Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Konsep Tindakan Gawat Darurat


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
Dosen Pengajar: Nurlailah Umar, S.kep.,Ns,M.kes

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Nama:
Minarni M Matolai (PO7120120022)
Febriani (PO7120120012)
Moh Rizki Ramadhan (PO7120120004)

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
2022
KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN

Anatomi dan fisiologi


Kontrol Pernafasan : jalur eferen (turun)

1. M.Interkostalis :
Th 1 - Th 12

2.Diagfragma: c3-4-5
Pengertian

• Gagal nafas adalah ketidak mampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan


oksigenisasi darah normal (PaO2) eliminasi karbon dioksida (Pa Co2) dan PH yg adekwat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin th. 1997)
• Gagal nafas adalah kegagalan sistim pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yg dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (RS Harapan kita 2001)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadan karbon dioksida dalam paru
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50mmHg
(hypoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmHg atau
hypercapnia (Brunner & Sudarth 2001)

Jenis
- Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan kronik dimana masing-masing
mempunyai pengertian yang berbeda
- Gagal nafas akut adalah: gagal nafas yg timbul pada pasien yg paarunya normal
secara strukturan maupun fungsional ssebelum awitan penyakit timbul
- Gagal nafas kronik adalah gagal nafas ygn terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronchitis cronik empisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batu bara)

Etiologi

1. Depresi sistem syaraf pusat


Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adewat pusat
pernafasan yg mengendalikan terletak di bawah batang otak (pons dan
medula) sehingga pernafasan lambaat dan dangkal
2. Kelainan neurologis primer
•. Akan mempengaruhi fungsi pernafasan. Impuls yg timbul dalam pusat pernafasan
menjalar melelui syaraf yg membentang dari batang otak terus ke syaraf spinal ke
reseptor pada otot-otot pernafasan.
• Penyakit pada syaraf seperti ggn medula spinalis , otot-otot pernafasan atau pertemuan
neuromuscular yg terjadi pada pernafasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi fleura, hemothorax dan pneumothorax
•. Merupakan kondisi yang menggangu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru.
Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau
trauma dan cedra yang dapat mengakibatkan gagal nafas
4. Trauma disebabkan oleh KLL kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepal, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas
dan depresi pernafasan. Hemothorax, pneumothorax, dan fraktur tulang iga dapat
terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas, flail chest dapat terjadi dan dapat
mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki pathologi
yang mendasar
5. Penyakit akut paru pneumonia yg disebabkan oleh bakteri dan virus. Pneumonia
kimiawi atau pneumonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritsi dan
materi lambung yang bersifat asam, asma bronkhial, atelektasis embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yg mengakibatkan gagal nafas

Patohfisiologi

• Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yg memburuk secara


bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal
nafas kronik struktur paru alami kerusakan yg ireversibel.

• Indikator gagal nafas adalah frekwensi pernafasan dan kapasitas vital, prekwesi
pernapasan normal adalah 16-20X/menit, kavasitas vital adalah ukuran ventilasi
(normal 10-20 ml/kg)

• Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yg tidak adekwat dimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yg mengendalikan pernafasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medula)

• Pada pasien dengan kasus anastesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meninngitis, hipoksia, dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal

• Pada periode post operatif dengan anasthesi bisa terjadi pernafasan tidak adekwat
kaarena terdapat agen memenkan pernafasan dengan efektif yang dikeluarkan atau
dengan meningkaatkan efek dari analgetik opioid.
Tanda dan gejala

• Gagal nafas total

- aliran udar di mulut, hidung tidak dapat di dengar/dirasakan.

- pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supraklavikula, sela iga,


serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi

- adanya kesulitan inflasi paru

• Gagal nafas parsial

- terdengar suara nafas tambahan seperti

(snoring , stridor, gurgeling, whizing)

• Hiperkapni atau hipoksemia

- hiperkapnia yt: penurunan kesadaran (PCo2)

- hipoksemia yt; takikardia, gelisah, berkeeringat sianosis (PO2


menurun)

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan analisa gas darah arteri hipoksemia

- ringan Pa O2 < 80 mmHg

- sedang Pa O2 < 60 mmHg

- berat Pao2 < 40 mmHg

• Pemeriksaan RO dada melihat keadaan phatologik dan atau kemajuan


proses penyakit yg tidak diketahui
• Hemodinamik

• EKG
mungkin memperlihatkan bukti regangan jantung disisi kanan, disritmia
Penatalaksanaan

• Seplemen oksigen

• Obat dan penatalaksanaan lainnya

- mukolitik

- postural drainage- chest physical thrapy , dll

Pengkajian

1. Airway

- peningkatan sekresi pernafasan


- ada atau tidaknya suara nafas
2. Breathing

- distres pernafasan: pernafasan cuping hidung, takipneu/ bradipneu, retraksi -


menggunakan otot pernafasan? - kesulitan bernafas?

3. Circulation

- penurunan curah jantung: gelisah, takikardia


- ggn tingkat kesadaaran, gelisah
- penurunan urine
Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d. Penurunan ekspansi paru


tujuan: setelah dilakuan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernafasan yang efektif.
Tidak lanjut pasien
Menunjukkan:

- frekwensi, irama dan kedalaman pernafasan normal.

- adanya penurunan dyspneu

- analisa gas darah dalam batas normal

intervensi

• Kaji frekwensi, kedalaman dan kwalitas pernafasan serta pola pernafasan

• Kaji TTV tingkat kesadaran setiap jam

• Monitor kadar Oksigen

• Berikan oksigen dan bantuan ventilasi

• Pantau dan catat gas gas darah sesuai indikasi

• Auskultasi untuk mendengarkan bunyi nafas tiap jam

• Pertahanakan posisi kepala lebih tinggi

• Instruksikan pasien untuk pernafasan diapragma atau bibir

• Berikan dorongan untuk batuk dan nafas dalam

• Berikan bantuan ventilasi


2. Gangguan pertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi-perpusi skunder terhadap
hipoventilasi
tujuan
setelah diberikan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekwat kriteria hasil - bunyi paru bersih

- warna kulit normal

- gas darah dalam batas normal


Intervensi
• Kaji tanda dan gejala hipoksia dn hiperkapnia

• Kaji TTV dan tingkat kewsadaran tiap jam dan laporkan tiap perubahan

• Pantau dan caatat analisa gas darah

• Bantu pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi

• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas

• Pantau irama jantung

• Berikan cairan parentral sesuai aturan

• Berikan obat sesuai pesanan : bronchodilator, treroid dll


3. Kelebihan volume cairan b.d edema pulmo tujuan
setelah diberikan tindakan perawatan
pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan.
kriteria hasil

- Pasien mampu menunjukan

- TTV normal

- balance cairan dalam batas normal

- tidak terjadi edema


• Intervensi

- timbang BB tiap hari

- monitor input dan output tiap jam

- kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung

- kaji tanda dan gejala kelebihan volume :


edema, BB, CVP

- monitor parameter hemodinamik


- kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
4. Ggn prefusi jaringan b.d penurunan curah jantung
tujuan stl dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi
jaringan kriteria hasil
pasien mampu menunjukan

- status hemodinamik dalam batas normal

- TTV NORMAL

• Intervensi

- kaji tingkat kesadaran

- Kaji penurunan perfusi jaringan

- Kaji status hemodinamik

- Kaji irama EKG

- Kaji sistem gastrointestinal

Anda mungkin juga menyukai