogen dalam sistem ARDS,
maka pemberian surfaktan eksogen menjadi strategi pengobatan.
• Surfaktan pada awalnya diberikan sebagai produk aerosol tapi
tracheal instillation sekarang lebih disukai karena rendahnya tingkat
deposisi alveolar dengan formulasi aerosol.
• Penggunaan surfaktan belum terbukti memiliki manfaat pada
menurunnya tingkat kematian atau hari bebas ventilator,
tapi status oksigenasi dapat meningkat
• Saat ini ada 2 jenis surfaktan di Indonesia yaitu :
• Exosurf neonatal yang dibuat secara sintetik dari DPPC , hexadecanol, dan
tyloxapol.

• Surfanta dibuat dari paru anak sapi, dan mengandung protein, kelebihan
surfanta biologi dibanding sintetik terletak di protein.
• Dosis yang digunakan bervariasi antara 100 mg/kg BB sampai 200 mg/kg BB
• Surfaktan diberikan secara injeksi bolus intratrakeal melalui endotrakeal
tube (ETT) dengan bantuan NG tube karena diharapkan dapat menyabarkan
sampai saluran nafas bagian bawah
• Curosurf dosis 100 mg/kg dengan volume 1.25 ml
• Survanta dosis 100 mg/kg dengan volume 5 ml
Surfaktan menutupi permukaan alveoli
paru untuk menurunkan tegangan
permukaan antara air dan udara untuk
memastikan bahwa ruang alveoli tetap
terbuka selama siklus respirasi dan
mempertahankan volume residual paru
pada saat akhir ekspirasi.

Fungsinya : me;awan tegangan


permukaan sehingga alveoli tidak
mengempis atau kollaps

Surfakta ini dihasilkan oleh Alveolar tipe 2


yang terdiri dari campuran beberapa
fosfolipid, protein dan ion.
Kortikosteroid
• In 2008, the Society of Critical Care Medicine published the latest
recommendations for the use of corticosteroids in the treatment of
ARDS
• Moderate-dose glucocorticoid, defined as methylprednisolone 1
mg/kg as a load over 30 minutes followed by 1 mg/kg over 24 hours
per day via continuous infusion for 14 days with slow-dose tapering, is
recommended.
D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Fa
rmakoterapi 1\TUGASKU\ARDS Journal\Neonata
l Respiratory Distress Syndrome Guideline.pdf
• Menurut penelitian pemakaian Methylprednisolo 30 mg/kg tiap 6 jam
selama 24 jam efektif untuk pencegahan ARDS
• Early ARDSMP 30 mg/kg tiap 6 jam selama 24 jam
• (Corticosteroids and ARDS: A review of treatment and prevention
evidence)
Neuromuscular blocking agents
• Neuromuscular blocking agents umumnya digunakan pada pasien
dengan severe gas-exchange deficiencies untuk memudahkan
mechanical ventilation ketika sedasi saja tidak cukup
• Membantu menurunkan resiko ventilator induced injury melalui
perbaikan dinding paru-paru, melindungi pasien dari ventilator
dyssynchrony dan meminimalisasi pelepasan mediator antiinflamasi,
menurunkan overinflamasi paru dan menurunkan kebutuhan oksigen.
• Cisatracurium terbukti menurunkan waktu penggunaan ventilator
mekanik Dan Menurunkan kejadian kegagalan organ.
• Cisatracurium besylates 15 mg bolus dilanjtkan infus 37.5 mg/jam
selama 48 jam efektif untuk ARDS
• D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Farmakoterapi 1\TUGA
SKU\ARDS Journal\Neuromuscular agent.pdf
Sedative, analgesic, neuromuscular agents
(NMBA)
• D:\Data\Dropbox\KULIAH S2 UI\S2 MK SMT 2\Farmakoterapi 1\TUGA
SKU\ARDS Journal\Sedation Analgesia NMB for HFOV.pdf
TATALAKSANA
Ventilator Mekanik
Ventilator Mekanik
• suatu alat yang mampu membantu (sebagian) atau
mengambil alih (seluruh) fungsi pertukaran gas paru
untuk mempertahankan hidup.

75
GAGAL NAPAS
• ketidakmampuan sistim pernafasan untuk memasukkan
oksigen dan atau mengeluarkan karbondioksida yang
dapat terjadi secara mendadak pada paru-paru yang
semula sehat yang mengakibatkan gangguan pada
kehidupan

76
Istilah Dalam Ventilator Mekanik
• FiO2 dan PaO2. FiO2 adalah fraksi atau konsentrasi oksigen dalam udara yang diberikan kepada pasien.
Sedangkan PaO2 adalah tekanan parsial oksigen yaitu perbedaan konsentrasi antara oksigen di alveolus dan
membran.
• FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasi berkisar 21-
100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian
100% tidak boleh terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat. Keracunan
O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary, edema paru, atelektasis, dan penurunan
PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah pasien stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri
dan Astrup. Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia berat), bronkoskopi, chest
fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit
serta menambahkan 20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun pada
pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau atelektasis berat yang sedang
menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di suction atau dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab
pada saat PEEP dilepas maka paru akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya lagi.
Lanjutan…
• I:E Ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai
normal 1:2
• I:E rasio biasanya diset 1:2 atau 1:1.5 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Terkadang diperlukan fase inspirasi yg
sama atau lebih lama dibanding ekspirasi untuk menaikkan PaO2,
seperti pada ARDS, berkisar 1:1 sampai 4:1.
Lanjutan..
• Volume Tidal. Jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas, atau
sama dengan jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu kali nafas. Nilai
normal 10 –15 ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak.
• Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal
tolerate dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive
hipercapnea (membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara
menurunkan tidal volume yaitu 4-6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini
dimaksudkan agar terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume
diset diatas dan dia bawah nilai yg kita set.
Lanjutan..
• Minute Volume. Jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit,
atau jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu menit.
Nilainya = volume tidal x RR
• Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi.
Contoh: Setting RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah
60/10 = 6 detik. Berarti siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus
berlangsung dibawah 6 detik.
Lanjutan…
• Respiratory Rate (RR)

Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap menitnya. Setting RR
tergantung dari TV, jenis kelainan paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di
set diatas dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm
sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.

Pada pasien2 dgn asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar tidak terjadi
auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu pasien2 PPOK memang sudah terbiasa dengan
PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan terlalu rendah/normal.

Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-20 x/menit. Sedangkan
untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.
Lanjutan…

• Pressure atau Volume Limit. Batas atas tekanan atau volume yang diberikan pada
pasien. Volume limit yang terlalu tinggi dapat berakibat trauma paru

Pressure limit mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume cycled


ventilator, sebab pressure yg tinggi dapat menyebabkan barotrauma. Pressure yg
direkomendasi adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika limit ini
dicapai maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan alarm
berbunyi. Pressure limit yang tercapai ini biasanya disebabkan oleh adanya
sumbatan/obstruksi jalan nafas, retensi sputum di ETT atau penguapan air di sirkuit
ventilator. Biasanya akan normal lagi setelah suctioning. Peningkatan pressure ini juga
dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit, fighting terhadap ventilator, atau
kinking pada tubing ventilator
Lanjutan
• PEEP dan CPAP. Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif akhir ekspirasi
digunakan untuk mepertahankan tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadiya
kolaps paru dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12
mmHg untuk anak.
Continuous positive airway pressure (CPAP) identik dengan PEEP, yaitu pemberian tekanan positif
pada saluran nafas selama siklus pernafasan.
• PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan PaO2
yg refrakter. Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O. Setiap perubahan pada PEEP harus berdasarkan
analisa gas darah, toleransi dari PEEP, kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. Jika PaO2 masih
rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka PEEP merupakan pilihan utama sampai nilai 15 cmH2O.
• Fungsi PEEP:
Redistribusi cairan ekstravaskular paru
Meningkatkan volume alveolus
Mengembangkan alveoli yg kolaps
Lanjutan…
• Flow Rate/ Peak flow

Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yg


diset/menit. Biasanya setting antara 40-100 L/menit.
Inspiratory flow rate merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Jika RR 20x/menit maka: Ttotal = 60/20 = 3 detik. Jika rasio 1:2 ,
Tinspirasi = 1 detik. Untuk menghantarkan tidal volume (TV) 500 cc
diperlukan Inspiratory flow rate = 0.5/1 x 60 = 30 Liter/menit.
Lanjutan…
• Sensitifity/Trigger

Sensitivity menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/mentrigger
inspirasi dari ventilator. Setting dapat berupa flow atau pressure. Flow biasanya lebih baik untuk
pasien yang sudah bernafas spontan dan memakai PS/Spontan/ASB karena dapat megurangi
kerja nafas/work of breathing. Selain itu pada pasien PPOK penggunaan flow sensitiviti lebih baik
karena pada PPOK sudah terdapat intrinsic PEEP pada paru pasien sehingga pemakaian pressure
sensitiviti kurang menguntungkan. Nilai sensitivity berkisar 2 sampai -20 cmH2O untuk pressure
sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit. Jika PaCO2 pasien perlu dipertahankan konstan,
misalnya pada resusitasi otak, maka setting dapat dibuat tidak sensitif. Dengan demikian setiap
usaha nafas pasien tidak akan dibantu oleh ventilator. Pada keadaan ini perlu diberikan sedasi
dan pelumpuh otot (muscle relaksan) karena pasien akan merasa tidak nyaman sewaktu bangun.
Namun jika memakai mode assisted atau SIM atau spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat sensitif.
kriteria indikasi pemasangan ventilasi
mekanik
• 1.Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien
telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya.
Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan
memompa udara karena distrofi otot).
• 2.Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada
pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai
akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
• 3.Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien
serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
• 4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah
bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
Kriteria Klinik untuk bantuan ventilasi mekanik

PARAMETER INDIKASI NORMAL RANGE


VENTILASI

Mekanik (RR) > 35x/m 10-20x/m


TV (cc/kg) <5 5-7
Oksigenasi < 60 dg FiO2 0,6 75-100 (air)
(PaO2- mmHg)
Ventilasi > 60 35-45
(PaCO2-mmHg)

88
CONTROL-MODE VENTILATION (CMV)
 Mode control merupakan pemicu berdasar waktu (time trigger)
 Volume pernafasan dan tekanan pernafasan semuanya diatur
 Pasien tidak bisa memicu pernafasanya sendiri
 Cocok untuk pasien yang tidak sadar
Controlled mode ventilation

• Inisiasi napas dari ventilator


• Kecepatan tetap

Byrd RP. Mechanical ventilation [serial on Internet]. Medscape. [update 26 April 2012; cited 20 Januari 2013]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/304068-overview#showall.
ASSIST-CONTROL VENTILATION (ACV)
 Ventilasi dengan pengaturan pemicu waktu atau pasien dengan laju
nafas, sensitivitas dan tipe pernafasan minimum.
 Pasien dapat memicu pernafasanya dengan laju lebih cepat namun
volume preset atau tekanan tetap diberikan pada tiap nafas
 Bila telah ada usaha pasien, maka mode assist-control dapat
digunakan
 Pemicu dari pasien timbul karena ventilator sensitive terhadap
tekanan atau perubahan aliran pada saat pasien berusaha untuk nafas.

Assist mode ventilator

• Inisiasi napas dari pasien


• Kekurangan volume tidal/
minute volume 
dibantu ventilator
• Menjamin minute
ventilatorn

Byrd RP. Mechanical ventilation [serial on Internet]. Medscape. [update 26 April 2012; cited 20 Januari 2013]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/304068-overview#showall.
INTERMITEN MANDATORY VENTILATION
(IMV)/SYNCHRONIZE INTERMITENT
MANDATORY VENTILATION (SIMV)
 Didesain untuk memberikan ventilasi parsial
 Mode ini mengkombinasikan periode ventilasi assist-control dengan
periode pernafasan spontan pasien.
 Periode pernafasan spontan ini dapat membantu untuk mencegah
hiperinflasi paru dan auto PEEP pada pasien-pasien dengan
pernafasan yang cepat
 Tujuan dibuat mode ini adalah untuk mencegah atropi otot-otot
pernafasan karena ventilasi mekanik jangka lama.
PRESSURE-CONTROL VENTILATION
(PCV)
 Ventilasi tekanan terkontrol menggunakan tekanan yang konstan
untuk mengembangkan paru-paru.
 Ventilasi dengan PCV secara keseluruhan diatur oleh ventilator, tanpa
peran serta pasien
PRESSURE-SUPPORT VENTILATION
(PSV)
 PSV adalah Pernapasan dengan tekanan yang diperkuat
sehingga memungkinkan pasien menentukan volume
inflasi dan durasi siklus respirasi
 Metode ini digunakan untuk memperkuat pernapasan
spontan, tidak untuk memberikan bantuan napas secara
keseluruhan.
 Tujuan PSV ini bukan untuk memperkuat volume tidal,
namun untuk memberikan tekanan yang cukup untuk
mengatasi resistensi yang dihasilkan pipa endotrakeal dan
sirkuit ventilator
CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY
PRESSURE (CPAP)
 CPAP adalah Pernapasan spontan dengan tekanan positif
yang dipertahankan selama siklus respirasi.
 Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu menghasilkan
tekanan negative untuk menerima gas yang di inhalasi

TATALAKSANA
• Ambil alih fungsi pernapasan dengan ventilator mekanik.
• Prinsip pengaturan ventilator untuk pasien ARDS meliputi:
• Volume tidal rendah (4-6 mL/kgBB).
• Positive end expiratory pressure (PEEP) yang adekuat, untuk memberikan
oksigenasi adekuat (PaO2 > 60 mmHg) dengan tingkat FiO 2 aman.
• Menghindari barotrauma (tekanan saluran napas <35cmH2O atau di bawah
titik refleksi dari kurva pressure-volume).
• Menyesuaikan rasio I:E (lebih tinggi atau kebalikan rasio waktu inspirasi
terhadap ekspirasi dan hiperkapnia yang diperbolehkan).
SETTING VENTILATOR
• Setting ventilator biasanya berbeda-beda tergantung pasien. Semua ventilator di disain untuk memonitor
komponen2 dari keadaan sistim respirasi (paru-paru) pasien. Beberapa alarm dan parameter dapat disetting
untuk mengingatkan perawat/dokter bahwa pasien tidak cocok dengan setting atau menunjukkan keadaan
berbahaya.

• Alarm Low exhaled volume


Set 100 cc dibawah nilai tidal volume ekspirasi, misalnya tidal volume ekspirasi 500 cc maka alarm diset 400 cc.
Akan berbunyi jika tidal volume pasien tidak adekuat
Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi disconnect sirkuit

Alarm Low Inspiratory Pressure


Sebaiknya diset 10-15 cmH2O dibawah PIP (Peak Inspiratory Pressure)
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset.
Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim
Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
Air di dalam sirkuit
ETT kinking atau tergigit
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai