Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN
MIOMA UTERI
Kelompok VII:

Ogie Abrianto
Romie Ottobrianto Teguh
Sukmae
Tri Wahyu Sulistioningsih
Wima Fransiska
KONSEP DASAR PENYAKIT
MIOMA UTERI
1. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari otot polos dinding uterus. Beberapa istilah untuk
mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma,
fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma merupakan
tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas
umur 35 tahun (Nanda Nic-Noc, 2015).
Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak
uterus yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya. Mioma uteri dikenal juga dengan istilah
fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Pertiwi, 2012).
• Menurut letaknya, mioma di bagi menjadi:
1. Mioma submukosum.
2. Mioma intramural.
3. Mioma subserosum.
2. Etiologi
• Etiologi belum di ketahui (FKUI, 1999), pada sebagian kasus
juga ditemukan bahwa mioma berhubungan dengan genetik
(keturunan).
• Sedangkan etiologi menurut Pertiwi, 2012 yakni tidak
diketahui secara pasti, tetapi terdapat suatu interaksi
hubungan yang rumit tentang faktor hormonal, faktor
genetik, faktor pertumbuhan, dan biologi molekuler dari
tumor jinak.
3.Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun
membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula
atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma,
akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam
korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding
depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.

Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri
yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu
masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan
sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah,
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang
banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
4. Manifestasi Klinis
Separuh dari penderita mioma uteri tidak
memperlihatkan gejala. Pada umumnya gejala yang
ditemukan tergantung pada lokasi, ukuran dan adanya
perubahan pada mioma tersebut seperti:
• Tumor (massa di perut bawah).
• Perdarahan abnormal.
• Nyeri.
• Gejala penekanan.
• Infertilitas dan abortus.
5. Pemeriksaan Diagnostik
• Tes laboratorium
• Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
• Ultrasonografi
• Pielogram intravena
• Pap smear serviks
• Histerosal pingogram
6. Komplikasi
• Nekrosis dan infeksi
• Torsi (putaran tangkai)
• Pertumbuhan leioma sarcoma
7. Penatalaksanaan
• Terapi medicinal (hormonal).
• Terapi pembedahan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan
adalah:
 Miomektomi
 Histerektomi
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MIOMA UTERI
1. Pengkajian Keperawatan
• Riwayat Reproduksi
• Pengumpulan Data.
 Haid
• Keluhan Utama
 Hamil dan Persalinan
Adapun yang perlu dikaji
• Data Psikologi
pada rasa nyeri tersebut
• Status Respiratori
adalah :
• Tingkat Kesadaran
 Lokasi nyeri.
• Status Urinari
 Intensitas nyeri.
• Status Gastrointestinal
 Waktu dan durasi. • Pemeriksaan Fisik
 Kwalitas nyeri. • Pemeriksaan Dalam
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering diangkat untuk
kasus Mioma Uteri adalah sebagai berikut:
 Nyeri b/d kerusakan jaringan otot dan penekanan system saraf.
 Gangguan eliminasi urine b/d penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnya.
 Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) b/d hipovolemia,
penurunan Hb.
 Kekurangan volume cairan b/d terjadinya perdarahan yang
berulang-ulang.
 Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan.
 Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi penyakit.
3. Intervensi Keperawatan
• Diagnosa 1: Nyeri b/d kerusakan jaringan otot
dan penekanan sistem saraf.
• Tujuan: Nyeri akan berkurang bahkan hilang.
• Kriteria Hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang.
Skala nyeri turun menajdi ringan, bahkan
menghilang.
Intervensi:
No. Intervensi Rasional
1 Observasi adanya nyeri Memudahkan tindakan
dan tingkat nyeri. keperawatan.
2 Ajarkan dan catat tipe Mengetahui perkembangan
nyeri serta tindakan untuk nyeri serta membantu
mengatasi nyeri. perencanaan tindakan
selanjutnya
3 Ajarkan teknik relaksasi. Membantu mengurangi nyeri
dan meningkatkan
kenyamanan klien.
4 Kolaborasi pemberian Obat-obatan golongan analgetic
analgetic dapat meredakan nyeri, termasuk
nyeri pada mioma uteri.
• Diagnosa 2: Gangguan eliminasi urine b/d penekanan oleh
massa jaringan neoplasma pada daerah sekitarnya.
• Tujuan: Pasien akan dapat melakukan miksi dengan baik.
• Kriteria Hasil:
 Input dan output akan seimbang.
 Pasien dapat memahami terjadinya retensi urine dan
bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan retensi urine.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1 Catat pola miksi dan Memantau perubahan pola
monitor pengeluaran urine.eliminasi urine pada klien
sehingga dapat
mempermudah tindakan
selanjutnya.
2 Lakukan palpasi pada Mengetahui tingkat nyeri dan
kandung kemih, observasi massa kandung kemih.
adanya ketidaknyamanan
dan rasa nyeri.
Lanjutan Intervensi:

No. Intervensi Rasional


3 Anjurkan klien untuk Membantu pengeluaran
merangsang miksi dengan urine, serta mencegah urine
pemberian air hangat, statis.
mengatur posisi.
4 Kolaborasi pemberian Membantu menghambat
deuretik (misal klorotiazid, reabsorbsi Na sehingga Na
hidroklorotiazid) bisa menarik air keluar.
• Diagnosa 3: Ketidakefektifan perfusi jaringan
(perifer) b/d hipovolemia, penurunan Hb.
• Tujuan: Perfusi jaringan pada perifer akan
kembali lancar.
• Kriteria Hasil:
Pasien tidak akan mengeluh mengenai
gangguan pada ekstrimitas bawah.
Akral hangat.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1 Observasi TTV dan Hb Dapat digunakan sebagai
pertimbangan tindakan
selanjutnya
2 Pantau tingkat Mengetahui seberapa parah
ketidaknyamanan (nyeri) gangguan perfusi.
saat melakukan aktivitas,
atau istirahat.
3 Pantau pembedahan Mangemen sensasi perifer.
ketajaman atau
ketumpuan atau panas
dingin.
Lanjutan Intervensi:

No. Intervensi Rasional


4 Anjurkan agar Mengurangi shok
menghindari suhu yang
ekstrim pada ekstremitas.
5 Kolaborasi pemberian Untuk meredakan nyeri
analgetic bila perlu. akibat gangguan perfusi pada
daerah ekstremitas bawah.
• Diagnosa 4: Kekurangan volume cairan b/d
terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.
• Tujuan: kebutuhan cairan pasien akan
terpenuhi.
• Kriteria Hasil:
Tanda vital dalam batas normal.
Input seimbang dengan pengeluaran.
Peningkatan turgor kulit.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1 Monitor keadaan umum Untuk memonitor kondisi
pasien. pasien selama perawatan
terutama saat terjadi
perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda
presyok/syok.
2 Observasi tanda-tanda Mengobservasi vital sign
vital tiap 3 jam. untuk memastikan tidak
terjadi presyok/syok.
3 Berikan oksigenasi. Untuk mempertahankan
supply oksigen ke seluruh
tubuh.
Lanjutan Intervensi:

No. Intervensi Rasional


4 Kolaborasi pemberian Cairan intravena diperlukan
cairan intravena. untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara hebat.
5 Kolaborasi untuk Untuk memantau perdarahan
pemeriksaan laboratorium dan menetukan tindakan
(Hb). lebih lanjut.
• Diagnosa 5: Ansietas b/d kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
• Tujuan: Cemas berkurang atau hilang.
• Kriteria Hasil:
Pasien tampak tenang.
Pasien tidak menunjukkan kegelisahan.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1 Kaji tanda-tanda vital Mengetahui kondisi pasien
dan untuk menentukan
problem solving yang tepat.
2 Berikan problem solving Agar kecemasan pasien dapat
yang tepat sesuai dengan diatasi dengan tepat.
penyebab kecemasan.
3 Berikan cara-cara untuk Mengurangi kecemasan
mengurangi kecemasan. pasien.
• Diagnosa 6: Defisit pengetahuan b/d kurangnya
informasi penyakit.
• Tujuan: Klien dapat memahami informasi
tentang penyakitnya.
• Kriteria Hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
individu tentang kebutuhan tindakan.
Mengidentifikasi gejala-gejala.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1 Kaji pemahaman tentang Membuat data dasar pada
patologi atau komplikasi. penyuluhan kesehatan.
Peningkatan gejala-gejala
berat dapat menandakan
kebutuhan klien.
2 Berikan informasi tentang Gejala-gejala berkenaan
gejala-gejala yang dengan mioma uteri sangat
mengidentifikasi masalah beragam.
mioma uteri.
Lanjutan Intervensi:

No. Intervensi Rasional

3 Tinjau ulang efek samping Menentukan tingkat


obat. pengetahuan klien dan
memberikan informasi baru.

4 Kolaborasi dengan tim Memberikan kesempatan


perawatan kesehatan kontinuitas dan penyelesaian
dalam penyuluhan atau perawatan.
perencanaan.
KESIMPULAN

1. Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak uterus yang


berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpanginya.. Beberapa istilah untuk mioma uteri
adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma, fibroleiomioma,
atau uterin fibroid. Sekitar 20-25% Mioma banyak
ditemukan pada wanita diatas umur 35 tahun.
LANJUTAN KESIMPULAN...

2. Etiologi Mioma Uteri: Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma


uteri belum diketahui secara pasti. Namun ada yang mengemukakan
pendapat bahwa terdapat suatu interaksi hubungan yang rumit tentang
faktor hormonal, faktor genetik, faktor pertumbuhan, dan biologi molekuler
dari tumor jinak.
3. Komplikasi dari penyakit Mioma Uteri yaitu:
• Nekrosis dan infeksi.
• Torsi (putaran tangkai).
• Pertumbuhan leioma sarcoma.
4. Konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri terdiri
dari:
• Pengkajian Keperawatan.
• Diagnosa Keperawatan.
• Intervensi Keperawatan.
LANJUTAN KESIMPULAN...

5. Adapun diagnosa keperawatan yang sering diangkat untuk kasus Mioma Uteri adalah
sebagai berikut:
• Nyeri b/d kerusakan jaringan otot dan penekanan system saraf.
• Gangguan eliminasi urine b/d penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada daerah
sekitarnya.

• Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) b/d hipovolemia, penurunan Hb.

• Kekurangan volume cairan b/d terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.

• Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

• Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi penyakit.

Anda mungkin juga menyukai