Definisi
Gagal nafas : ketidakmampuan sistem pernafasan
untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran
udara antara atmosfer dengan sel-sel tubuh yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh normal.
Ketidakmampuan mempertahankan nilai pH
(keasaman), oksigen (O2), dan karbondioksida (CO2)
darah arteri supaya tetap dalam batas normal.
Gagal nafas terjadi bila :
Klasifikasi
Gagal nafas ada dua macam yaitu
gagal nafas akut : gagal nafas yang
timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit
timbul.
gagal nafas kronik : terjadi pada pasien
dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit
paru hitam (penyakit penambang
batubara).
ETIOLOGI GAGAL
NAPAS
GANGGUAN EKSTRINSIK
PARU
Penekanan pusat
pernapasan
Overdosis obat
(sedatif/narkotik)
Trauma serebral atau
infark
Poliomielitis bulbar
Ensefalitis
Gangguan neuromuskular
Cedera medula servikalis
Sindroma guillain-barre
Sklerosis amiotrofik
lateral
Miatenia gravis
Distrofi muskular
GANGGUAN INTRINSIK
PARU
Gangguan obstruktif
difus
Emfisema
Asma,status asmatikus
Fibrosis kistik
Gangguan restriktif
Fibrosis intersisial
Sarkoidosis
Skleroserma
Edema paru
Kardiogenik
Non kardiogenik
Atelektasis
Pneumonia konsolidasi
Gangguan pembuluh
darah paru
Emboli paru
Emfisema berat
Tipe
Contoh
Hipoventilasi
Obstruksi jalan nafas
Penyakit paru
Penyebab neurologi
Cedera dada
Pneumonia, COPD
Gagal jantung
V-P mismatch
Emboli paru
PaCO2
PAO
2
PO2 alveolar
PO2 inspirasi
Hipoventilasi
Campuran
darah vena
Pirau kanan
kiri.
V/Q
missmatching
Keterbatasan
difusi
N atau
N atau
N atau
P (Aa)
O2
Norm
al
Norm
al
N
N
N
PO2
pada
100%
O2
>550
>550
<550
<550
<550
Contoh
Ketinggian
Penyakit neuromuskular,
sindrom obesitashipoventilasi
2. Secara klinis :
Trauma insersi.
Trauma orofaring atau nasofaring karena
penekanan kronik.
Kerusakan trakea (erosi, trakeomalasia).
Gangguan respons batuk.
Risiko aspirasi meningkat.
Tak dapat berbicara.
Meningkatnya resistensi dan kerja pernapasan.
Tremor
Takikardia
Palpitasi
Aritmia
Hipokalemia
Demam
Usia lanjut
Berhentik merokok
Dengan obat yang meningkatkan metabolisme
Penyakit hati
Gagal jantung
Efek samping :
Takikardia
Mual dan muntah
Aritmia jantung
Hipokalemia
Perubahan status mental
Kejang
Hiperglikemia
Hipokalemia
Retensi natrium dan air
Miopati steroid akut (terutama pada dosis berat)
Gangguan sistem imun
Kelainan psikiatrik
Gastritis
Perdarahan gastrointestinal
ES kortikosteroid inhalasi :
Pemantauan respirasi
Frekuensi napas
Penilaian mekanik respirasi
Pertukaran udara
Fungsi terintergrasi sistem kardiovaskuler dan
respirasi
Penyedotan sekret
Stimulasi batuk
Drainase postural
Perkusi dada atau dengan membuat jalan napas artifisial
dengan selang endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator mekanik
Oksigen tambahan
Terapi suportif
ARDS
ARDS
Merupakan suatu sindrom kegagalan
pernapasan akut yg ditandai dg edema
paru akibat peningkatan permeabilitas
Konsensus Komite Konferensi ARDS
Amerika-eropa tahun 1994
Pneumonia
Aspirasi gaster
Kontusio pada pulmonar
Inhalasi toksik
Sepsis
Multiple bone fractures
Flail chest
Trauma kepala
Luka bakar
Multiple transfusion
Overdosis obat
Pankreatitis
Post-cardiopulmonary
bypass
Manifestasi klinis
Gejala paru segera setelah cedera akut
sangat meinima, karena seringkali ada
periode laten hanya distres napas
ringan yg disertai hiperventilasi,
auskultasi paru bersih
4-24jam berikutnya hipoksemia dan
distres pernapasan semakin jelas,
sianosis, dispneu, takipneu berat
disertai ronkhi basah inspirasi difus
Kemudian penderita bertahap
membaik, tetapi sebagian mengalami
perburukan hipoksemia &
hiperkapnia berat
DD
Edema paru kardiogenik
Infeksi paru (viral, fungal, bakteri)
Edema paru yg berhubungan dg
ketinggian
Edema paru neurogenik
Edema paru diinduksi laringospasme
Edema paru diinduksi obat (heroin,
salisilat, kokain)
Pneumonitis radiasi
Sindrom emboli lemak
Stenosis mitral dg perdarahan alveolar
Vaskulitis
Pneumonitis hipersensitivitas
Penyakit paru interstisial
Tatalaksana
Ambil alih fungsi pernapasan dg
ventilator mekanik
Obat2an:
Kortokosteroid ARDS pd fase lanjut
(pasien dg hipoksemia berat yg
persisten)
Inhalasi NO efek vasodilatasi, selektif
pd area paru yg terdistribusi
menurunkan pirau intrapulmoner &
tekanan arteri pulmoner, memperbaiki
V/Q matching & oksigenasi arterial
(pasien dg hipoksia berat yg refrakter)
Tatalaksana
Posisi pasien :
Telungkup meningkatkan o2
Komplikasi
MODS
Pneumonia nosokomial
Barotrauma, pneumotoraks
Sinusitis
Trauma laring
Trakeomalasia
Fistula trakeo-esofageal
Erosi arteri inominata
Kematian
Prognosis
Mortalitas 40%, prognosis dipengaruhi
oleh:
ASMA
Penyakit paru obstruktif, difus
dengan:
Hiperreaktivitas jalan napas terhadap
berbagai rangsangan
Tingginya tingkat reversibilitas proses
obstruktif
yg dpt terjadi secara spontan atau
sebagai akibat pengobatan
PATOFISIOLOGI
Intermiten
Gejala < 1x/minggu
Serangan singkat
Gejala nokturnal tdk > 2x/bln ( 2x)
FEV1 80% predicted atau PEF 80% nilai
terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 < 20%
Persisten ringan
Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari
Serangan dpt mengganggu aktivitas dan
tidur
Gejala nokturnal > 2x/bln
FEV1 80% predicted atau PEF 80% nilai
terbaik individu
Persisten sedang
Persisten berat
Klasifikasi asma
1. Asma episodik jarang
Klasifikasi asma
3. Asma persisten
5% Populasi asma
Seringnya episode akut
Mengi pd aktivitas ringan
Di antara interval gejala dibutuhkan
agonis- 2 > 3x/mgu
Anak terbangun di malam hari atau
terasa berat di pagi hari
Terapi profilaksis sangat dibutuhkan
PARAMETER
KLINIS,
FUNGSI
PARU,
LABORATORI
UM
RINGAN
SEDANG
BERAT
TANPA
ANCAMAN HENTI
NAPAS
SESAK
BERJALAN
BAYI :
MENGANGIS
KERAS
BERBICAR
A
BAYI :
TANGIS
PENDEK &
LEMAH,
KESULITAN
MENYUSU
& MAKAN
ISTIRAHAT
BAYI : TIDAK
MAU
MINUM/MAKAN
POSISI
TUBUH
BISA
BERBARING
LEBIH
SUKA
DUDUK
DUDUK
BERTOPANG
LENGAN
BICARA
KALIMAT
PENGGAL
KALIMAT
KATA-KATA
KESADARAN
MUNGKIN
BIASANYA
BIASANYA
DENGAN
ANCAMAN
HENTI
NAPAS
KEBINGUNG
PARAMETER
KLINIS,
FUNGSI
PARU,
LABORATORI
UM
RINGAN
SEDANG
BERAT
TANPA
ANCAMAN
HENTI NAPAS
DENGAN
ANCAMAN
HENTI NAPAS
SIANOSIS
TIDAK ADA
NYATA
MENGI
SEDANG,
SERING
HANYA PADA
AKHIR
EKSPIRASI
NYARING,
SEPANJAN
G
EKSPIRASI
&
INSPIRASI
SANGAT
NYARING,
TERDENGAR
TANPA
STETOSKOP
SEPANJANG
EKSPIRASI &
INSPIRASI
SULIT/TIDAK
TERDENGAR
PENGGUNAA
N OTOT
BANTU
RESPIRATORI
K
BIASANYA
TIDAK
BIASANYA
YA
YA
GERAKAN
PARADOKSTO
RAKOABDOMI
NAL
RETRAKSI
DANGKAL,
SEDANG,
DALAM,
DANGKAL,
PARAMETER
KLINIS, FUNGSI
PARU,
LABORATORIUM
RINGAN
SEDANG
BERAT
TANPA
ANCAMAN
HENTI NAPAS
DENGAN
ANCAMAN
HENTI NAPAS
FREKUENSI
NAPAS
TAKIPNEA TAKIPNEA
TAKIPNEA
BRADIPNEA
FREKUENSI NADI
NORMAL
TAKIKARDI
TAKIKARDI
BRADIKARDI
PULSUS
PARADOKSUS
TIDAK
ADA
< 10
mmHg
ADA
10 20
mmHg
ADA
>20mmHg
TIDAK ADA,
TANDA
KELELAHAN
OTOT NAPAS
>60%
40-60%
<40%
>80%
60-80%
<60%
RESPON < 2
JAM
>95%
91-95%
90%
Manifestasi klinis
Batuk
Mengi
Takipneu
Dispneu
Ekspirasi panjang serta
menggunanakan otot2 tambahan
Sianosis
Hiperinflasi dada
Takikardi
Pulsus paradoksus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi paru :
PEFR
Pulse oxymetry
Spirometri
Musle strength testing
Volume paru absolut
Kapasitas difusi
Pemeriksaan ini apabila ada manisfestasi gejala
asma yang tidak khas
Status asmatikus
Jika penderita asma berlanjut
menderita distres pernapasan yg
berarti walaupun dg pemberian
obat2 simptomimetis.
Para penderita status asmatikus
hipoksemik peberian oksigen u/
mempertahankan oksigenasi jaringan
Dpt terjadi dehidrasi masukan
cairan tdk mencukupi, kehilangan
cairan yg tdk terasa akibat takipneu
Penanganan
Oksigenasi
Efektif diberikan melalui pipa hidung
atau masker dg kecepatan aliran 2-3
L/menit
Kadar O2 yg cukup PaO2 70-90mmHg
atau saturasi O2 > 92%
Pemberian cairan
Jgn berlebihan (overhidrasi) kenaikan
sekresi ADH, menambah retensi cairan
dan karena tekanan pleura puncakinspirasi sangat negatif (pd anak2)
membantu pengumpulan cairan dlm
sela interstisial di sekeliling jln napas.
Penanganan
Terapi aerosol
Aminofilin
agonis- 2
Terbutalin
Obat2 antimuskarinik
Atropin sulfat bersama dg nebulasi agonis lebih efektif dibandingkan dg salah satu
saja
Inpratropin bromida
Golongan kortikosteroid
metilprednisolon
BRONKODILATOR ORAL :
Ketika anak membaik untuk bisa dipulangkan, bila
tidak tersedia salbutamol hirup berikan
salbutamol oral
Dosis 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam
STEROID :
Jika anak mengalami serangan wheezing atau berat
berikan KS sistemik metilprednisolon 0.3
mg/kgBB/kali IV/oral 3x sehari selama 3-5 hari
AMINOFILIN :
Dosis awal (bolus) 6-8mg/kgBB dalam 20 menit
Bila 8 jam sebelumnya sudah mendapat aminofilin,
beri dosis setengahnya diikuti dosis rumatan 0.5-1
mg/kgBB/jam
Hentikan aminofilin IV segera apabila anak mulai
muntah, denyut nadi >180 x/menit, sakit kepala,
Flail Chest
Posttraumatik
Nyeri dan pernapasan paradoks
Penurunan suara pernafasan
Tatalaksana oksigenasi cegah
hipoventilasi
Berikan intubasi endotrakeal bila
saturasi oksigen < 95% atau terjadi
hipoventilasi ok nyeri.
Berikan analgesic (morfin, fentanil)
Neuromuscular Diseases
Dispnea, hipoksemia dan hiperkapnea
Penyebab: Guillain-Barr syndrome,
myasthenia gravis, periodic paralysis,
botulism, and tick paralysis
Tatalaksana : evaluasi dengan pulse
oksimetri, analisa gas darah, dan tes
fungsi paru (kapasitas vital)
Bila gas darah sudah stabil Lakukan
pemasangan intubasi
Penatalaksanaan disesuaikan dengan
masing2 penyebab.
PULMONARY COLLAPSE
1. Pneumothorax
2. Hydrothorax & Hemothorax
(Pleural Fluid or Blood)
3. Massive Atelectasis
Pneumothorax
Nyeri dada, penurunan suara pernafasan
bergantung pada derajat kolapsnya
paru
Tension pneumotoraks Pergeseran shift
mediastinum, pelebaran vena leher,
hipotensi dan syok.
Tatalaksana thoracostomi
Cateter aspirastion utk reexpansion
paru
Pada penumotoraks yg rekuren surgical
drainage
Cairannya kemudian digunakan utk analisis (pH,
specific gravity, cell count, glucose, protein, lactate
dehydrogenase, and amylase), culture (for
Mycobacterium tuberculosis and other bacteria), and
cytologic studies.
hemothoraks
Lakukan autotransfusion
aortic angiography, exploration
Massive Atelectasis
Penurunan pergerakan dada,
Dyspnea, tachycardia, and cyanosis
Oksigenasi dan atasi etiologi nya
LOSS OF FUNCTIONAL
LUNG PARENCHYMA
(1) pulmonary edema,
(2) pneumonia (including aspiration
pneumonia),
(3) interstitial disease
(4) Aspiration.
Pulmonary Edema
Gejalanya tidak terlalu berat
(dyspneic)
Noncardiogenic edema lebih berat
dan lebih akut dibandingkan
cardiogenic form
Tatalaksana oksigenasi
Endotracheal intubation
Pneumonia
Ada gejala demam dan batuk
Dyspnea Gejala sekunder dan
terjadi agak terlambat
Pasien AIDS dapat menderita
pneumonia ok Pneumocystis carinii
manifestasi kliniknya sedikit dan
Px CTscn normal
Tatalaksana berikan antibiotic
Aspiration
Biasanya sering pada pasien dengan
penurunan kesadaran (ditandai
dengan muntah)
Tatalaksana bersihkan jalan nafas
Endotracheal intubation
emergency bronchoscopy (jika tidak
memgknkn)
AIRWAY DISEASE
1. Upper Airway Obstruction
2. Asthma, Chronic Obstructive
Pulmonary Disease, &
Pulmonary Fibrosis
PULMONARY VASCULAR
DISEASE
1. Acute Pulmonary Embolism
2. Chronic Pulmonary Vascular
Obstruction (Repeated Small
Pulmonary Emboli)
MISCELLANEOUS
CONDITIONS
Psychogenic
Hyperventilation &
Pulmonary Neurosis
Pleurisy
Metabolic Acidosis
Anemia, Pregnancy, &
Thyrotoxicosis
Neurologic
Hyperventilation
Psychogenic
Hyperventilation &
Pulmonary Neurosis
dyspnea and anxiety
psychogenic
hyperventilation
hypocapnia
(circumoral tingling,
carpopedal spasm,
tetany)
respiratory alkalosis
Metabolic Acidosis
Ok diabetic ketoacidosis, salicylate
overdose
Terjadi hiperventilasi , dispnea
hypocapnia (PCO2 of 1020 mm Hg),
PO2 normal atau tinggi
tatalaksana berdasarkan
etiologinya
Neurologic Hyperventilation
central hyperventilation and CheyneStokes respiration
PO2 normal; PCO2 may be low or
high.
FAKTOR RISIKO
Faktor pada kehamilan :
FAKTOR RISIKO
Faktor pada bayi :
Patogenesis
Prematuritas
Predisposisi
familial
Asidosis
Asfiksia
intrapartum
Gangguan
Metabolisme
sel
Surfaktan
yang
menurun
Hipoperfusi
alveolar
Atelektasis
progresif
Hipoventilasi
pCO2, pO2,
pH
Penyempitan
pembuluh
Darah paru
Syok
hipotensi
Hipovolemia
Takipnea
sementara
Asfiksia neonatal
Hipotermia
Apnea
Patogenesis
Hipoksia akan menimbulkan :
1. Oksigeniasi jaringan menurun dan
ischemia
akan terjadi metabolisme anaerobik dengan
penimbunan asam laktat dan asam organik
lainnya yang menyebabkan asidosis metabolik
pada bayi.
GEJALA KLINIS
Dispnea
Merintih saat ekspirasi (grunting)
Takipnea (frekwensi pernafasan > 60/menit)
Pernafasan cuping hidung
Retraksi dinding thoraks (suprasternal,
epigastrium atau interkostal) pada saat inspirasi
Sianosis
hipotensi
Brakikardia
Kardiomegali
pitting oedema terutama di dorsal tangan/kaki
Hipotermia
tonus otot menurun
PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi ABC
2. Pemberian O2
Konsentrasi O2 dipertahankan supaya PaO2 antara 80-100
mgHg.
3. Pemberian Antibiotika
penisilin (50.000 U-100.000 U/KgBB/hr) atau ampicilin
(100mg/KgBB/hr) dgn gentamicin (3-5 mg/KgBB/hr)
4. Pemberian NaHCO3
Kebutuhan NaHCO3 = Defisit basa x 0,3 x BB(Kg)
Tujuan :mempertahankan PH darah antara 7,35-7,45
Pencegahan
Mencegah kelahiran prematur
Mencegah kelahiran bayi dengan IUGR (Intra
Growth Retardation)
Antenatal ultrasound untuk lebih dapat
menentukan gestasi secara akurat dan
mendeteksi keadaan fetus
Fetal monitoring yang berkelanjutan untuk
mendeteksi keadaan fetus dan mengetahui
perlunya intervensi segera bila terjadi fetal
distress
Menentukan pematangan paru sebelum
persalinan dengan pemeriksaan L/S rasio
Pengendalian kadar gula ibu hamil yang
menderita DM
Optimalisasi kesehatan ibu hamil
Menghindari SC yang sebenarnya tidak
diperlukan
KOMPLIKASI
subglotis
kesadaran yang
menurun, apneu, gerakan bola mata yang
aneh, kekakuan extremitas dan kejang
neonatus
Komplikasi pneumotoraks atau pneuma
Gejala neurologik berupa
Daftar Pustaka
dr. Aru W. Sudoyo,dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta :
InternaPublishing, 2009