Anda di halaman 1dari 72

KEGAWATDARURATAN SISTEM

PERNAFASAN
Gagal Nafas
Pengertian
• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).
• Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”,
2001).
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg /
hiperkapnia (Brunner & Sudarth, 2001)
Jenis
• Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal
nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian
yang berbeda.

• Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien
yang parunya normal secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul.

• Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien


dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema
dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).
Etiologi
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang
menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.

2. Kelainan neurologis primer


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf
spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi
paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit
pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail
chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya
adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar

5. Penyakit akut paru


Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas
Patofisiologi
• Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
• Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan
dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal
ialah 16-20 x/mnt. Kapasitas vital adalah ukuran
ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
• Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah
batang otak (pons dan medulla).
• Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke,
tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
• Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opioid.
Pathway
Tanda dan Gejala

• Gagal nafas total


• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat
didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi
supra klavikuladan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi paru
• Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan seperti
snoring dan whizing.
• Ada retraksi dada

• Hiperkapni atau hipoksemia


• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah,
berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg

• Pemeriksaan rontgen dada


Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

• Hemodinamik

• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
PENATALAKSANAAN

SUPLEMEN OKSIGEN
• Merupakan tindakan temporer sambil dicari
diagnosis etiologi dan terapinya.

• Pemberian O2 peningkatan Gradien

Tekanan O2 Alveolus dgn kapiler Difusi


lebih banyak peningkatan PaO2
OBAT DAN PENATALAKSANAAN LAINNYA

· Mukolitik
· Postural orainase
· Chest physical therapy
· Nasotracheal suctioning
· Cough/deep Breathing Exercise
Pengkajian
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernapasan yang efektif

Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan :
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2
atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45
derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan untuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada
selama batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat
dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau
lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi
sulit untuk diatasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn,
laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan
kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema

Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal

Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic
Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,


Binarupa Aksara, Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing


Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia
EFFUSI PLEURA

Adanya akumulasi cairan di dalam rongga pleura.


Kondisi ini jarang bersifat primer tetapi sekunder
akibat penyakit lain

23
• Ca yang meluas khususnya pada paru dan
mamae
• Infeksi : TBC, Pneumonia, dll
• Gagal jantung kongestif
• Penyakit hepar
• Penyakit ginjal
• Meig’s syndrome (Tumor-tumor pelvis non
metastase khususnya pada ovarium)

24
Pertimbangan Fisiologis
• Rongga pleura merupakan rongga
potensial
• Memiliki 10-20 cc cairan yang berfungsi
sebagai lubricant saat paru mengembang
dan mengempis
• Memiliki tekanan negatif ( + - 2 mmHg)
• Adanya akumulasi cairan dalam rongga
pleura akan mengganggu proses ventilasi
dimana complience paru akan menurun
25
Pathofisologi
Cairan masuk kedalam rongga pleura melalui
mekanisme :
• Peningkatan tekanan intra kapiler pulmoner
• Peningkatan permeabilitas kapiler pulmoner
• Penurunan tekanan osmotik koloid ; hypoalbumin
• Peningkatan tekanan negatif intrapleural ; atelektasis
• Kerusakan ataupun kegagalan drainage limfatik pada
rongga pleura ; obstruksi atau carcinoma mediastinal

26
Tergantung penyebab dan mekanisme
perpindahan cairan

• Eksudat
• Transudat

27
Kriteria yang membedakan Eksudat dari
Transudat
• Kandungan protein lebih dari 3.0 gr/ml
• Serum protein cairan pleura lebih dari 0.5
• Serum LDH cairan pleura diatas 0.6
• Berat jenis lebih dari 1.016
• Test rivalta +
• Warna lebih tua dan keruh

28
PENGKAJIAN

Keluhan utama yang biasa dirasakan adalah sesak


nafas dan nyeri dada. Kaji dengan pendekatan :
• Provocative – Palliative
• Quality – Quantity
• Region – Radiaton
• Severity
• Time Bound

29
Riwayat Kesehatan Dulu

Kaji penyakit yang dapat berdampak timbulnya effusi


pleura, hubungkan dengan :
• Peningkatan tekanan intra kapiler pulmoner
• Peningkatan permeabilitas kapiler pulmoner
• Penurunan tekanan osmotik koloid ; hypoalbumin
• Peningkatan tekanan negatif intrapleural ; atelektasis
• Kerusakan ataupun kegagalan drainage limfatik
pada rongga pleura ; obstruksi atau carcinoma
mediastinal

30
Pemeriksaan Fisik
• Ditemukan tanda dan gejala sesuai dengan
penyakit primernya
• Ditemukan tanda dan gejala yang berhubungan
dengan akumulasi cairan didalam rongga
pleura

31
Pengkajian : Respirasi

• Tachypnea, dangkal, dyspnoe, pernafasan abdominal,


retraksi intercosta, penggunaan otot pernafasan
tambahan
• Dullness pada perkusi diatas akumulasi cairan
• Suara paru menurun dan mungkin tidak terdengar sama
sekali pada area akumulasi cairan
• Pergerakan dada tidak simetris
• Bila effusi pleura akibat penyakit infeksi paru,
ditemukan tanda dan gejala yang berhubungan dengan
penyakit primernya

32
Pengkajian : Sirkulasi

• Tachycardi, rate reguler / ireguler


• TD normal atau meningkat
• Bila Effusi pleura akibat gagal jantung
ditemukan tanda gejala gagal jantung

33
Pengkajian : Integumen

• Cyanosis
• Suhu tubuh normal / meningkat
• Diaphoresis
• Pada gagal jantung ditemukan akral yang
dingin, oedema (gagal jantung, gangguan
hepar)

34
DIAGNOSTIK
1. Chest x-ray ; sedikitnya 200 – 300 cc akumulasi cairan
dapat terdekteksi melalui chest x-ray
2. Pleura pungsi
3. USG
4. Lab :
Pemeriksaan cairan pleura
Pemeriksaan urine ; EP e.c hypoalbumin
Test sensitifitas
Pemeriksaan lain : LED, ABGs, dll

35
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN

• Diagnosa keperawatan disesuaikan dengan hasil


pengkajian pada klien
• Intervensi keperawatan meliputi :
Therapeutik nursing intervention
Surveillance nursing intervention
Collaborative intervention
Supportive – Educative intervention

36
Gangguan Oksigenasi : Ventilasi b.d penurunan
pengembangan paru akibat akumulasi cairan di rongga pleura

• Posisi semi fowler – fowler miring pada area terkena


• Tekhnik nafas dalam
• Exercise pada bahu sisi terkena
• Monitoring fungsi pernafasan, suara paru, pengembangan
• Monitoring X-ray, ABGs
• Kollaborative : pleura pungsi, WSD, pengobatan

37
Nyeri s.d respon peradangan, pemasangan WSD

• Non invasive pain management : relaksasi, distraksi


(visual, auditory, object, tactile), Guided imagery,
Gate Control
• Menggunakan/memeluk bantal, menahan dada saat
batuk, bergerak, bersin, nafas dalam
• Posisi
• Monitoring nyeri
• Kolaborative : analgetik

38
Gangguan Intake Nutrisi ; mual, anoreksia

• Porsi kecil tapi sering


• Masukan makanan kesukaan klien kedalam program
dietnya bila tidak kontra indikasi
• Diet disesuaikan dengan penyakit primer yang
melatarbelakanginya
• Awasi program diet klien
• Monitoring status nutrisi klien
• Penjelasan tentang pentingnya diet bagi klien

39
Kecemasan

• Lingkungan tenang
• Pentingnya melaksanakan hal yang
menunjang kesehatan ; istirahat, nutrisi
• Jawab setiap pertanyaan klien dengan jelas
• Jelaskan tanda dan gejala yang
memerlukan tindakan segera

40
• Diagnosa keperawatan lain disesuaikan
dengan penyakit yang melatarbelakangi
terjadinya effusi pleura pada klien
• Pemasangan WSD
Resiko infeksi sekunder
Keterbatasan mobilitas fisik

41
WATER SEAL DRAINAGE
(WSD)
• Mekanisme pernafasan normal berlangsung dengan
prinsip tekanan negatif
• Kapanpun, penyebab apapun yang menyebabkan
rongga dada terbuka menyebabkan hilangnya
tekanan negatif yang dapat menyebabkan collaps
paru
• Substansi patologis yang terkumpul dalam rongga
pleura menyebabkan perubahan tekanan negatif
intrapleural yang mengudangi pengembangan paru

42
PRINSIP-PRINSIP WSD
Sistem drainage harus memiliki kemampuan
untuk mengangkat apapun yang terakumulasi
dalam rongga pleura

Rongga pleura yang normal dan fungsi


cardiopulmoner dapat dipertahankan

43
Sistem 1 botol
• Ujung tube dari klien tertutup
oleh cairan, memungkinkan
aliran keluar dan mencegah
terjadinya aliran balik
• Drainage tergantung gravity,
mekanisme respirasi, atau bila
diperlukan penambahan vacum

44
Sistem 2 botol

• Botol 1 sebagai
pengumpul
• Efektifitas tergantung
gravity, atau kekuatan
suction dari vacum
yang diberikan

45
Sistem 3 botol

• Efektifitas
tergantung
gravity
• Suction
dikontrol
pada botol
III

46
AREA INSERSI

• INTERCOSTA 2 – 3 UNTUK
MENGANGKAT UDARA
• INTERCOSTA 7 KE BAWAH UNTUK
MENGANGKAT CAIRAN

47
TUJUAN

• Mengangkat cairan, gas dari rongga pleura


• Reekspansi paru dan mengembalikan
fungsi normal cardiorespirasi setelah
pembedahan, trauma, atau kondisi medis
(penyakit)

48
PERAWATAN
• Tube dari dada klien masuk kedalam botol
berada dibawah permukaan air (larutan
fisiologis)
• Periksa secara periodik, fiksasi bila perlu :
Tube dari dada klien berada 2,5 cm dibawah
permukaan air
Tube yang pendek harus terbuka ke atmosfer

49
• Jaga slang/tube untuk tidak membentuk
posisi loop dan tidak mengganggu
pergerakan klien
Posisi loop akan menurunkan tekanan
negatif, menimbulkan tekanan balik ke
rongga pleura
• Tandai tingkat cairan asal pada botol
dengan menggunakan plester yag
ditempelkan diluar botol. Catat adanya
penambahan cairan yang terakumulasi
• Jamin posisi klien yang nyaman, jaga
slang/tube untuk tidak tertarik akibat
pergerakan klien 50
• Lakukan “exercise” pada lengan dan bahu
pada sisi terkena
• Lakukan milking tube setiap jam untuk
mencegah timbulnya bekuan yang
mengobstruksi drain
• Awasi adanya kebocoran udaya pada
sistem drainage diindikasikan dengan
adanya gelembung udara pada botol

51
• Observasi, catat, dan laporkan segera bila
timbul pernafasan cepat, dangkal,
cyanosis, subcutaneus emphysema, atau
gejala adanya perdarahan
• Anjurkan dan bantu klien untuk nafas
dalam dan batuk efektif
Meningkatkan tekanan intra pleural,
pengosongan akumulasi zat di rongga
pleura, mengeluarkan sekret
tracheobronchial, mencegah atelektasis
52
• Stabilisasi botol drainage di lantai, cegah
jangan sampai pecah. Peringatkan
pengunjung/ penunggu klien
• Jika klien akan dipindahkan atau dibawa
ke tempat lain, botol tetap disimpan lebih
bawah dari dada. Untuk keamanan lebih
baik diklem
• Yakinkan adanya fluktuasi/undulasi cairan

53
Fluktuasi/undulasi akan berhenti
bila
• Paru-paru telah reekspansi
• Tube/slang terobstruksi oleh bekuan darah,
fibrin, dll
• Adanya posisi loop
• Suction tidak berfungsi

54
• Pada saat tube dicabut instruksikan klien
untuk melakukan valsava manuever. Slang
diklem dan dicabut dengan cepat
• Tube dicabut sera setelah paru reekspansi
(biasanya dalam 24 jam). Pada saat
pencabutan hindari masuknya udara
melalui bekas insersi tube

55
Pneumothorax
Pneumothorax adalah istilah yang
digunakan untuk penimbunan udara
pada rongga pleura, yaitu dinding tipis
di antara paru-paru dan rongga dada.
Tekanan dari udara yang menumpuk
tersebut dapat memicu pengempisan
paru-paru hingga kolaps.
Tanda dan Gejala Pneumothorax
• Dada terasa nyeri
• Sesak napas
• Batuk kering
Penyebab dan Faktor Risiko Pneumothorax
• Kerusakan paru-paru akibat pernyakit tertentu, seperti Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, serta tuberkulosis.
• Cedera dada yang melukai paru-paru, misalnya luka tembak atau
tulang rusuk yang patah.
• Sobeknya kantong udara kecil yang terletak di permukaan paru-
paru. Menggunakan alat bantu pernapasan, contohnya ventilator.
• Merokok.
• Jenis kelamin. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pria
dibandingkan wanita.
• Usia. Pneumothorax primer cenderung terjadi pada usia muda,
yaitu sekitar 20 hingga 40 tahun.
• Faktor keturunan
• Pernah mengalami pneumothorax.
Pneumothorax Spontan

• Paling sering udara masuk ke ruang pleura


ketika terdapat sedikit kantung udara di
permukaan paru-paru, disebut bulla, yang
telah ada sejak lahir. Latihan kuat, misalnya,
dapat menyebabkan bulla meledak,
memungkinkan udara untuk masuk dari paru-
paru. Ini disebut pneumothorax spontan.
pneumothorax traumatis
udara juga dapat masuk ke dalam ruang pleura
dari di luar tubuh. Ini mungkin disebabkan oleh
trauma tusukan pada dada akibat cedera, seperti
ditusuk oleh patah tulang rusuk atau ketika
operasi bedah dilakukan di dada. Laki-laki yang
tinggi, kurus, paling sering terkena pneumothorax
jenis ini. Pneumothorax 6 kali lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan, dan biasanya
terjadi pada berusia 20-an atau 30-an.
GAMBARAN PNEUMOTHORAX
penatalaksanaan
tension pneumothorax
udara dikeluarkan dengan meletakkan jarum
berongga besar langsung ke dada. Jika udara terus
menemukan jalan antara lapisan pleura maka
dilakukan proses yang disebut pleurodesis sehingga
mencegah terjadinya kolaps pada paru-paru.
SIMULASI PHANTOM
CT Thorax
: Mediastinal Shift may occur toward the uninvolved side as a result of increased
pressure within the pleural space; this involves the trachea, esophagus, heart, and
great vessels.
Thoracostomy (Chest tube)
Conclusion
CXR with recurrent right-sided
pneumothorax, despite thoracostomy tube in place

CT scan with giant bullae and anterior


pneumothorax after insertion of a second
thoracostomy tube
ASMA

Penyakit jalan
nafas yang
intermiten,
reversible di
mana trakea dan
bronki
berespons dalam
secara hiperaktif
terhadap stimuli
tertentu.
JENIS-JENIS ASMA
Asma Alergik
Asma Idiopatik atau Non-alergen
Asma Gabungan
PATOFISIOLOGI

Asma adalah obtruksi jalan napas difus


reversible.
Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari
yang berikut ini:
Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki,
yang menyempitkan jalan napas.
Pembengkakan membran yang melapisi
bronki.
Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
MANIFESTASI KLINIS

Batuk
Dispnea
Mengi

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Agonis Beta
2. Metilsantin
3. Antikolinergik
4. Kortikosteroid
5. Inhibitor sel mast

Anda mungkin juga menyukai