Anda di halaman 1dari 120

By : Erna Fauziah, M.Kep.

TATA LAKSANA
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
Jalan Nafas Bawah
(mekanisme respirasi)
Jalan Nafas Atas
Managemen Jalan Nafas
Cari tanda obstruksi jalan nafas!!
 Kesulitan bernafas:nafas cuping hidung, retraksi
 Pasien terlihat gelisah, melawan
 Suara tambahan

Perbaiki segera dengan manuver:


 Chin lift
 Jaw thrust

Keluarkan debris/suction
Gunakan alat bantu jalan nafas:
 Nasal airway
 Oral airway
Obstruksi jalan nafas

 Bekuan darah,
gigi
 Jaringan lunak &
Tulang
 Bengkak
 Posisi kepala
 Benda asing

INTUBASI??
Indikasi Intubasi
 Mengatasi obstruksi jalan nafas
 Gagal nafas
 Menjaga jalan nafas dari aspirasi isi
lambung, darah dan debris
 Untuk kepentingan ventilasi dan
oksigenasi
Parameter Objektif Indikasi Intubasi
GAGAL NAFAS

LABORATORIK KLINIS

 PaO2 (tekanan parsial  Takipnoe atau


oksigen arteri) < 70 mm bradipnoe
Hg
 PaCO2 (tekanan parsial  Takikardia
karbon dioksida arteri) >  Gelisah
55 m Hg (kecuali pd PPOK)
 Dengan fraksi O2 ≤ 0.6
 Penurunan kesadaran
S
STATICS

Scope : laringoskop dan stetoskop


Blade
 Magill  Macintosh
T
STATICS
 TUBE
Dewasa ukuran 7,0; 7,5 atau
8,0
Anak > 2 thn :
Uk. Tube = 4 + umur/4
STATICS
A
 AIRWAY
OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY,
SUNGKUP MUKA, KANTUNG TEKANAN POSITIF,
RESERVOIR
STATICS
AIRWAY
(OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY)
Ukuran antara 0 – 6
Diukur dari sudut bibir sampai angulus mandibula
T
STATICS
 TAPE
I
STATICS
 INTRODUCER
C
STATICS
 CONNECTOR
S
STATICS
 SUCTION
STATICS
 LAIN-LAIN
Jelly
Spuit cuff
Anestetik lokal (xylocain spray)
Handscoen
Persiapan Langkah intubasi
 Periksa suplai Oksigen
 Periksa kelengkapan statics
 Posisikan pasien “ Sniffing Position”
sehingga mulut, faring dan laring
menjadi satu aksis.
 Jika pasien suspek trauma servikal,
diperlukan penolong untuk menahan
kepala pasien tetap pada posisi netral.
Bagaimana mengetahui
kemungkinan sulit intubasi?

 Riwayat penyakit
 Pemeriksaan fisik
 Jarak Thyromental ≤ 6 cm
 Klasifikasi Mallampati dan Mc Cormack
Riwayat Penyakit
 Rheumatoid Arthritis
 Ankylosing Spondylitis
 Cervical Fixation Devices
 Klippel-Fiel Syndrome: leher pendek, vertebra
servikal kurang dari 7, vertebra servikal menyatu.
 Riwayat pembedahan besar daerah leher
 Pierre Robin Syndrome: rahang kecil, tidak
memiliki reflex menelan, lidah lebih mengarah ke
belakang
 Acromegaly: penebalan rahang, struktur
jaringan lunak wajah
Pemeriksaan fisik
 Semua hal yang menyebabkan
terbatasnya gerakan leher
 Jaringan parut akibat pembedahan
didaerah leher atau luka bakar
 Kyphosis
 Trauma, terutama daerah leher dan
kepala
 Obstruksi : tumor, benda asing,
kehamilan,dll
Pierre Robin Syndrome

Klippel-Fiel Syndrome
Klasifikasi Mallampati
Klasifikasi Mc Cormack
VENTILASI
Sniffing Position
Intubasi
Langkah Intubasi
 Preoksigenasi pasien dengan oksigen 100%
 Pegang laringoskop pada tangan kiri, buka
mulut pasien, lalu masukkan laringoskop melalui
sudut kanan bibir, lalu pindahkan ke arah tengah
sambil mendorong lidah ke arah kiri.
 Angkat blade, dengan arah tegak lurus, hingga
terlihat faring posterior.
 Identifikasi epiglotis, lalu letakkan ujung blade
pada valecula, dan angkat sesuai aksis gagang.
 Identifikasi trakea, kartilago aritenoid dan pita
suara.
 Masukkan tube sepanjang blade ke dalam trakea
hingga 2 s/d 3 cm melewati pita suara.
 Kembungkan cuff.
Kalo begini???
Atau begini..??
Setelah gagal insersi ETT
Tekanan positif melalui Endo-Tracheal Tube
Cek kedalaman ETT
 Berikan ventilasi, lihat pergerakan
dinding dada, dengarkan suara
nafas pada dada dan epigastrium.
Bandingkan kesimetrisan suara
nafas kanan dan kiri.
 Tandai nomor kedalaman ETT, dan
fiksasi ETT.
The American Society of
Anesthesiology (AMA)has noted:
 “… there is strong agreement among
consultants that preparatory efforts
enhance success and minimize risk.”
 And “…The literature provides strong
evidence that specific strategies
facilitate the management of the
difficult airway “
 Thus Identifying a potentially difficult
airway is essential to preparation and
developing a strategy.
Komplikasi
 Trauma langsung pada bibir, gigi, gusi
 Trauma pada jalan nafas  serak,
nyeri menelan, nyeri tenggorok.
 Fraktur/subluksasi vertebra servikal
 Infeksi
 Ruptur trakea
 Obstruksi tube
 Edema pita suara
 Paralisis pita suara
SYO
K
Pengertian

Syok adalah kumpulan gejala dan


tanda yang diakibatkan oleh
karena gangguan perfusi
jaringan, yaitu aliran darah ke
organ tubuh tidak dapat
mencukupi kebutuhannya.
NS
LR
LR
Two wide bore iv cannulae 11L Fast 1L

Raise the legs

O2 via a mask

Monitor BP&Pulse

Catheterise & measure


Urine output
Klasifikasi Syok
 Hipovolemik

 Kardiogenik

 Distributif

 Obstruktif
Syok Hipovolemik (volume
loss)
 Kehilangan darah (perdarahan)
 Kehilangan plasma (luka bakar,
dermatitis eksfoliatif)
 Kehilangan cairan dan elektrolit
(muntah, diare, peritonitis,
obstruksi GIT)
Syok Kardiogenik (pump
function dissability)
 Disritmia
 Gagal Jantung (pompa)

 Disfungsi katup akut


(Regurgitasi)
 Ruptur Septum
Syok Obstruktif (CO decreased)
 Tension pneumothoraks
 Tamponade jantung

 Kelainan pembuluh darah


paru (emboli massif,
Hipertensi Pulmonal)
 Trombus di atrium kiri

 Kelainan katup obstruktif


Syok Distributif (systemic
hypotension)

 Sepsis
 Anafilaktik

 Neurogenik

 Insufisiensi Adrenal akut

 Obat vasodilator
Gejala Syok
 Gelisah
 Ketakutan
 Mual – Muntah
 Haus
 Pusing
Tanda Syok
 Keringat dingin
 Akral dan kulit dingin
 Gangguan kesadaran
 Tachypneu
 Tachycardia
 Tekanan darah rerata yang rendah
 Produksi urin menurun
 Sianosis perifer
Pengenalan syok
 Nadi :
cepat dan kecil, pada syok yang sangat
berat nadi mungkin tidak akan dapat
diraba lagi.
 Otak :
bila kekurangan darah, maka terjadi
gangguan fungsi otak.
Sedikit; gelisah dan ketakutan.
Syok berat; kehilangan kesadaran, koma
sebelum meninggal.
Pengenalan syok
 Paru-paru :
Terjadi keadaan dimana sel-sel
mengalami hipoksia, kekurangan
oksigen. Tubuh akan bereaksi
dengan membuat pernafasan
menjadi lebih cepat.
Pernafasan juga menjadi lebih
dangkal.
Pengenalan syok
 Kulit :
perabaan akan dinginnya kulit
ini dilakukan terutama pada
daerah tangan atau kaki.
Derajat Syok Hemoragik

Klas I Klas II Klas III Klas IV

Darah hilang /cc < 750 750 - 1500 1500-2000 > 2000

Darah hilang /% BV <15 15 - 30 30 - 40 > 40

Nadi < 100 > 100 > 120 > 140

Tekanan darah N N ↓ ↓

Respirasi 14 -20 20 -30 30 - 40 > 35

Produksi urine/cc > 30 20 - 30 5 - 15 Tdk ada

Kesadaran Agak gelisah gelisah Gelisah & Bingung &


bingung letargik

Cairan pengganti kristaloid kristaloid Kristaloid, Kristaloid,


koloid/darah koloid,darah
Penanganan : prinsip
 Atasi syok
 Cari Penyebab
 Hilangkan Penyebab
Penanganan : tatalaksana
 Tindakan ABC (BHD)
 Meningkatkan penghantaran O2 ke
jaringan
 Meningkatkan curah jantung & TD
 Resusitasi cairan.
 Kontraktilitas  Inotropik, SVR 
Vasopresor
 Tindakan atau penanganan sesuai
dengan jenis syok
 Monitoring
Penanganan : Airway
 Menjaga/membuka jalan nafas
* Tanpa alat
Head tilt, chin lift, jaw thrust.

* Dengan alat
Orofaring tube, nasofaring
tube, endo tracheal tube,
cricothyrotomi.
Penanganan : breathing
 Pemberian bantuan
nafas/oksigenisasi:
. Bernafas spontan  oksigen
nasal atau masker
. Tidak bisa bernafas atau bisa
bernafas tetapi tidak adekuat 
menggunakan bag and mask
atau ambu bag  Intubasi 
ventilator.
Penanganan : circulation
 Memperbaiki sirkulasi darah
1. Posisi syok
Pasien ditidurkan mendatar, kaki diletakkan
lebih tinggi daripada kepala kurang lebih 45 
2. Pemberian cairan
Buat akses vena, berikan cairan kristaloid
atau koloid
3. Kontraktilitas  Inotropik, SVR 
Vasopresor
4. Transfusi  bila kehilangan darah dalam
jumlah besar
Penanganan
 Tindakan atau penanganan sesuai
dengan jenis syok
• Hemoragik  menghentikan perdarahan
 balut tekan
• Anafilaktik  Adrenalin 1:1000 SC
• Tension Pneumothoraks 
thorakosintesis
• Tamponade Jantung  cardiosintesis
Penanganan
 Bawa ke Pusat Pelayanan
Kesehatan
 Monitoring
* ABC
* Posisi Syok
* Produksi urin
* Kembalinya kesadaran
* Kateterisasi vena sentral
Komplikasi Syok
 Hipoperfusi Multi Organ
 Hipoksia Multi Organ
 Gagal Multi Organ
 Kematian
Prognosis
 Lamanya syok
berlangsung
 Beratnya syok
 Kecepatan penanganan
yang benar
 Kondisi sebelumnya
 Penyakit penyerta
Terapi cairan

dr Boy SpAn
TUJUAN RESUSITASI CAIRAN

RESTORASI PERFUSI JARINGAN


& PENGIRIMAN O2 KE SEL

MENGURANGI : ISKEMIA JARINGAN


KEGAGALAN ORGAN
TOTAL BODY WEIGHT ( 70 Kg )

TOTAL BODY WATER ( 42 L )

ICV ( 28 L ) ECV ( 14 L )
CELL BODY INTRAVASCULAR(1/4)
INTERSTISIAL(3/4)
RBC PV
(3L)

Blood Volume (5 L)
Volume Replacement Therapy

Crystalloids Colloids
Lactated Ringer's
Normal Saline

Albumin Gelatin Dextran HES


PPL solutions solutions solutions
KOMPOSISI CAIRAN IV
CAIRAN GLUKOSA Na+ Cl- laktat Osmolaritas
(g/L ) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mOsm/kg)

D5W 50 0 0 0 252
LRS 0 130 109 28 273
D5W / LRS 50 130 109 28 525
0,9 % Saline (NS) 0 154 154 0 308
6 % HES 0 154 154 0 310
5 % Albumin/NS 0 154 154 0 310
25 % Albumin 0 154 154 0 310
(rata2) ( rata2)
PV EXPANSION WITH ADMINISTRATION OF
250 mL OF SELECTED FLUIDS

FLUID  PV  IFV  ICV

(mL) (mL) (mL)

D5W 18 70 162
LRS 50 200 0
5 % Albumin 250 0 0
25 % Albumin 1000 -750 0

PV = change in plasma volume ; IFV = interstitial fluid volume ;


ICV = intracellular volume ; D5W = 5 % dextrose in water ;
LRS = Lactated Ringer’s Solution.
EFEK INFUS 1 L CAIRAN PADA KOMPONEN TUBUH

Intrasel Total Interstisial Plasma


Cairan Volume Ekstrasel Volume Volume

0,9 % NaCL - 100 1100 825 275


5 % Dextrose 660 340 255 85
5 % NaCL - 2950 3950 2690 990
5 % Albumin 0 1000 > 500 > 500
Darah Lengkap 0 1000 0 1000
Crystalloid Solutions are
distributed over the entire
Extracellular Space.
And therefore crystalloids are
indicated and most effective
when this space is depleted .
Colloids
They remain largely within
the Intravascular Space
Therefore, colloids are
most effective
in hypovolemic patients.
Terapi Cairan

RESUSITASI RUMATAN

Kristaloid Koloid
Elektrolit NUTRISI

Repair
Mengganti kehilangan 1. Kebutuhan normal
akut (hemorrhage, (IWL + urin+ feses)
distributif,) 2. Dukungan nutrisi
Replacement of blood losses
“Step by step”
Volume loss (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Cryst.+colloids
Colloids + crystalloids
+ PRC +FFP +platelets
Target controlled replacement of
volume - oxygen carriers - plasmatic coagulation - cellular coagulation
Adapted from Adams, H.A. 1996
Transfusi yang kurang rasional

1. Transfusi dgn alasan sayang


2. Transfusi utk mencapai Hb > 10 g%
spy penyembuhan luka tdk
terhambat
3. Transfusi untuk mencapai Hb > 10 g
% (Hb 10 g% = minimal)
Transfusi yang kurang rasional
4. Relatif masih banyak diberikan darah
lengkap, seharusnya dpt digantikan
dgn transfusi eritrosit + NS/RL
5. FFP / Albumin diberikan sbg bahan
makanan. FFP diberikan tanpa bukti
adanya gangguan koagulasi atau sbg
substitusi plasma
DARAH

 TRANSFUSI :
~ Bila Hb < 7 mg/dL (Ht < 21%)
~ Jarang bila Hb > 10 mg/dL (Ht 30%) jika tanpa
gejala klinis
~ 7 < Hb < 10 mg/L : manfaat tdk jelas!!
 RISIKO TRANSMISI VIRAL & BAKTERIAL
 MODULASI IMUN SEKUNDER
Elektrolit
 Hiponatremia  Na <135 mmol/liter
 Gejala klinis :<125
mmol/l.
 Hipernatremi  sakit kepala, mual,
a muntah,
disorientasi bahkan
koma
 Hipokalemia  kejang <120
mmol/l
 Terapi : Nacl 3 %
 Hiperkalemia 50 – 70 mmol/jam
Elektrolit
 Hiponatremia  Na >145 mmol/l.
 Gejala klinis >155 -
160 mmol/l
 Hipernatremi  demam, gelisah,
a iritabel, sopor,
koma.
 Terapi: cairan
 Hipokalemia sampai defisit cairan
tergantikan
 Cairan : dekstros 5
 Hiperkalemia % atau Nacl 0,45%.
Elektrolit
 Hiponatremia  Kalium: <3,5
mmol/l.
 Gejala
 Hipernatremi klinis :kelemahan
a tubuh, depresi,
konstipasi, ileus,
gagal nafas,
 Hipokalemia ventrikel takikardi,
atrial takikardi.
 Terapi: KCl oral
 Hiperkalemia maupun IV
Elektrolit
 Hiponatremia  Kalium > 5 mmol/l.
 Kelemahan,
Parestesia, Flacyd
 Hipernatremi paralisis, Hipotensi
dan Bradikardia.
a  EKG:peninggian
gelombang T.
 terapi:
 Hipokalemia - IV dekstrose,
insulin
- IV Calsium klorida
 Hiperkalemia
- IV lasix
KERACUNAN

EMERGENCY MEDICAL SERVICE 119 JAKARTA

88
89 / 17
DEFINISI RACUN

Racun adalah :

Suatu Zat yang bila masuk kedalam


tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang
tidak diinginkan bahkan dapat
menyebabkan
Zat kematian
yang mengakibatkan kerusakan
sementara atau permanen pada tubuh, jika
digunakan dalam jumlah berlebih

90 / 17
PENYEBAB, BENTUK & CARA MASUK
PENYEBAB KERACUNAN :
KECELAKAAN
DISENGAJA
BENTUK :
 PADAT : Obat-obatan, Makanan dll
 CAIR : Alkohol, Bahan Bakar, Kimia
dll
 GAS : CO, CO2, Asap Kendaraan, dll
CARA MASUK :
 LEWAT MULUT : Tertelan
 LEWAT KULIT : Suntikan,
Sengatan
 LEWAT PERNAFASAN : Terhirup
91 / 17
GEJALA & TANDA-TANDA UMUM

 Ganguan Pernafasan.
 Nyeri Kepala, Pusing, Gangguan Penglihatan.
 Mual, Muntah, Diare Berat.
 Lemas, Lumpuh, Kesemutan.
 Pucat / Sianosis.
 Halusinasi.
 Berkeringat.
 Kejang - kejang.
 Adanya botol penyimpan bahan beracun, atau sisa
tablet atau tanaman beracun di dekat korban.
 Jika akibat tertelan racun korosif, di sekeliling bibir
korban terbakar / hangus.

92 / 17
Keracunan Melalui Mulut / Alat
Pencernaan
Penyebab :
Obat-obatan : Obat Tidur /
Penenang, Obat yang diminum
dengan bahan lain yang
bereaksi menjadi racun
Makanan : Jengkol, Jamur,
Tempe Bongkrek, Oncom,
Makanan Kaleng yang
kadaluarsa
Bahan Kimia : Baygon, Minyak
Tanah, Racun Binatang
Minuman : Bir, Wiskey,
Anggur

93 / 17
Keracunan Melalui Mulut / Alat
Pencernaan
Gejala Khas / Khusus :

1. Mual, Muntah.
2. Nyeri Perut
3. Diare,
4. Napas / Mulut berbau
5. Suara Parau, Nyeri di dalam mulut

94 / 17
Keracunan Melalui Kulit
Penyebab :
Kimia : Air Keras
Sengatan : Binatang Berbisa
( Gigitan Ular, Kalajengking dll )
Binatang Laut ( Ubur-
ubur, Anemon, Ketimun Laut, Gurita,
Ikan Pari dll )
Suntikan : Obat Suntik
Gejala Khas / Khusus :
1. Luka
2. Nyeri
3. Kemerahan
4. Terjadi perubahan Warna

95 / 17
Keracunan Melalui Saluran
Pernafasan
Penyebab :
Menghirup Gas : Karbon Dioksida / CO2
( Asap knalpot)

Kebocoran Gas : Industri Kimia, Gas


Freon

Gejala Khas / Khusus :

1. Sesak Nafas
2. Nafas Berbau
3. Mungkin Sianosis
4. Batuk

96 / 17
Prinsip Penatalaksanaan Kasus
Keracunan
 Penatalaksanaan kegawatan
 Penilaian Klinis
 Dekontaminasi racun
 Pemberian antidotum
 Terapi suportif
 Observasi dan konsultasi
 Rehabilitasi
PENANGANAN / TINDAKAN DARURAT
DEKONTAMINASI :
• Encerkan: air minum, SUSU? , air kelapa?
,
• Keluarkan: bilas lambung, urus – urus

• Netralkan: Antidotum, karbon aktif

98 / 17
99 / 17
GIGITAN BINATANG

100
101 / 17
GIGITAN MENYEBABKAN:
 KERUSAKAN JARINGAN .
 INFEKSI.
 RACUN/ BISA
 IMUN/ALERGI

102 / 17
Tatalaksana Umum
 Anamnesis :
1. Status hewan (sehat, terimunisasi, perilaku)
2. Tempat dan lokasi kejadian
3. Situasi (provokasi, pertahanan diri terhadap provokasi,
tanpa provokasi)

4. Binatang (mati, lari, dikarantina)

103 / 17
Pemeriksaan Fisik
 Neurovaskular Distal
 Kerusakan tendon atau sarung
tendon
 Kerusakan tulang terutama pada
tengkorak bayi dan anak-anak
 Kekerasan pada sendi
 Kerusakan organ viseral
 Benda Asing (c/ gigi) pada luka

104 / 17
Tatalaksana Pre-Rumah Sakit
 Evaluasi trauma lengkap
 Bersihkan dengan cairan steril
mengalir, bila memungkinkan dan
tutup
 Mengumpulkan data (anamnesis,
gejala dan tanda)
 Memotivasi pasien mencari
pertolongan selanjutnya

105 / 17
Gawat Darurat

 Inspeksi : (cedera dalam, jaringan non vital)


 Debridement : (prevensi infeksisumber :
jaringan non vital, benda asing, bekuan)
 Irigasi
 Tutup luka : jika luka bersih dan mudah
dibersihkan.
 Pertimbangkan Profilaksis Tetanus dan Rabies

106 / 17
Komplikasi
 Infeksi Lokal
 Sepsis
 Deformitas Kosmetik
 Kehilangan anggota tubuh.

107 / 17
“RABIES”

108 / 17
JENIS VAKSIN DAN SERUM

Serum Anti Rabies (Immunisasi pasif) :


• Rabies Immun Globulin  nama dagang HYPERAB / IMUGAM dosis
20 iu/Kg BB ( 1 ampul isi 300 iu).
• Cara pemberian : ½ nya diberikan melalui INFILTRASI pada luka,
selebihnya melalui IM

Vaksin Anti Rabies :


 Human Diploid Cell Vaccine (HDCV). Diberikan dalam 5 dosis IM (hari
ke 0,3,7,14,28)

109 / 17
SENGATAN LEBAH

 Reaksi alergi, gatal, edema,


eritema.
 Penangulangan :
 Amankan diri sendiri,amankan
penderita,
 ABC
 Cabut sungut,
 Cuci dengan sabun,
 Antihistamin, Steroid
 Adrenalin
110 / 17
RACUN ULAR
 Racun ular disebut Venom
 Masalah gigitan ular adalah daerah
gigitan sakit/kerusakan jaringan

111 / 17
TOXIN ULAR
 NEUROTOXIC
( paralisis otot pernafasan dan otot
lainnya)
 MYOTOXIC
(kerusakan otot lepas mioglobulin nekrosis
tubulergagal ginjal)
 EFEK ANTIKOAGULAN
( pembekuan menurun, perdarahan )
 HEMOLITIK TOXIN
( hemolisis-Anemis)

112 / 17
Coral Snake (Micrurus fulvius)
 Neurotoxic

 Menyerang saraf

113 / 17
 Ptosis

114 / 17
Eyelash Viper (Bothriechis
schlegeli)
 Haemotoxic
 Menyerang sel
darah

115 / 17
 Bite from a Western Diamondback
Rattlesnake (Crotalus atrox)

 A Western Diamondback Rattlesnake,


haemotoxic

116 / 17
Yellow-Bellied Sea Snake (Pelamis
platuris)
 Myotoxic
 Menyerang otot

117 / 17
Tanda dan Gejala
 Minimal : Tidak Nyeri s/d
sedang,erythema,oedema 2,5-15 cm

 Sedang : Nyeri hebat, tegang, oedema 25-40


cm, erythema,Demam

 Berat: Nyeri menyeluruh, oedema 40-50


cm,echymosis, gejala sistemik

 Sangat Berat : Bengkak seluruh


tubuh,ecchymosis,apneu,shock

118 / 17
TANDA DAN GEJALA

Kurang 1 jam : headache, muntah,


hipotensi.

1-3 jam ; paralysis saraf


cranial, nyeri abdomen, confuse,
takikardi, hipotensi.

Lebih 3 jam : paralysis, sianosis,


hipoksia.
119 / 17
• PENANGANAN
ABC,
• Mencegah penyerapan dan penyebaran bisa:
1. imobilisasi
2. posisi
3. insisi + Hisap
4. tourniqet ?
 Menetralkan bisa
SABU (1/2 amp infiltrasi, ½ - 3 amp IM/IV )
• Insisi (eskaroromi)
• Debridement, amputasi)
• Penanganan Komplikasi

120 / 17

Anda mungkin juga menyukai