KEPERAWATAN MATERNITAS
GANGGUAN REPRODUKSI (MENOMETRORAGIA)
Disusun Oleh :
Muhammad Tarmizi
2211102412230
B. Etiologi
Penyebab menometroragia adalah berasal dari luar uterus (gangguan pembekuan
darah, terjadi akibat infeksi pada uterus) atau berasal dari uterus sendiri yaitu
gangguan hormonal, artinya semata-mata akibat ketidakseimbangan hormonal
dalam siklus menstruasi yang mengaturnya (Manuaba, 2008). Menurut
Wiknjosastro (2009), menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada
alat genital atau oleh kelainan fungsional.
D. Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2005), Schröder pada tahun 1915,
setelah penelitian pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama,
menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metroplatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak
pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus
luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasiaendometrium karena
stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Peningkatan estrogen
Proliferasi endometrium
Risiko Infeksi
Endometrium tebal namun rapuh
Imunitas menurun
Perdarahan
Hb turun
G. Komplikasi
1. Myoma uteri
2. Tumor lapisan otot Rahim
3. Radang sekitar rahim
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH,
LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan
perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan
perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal
berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan
endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan
bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan
investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal
berulang atau berat. Pada Wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi
lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi
abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
2. Risiko Hipovolemia dibuktikan dengan Perdarahan
3. Intoleransi Fisik berhubungan dengan Kelemahan
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (I.08238) Observasi :
dengan Agen 3x24 jam diharapkan 1.1 Identifikasi
Pencedera tingkat nyeri menurun lokasi, karakteristik,
Fisiologis dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
(D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri (5) 1.2 Identifikasi skala
2. Gelisah (5) nyeri
3. Kesulitan Tidur (5) 1.3 Identifikasi faktor
4. Meringis (5) yang memperberat dan
Keterangan : memperingan nyeri
1 = Meningkat Terapeutik :
2 = Cukup meningkat 1.4 Berikan teknik
3 = Sedang nonfarmakologis untuk
4 = Cukup menurun mengurangi rasa nyeri
5 = Menurun kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi :
1.5 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1.6 Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
2. Risiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia tindakan keperawatan (I.03116)
dibuktikan dengan 3x24 jam diharapkan Observasi :
Perdarahan status cairan membaik 1.1 Periksa tanda dan
(D.0034) dengan kriteria hasil : gejala hypovolemia
Status Cairan (L.03028) 1.2 Monitor intake dan
1. Turgor kulit (5) output cairan
Keterangan : Terapeutik :
1 = Menurun 1.3 Berikan asupan
2 = Cukup menurun cairan oral
3 = Sedang Edukasi :
4 = Cukup meningkat 1.4 Anjurkan
5 = Meningkat memperbanyak
asupan cairan oral
2. Membran mukosa (5) Kolaborasi :
3. Kadar Hb (5) 1.5 Kolaborasi
Keterangan : pemberian cairan IV
1 = Memburuk isotonis (NaCl, RL)
2 = Cukup memburuk 1.6 Kolaborasi
3 = Sedang pemberian produk
4 = Cukup membaik darah
5 = Membaik
3. Intoleransi Fisik Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan tindakan keperawatan (I.05178)
dengan 3x24 jam diharapkan Observasi
Kelemahan toleransi aktivitas 3.1 Identifikasi
(D.0056) meningkat dengan kriteria gangguan fungsi
hasil : tubuh yang
Toleransi Aktivitas mengakibatkan
(L.05047) : kelelahan
1. Frekuensi nadi (5) 3.2 Monitor lokasi dan
2. Kemudahan dalam ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
sehari-hari (5) aktivitas
Keterangan : Terapeutik :
1 = Menurun 3.3 Lakukan latihan
2 = Cukup menurun rentang gerak pasif
3 = Sedang dan/atau aktif
4 = Cukup meningkat Edukasi :
5 = Meningkat 3.4 Anjurkan tirah
baring
3. Keluhan lelah (5) 3.5 Anjurkan melakukan
1 = Meningkat aktivitas secara
2 = Cukup meningkat bertahap
3 = Sedang Kolaborasi :
4 = Cukup menurun 3.6 Kolaborasi dengan
5 = Menurun ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
L. Daftar Pustaka
Anwar, dkk. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Manuaba. 2009. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Tim Pokja PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo