Anda di halaman 1dari 4

Senin, 20 September 2010

"Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Myoma Uteri"

A. Pengertian
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut
juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat
asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2 %) dan pada korpus uteri (97%), belum
pernah ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.
B. Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung
pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.

C. Lokalisasi Mioma Uteri

1. Mioma intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam
dinding uterus.
2. Mioma Submukosum ; Mioma yang tumbuh ke arah kavum uteri dan menonjol
dalam kavum itu.
3. Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh ke arah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.

D. Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
A. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi
dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
B. Cara Penanganan Mioma Uteri
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.
Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa
menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic
secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada myoma
uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu
dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan
histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH–BSO adalah suatu tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium
dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease,
leymyoma dan chronic endrometriosis (Tucker, Susan Martin, 1998).
C. Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
2.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
3.    Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan
memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan
seksual.
4.    Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang
berulang-ulang.
5.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma
Tujuan
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara
mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.
Intervensi dan Rasional
1. Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
     Memudahkan tindakan keperawatan
2. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
    Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
3. Ajarkan teknik relaksasi
     Meningkatkan kenyamanan klien
4. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
     Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
5. Kolaborasi pemberian analgesik
      Mengurangi nyeri
Dx 2
Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
Tujuan
Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu memahami
terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan retensi urine.
Intervensi dan Rasional
1. Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Melihat perubahan pola eliminasi klien
2. Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan
rasa nyeri.
Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat,  mengatur
posisi, mengalirkan air keran.
Mencegah terjadinya retensi urine

Daftar Pustaka
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi. EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di
Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.
Jakarta

Posted by Wirawan Lesmana at 8:10 PM

Anda mungkin juga menyukai