STEP 1 :
- Primary survey :
o Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tnda
vital dan mekanisme trauma, yang diteruskan dengan secondary survey
- Triple airway manuever :
o Suatu cara u/ pengelolan jalan napas dengan 3 cara :
o Chin lift (mengangkat dagu)
o Head tilt (menengadahkan kepala)
o Jaw thrust (mengedepankan rahang bawah)
- Pulse oxymetri :
o Alat ukur dengan metode non invasive u/ memonitoring saturasi oksigen
- Oropharyngeal airway :
o Salah satu non definitive terapi/definitive airway dimana dilakukan ketika pasien
tidak sadar (tidak memiliki refleks muntah)
- Definitve airway :
o Definitive : suatu pipa d dalam trakea dengan balon dikembangkan dimana pipa
tersebut dihubungkan dengan suatu alat bantu pernapasan yg diperkaya dengan o2
o Airway : jalan udara
o Merupakan jalan udara yg dibuat dengan cara memasangkan pipa yg bsa
menyalurkan o2 dimana pipa tersebut diperthankan dalam posisinya dan diplester.
STEP 2 :
1. Mengapa pasien tampak sianosis ?
2. Mengapa pada pasien didapatkan suara snoring dan gurgling?
3. Mengapa didapatkan keluar darah dari mulut?
4. Mengapa saturasi oksigen trun dari 90% menjadi 87%?
5. Interpretasi dari pasien spo2 90%, RR = 32x/menit, GCS E2M3V2
6. Bagaimana cara melakukan primary survey ?
7. Apa saja macam2 sumbatan jalan napas?
8. Bagaimana cara melakukan triple airway manuver dan indikasinya?
9. Apa indikasi dari pemasangan definitve airway?
10. Algoritma dari penangn KGD
11. Apa saja komplikasi dari sumbatan jalan napas ?
12. Apa indikasi dari pemasangan oropharyngeal airway?
13. Mengapa terjadi penurunan kesdaran?
14. Mengapa terjadi takipneu
15. Patofisiologi sumbatan jalan napas
16. Penyebab sumbatan jalan napas
17. Indikasi dan kotraindikasi oropharyngeal airway
18. Pengelolaan jalan napas secara sederhana
19. Tindakan dasar dan lanjut pada sumbatan jalan napas definitive
20. Pengelolaan jalan napas secara advance airway?
21. Indikasi dan kontraindikasi pemasangan ET?
22. Macam macam alat suplemetnasi oksigen
23. Tatalaksanan terhadap terapi oksigen
24. Tujuan pemasangan pulse oxymetri
25. Apa saja derjat hipoksia
STEP 3 :
Komposetis :15-14
Apatis : 13-14
Somnolen: 11-10
Delirium: 9-7
Sporokoma: 6-4
Koma: 3
Interpretasi : delirium
RR = meningkat (normalnya 16-24)
Adanya obstruksi hipoksi tbuh megkompensasi dengan meningkatkan frek. Napas
mempertahnkan perfusi oksigen
Spo2 90%
90-94 hipoksi
85-89 hipoksi serius
- CIECULATION :
o Untuk menilai apakah ada/tidaknya denyut jantung
o Dengan cara : meraba a.carotis didaerah leher
o Jika teraba dilakukan pemeriksaan pernafasan dengan cara manuver
o Jika tidak teraba dilakukan RJP
o Cara melakukan bantuan sirkulasi : kompresi jantung dari luar (tetapi hany mncapai
60-80 mmHg, Cardiac output : 25%
o Apabila ada fraktur : dibebat
- DISABILITY :
o Memeriksa GCS/AVPU?, reflek pupil
- EXPOSURE/ENVIROMENT:
o Lihat lingkungan sekitar (panas : diteduhkan, dingin : dihangatkan)
o Buka baju dilihat apakah ada luka terbuka, perdarahan (dilihat dada,
o Lock roll
Asfiksia yang disebabkan blokade jalan nafas oleh benda asing yang
datangnya dari luar ataupun dari dalam tubuh, misalnya seperti inhalasi mutahan
(aspirasi), tersedak makanan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang ketika dalam
keadaan tidak sadar, bekuan darah atau lepasnya gigi palsu. Pada keadaan dengan
penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita trauma
kepal/karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot
lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal
lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan
jalan napas. Sphincter cardia yang relaks, menyebabkan isi lambung mengalir
kembali ke orofaring (regurgitasi). Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan
dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal,
mengakibatkan oskigen darah berkurang (hipoksia) disertai peningkatan kadar
karbondioksida (hiperkapnea). Hipoksia sendiri adalah suatu keadaan di mana tubuh
sangat kekurangan oksigen sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara
efektif. Penurunan kadar oksigen sel darah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo pernafasan
dan frekuensi pernafasan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai
tampak tanda sianosis, terutama paada muka dan tangan.
SUMBER : Harrisons Principles of Internal Medicine 16th Edition, page 209 211
2. Mengapa pada pasien didapatkan suara snoring dan gurgling?
Tanda adanya suatu obstruksi (sumbatan) pada jalan nafas. Obstruksi pada jalan nafas ditandai
dengan suara nafas antara lain bunyi gurgling (bunyi kumur-kumur yang menandakan adanya
cairan), bunyi mengorok (karena pangkal lidah yang jatuh ke arah dorsal), ataupun bunyi
stridor karena adanya penyempitan/edema. Tindakan penangannan apabila terdapat cairan
yaitu dengan melakukan pengisapan jalan napas (suctioning) untuk mengeluarkan cairan,
apabila didapatkan suara napas tambahan snoring (mengorok) maka lakukan penjagaan jalan
napas secara manual dengan teknik jaw disusul dengan pemasangan pipa oro atau
nasofaringeal. Jangan lakukan pemasangan pipa orofaringral (guedel/mayo) apabila penderita
masih dalam keadaan sadar, karena menyebabkan pasien muntah. Harus diingat bahwa
pemasangan pipa nasofaringeal merupakan kontraindikasi bagi penderita yang dicurigai
fraktur basis kranii bagian depan karena pipa dapat masuk ke rongga cranium.
NOOR HELMI, ZAIRIN.2012. ORTOPEDI.SALEMBA MEDIKA : JAKARTA
Asfiksia yang disebabkan blokade jalan nafas oleh benda asing yang
datangnya dari luar ataupun dari dalam tubuh, misalnya seperti inhalasi mutahan
(aspirasi), tersedak makanan, tumor, jatuhnya lidah ke belakang ketika dalam
keadaan tidak sadar, bekuan darah atau lepasnya gigi palsu. Pada keadaan dengan
penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita trauma
kepal/karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot
lidah dan sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal
lidah akan jatuh ke posterior menutup orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan
jalan napas. Sphincter cardia yang relaks, menyebabkan isi lambung mengalir
kembali ke orofaring (regurgitasi). Asfiksia adalah kumpulan dari pelbagai keadaan
dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal,
mengakibatkan oskigen darah berkurang (hipoksia) disertai peningkatan kadar
karbondioksida (hiperkapnea). Hipoksia sendiri adalah suatu keadaan di mana tubuh
sangat kekurangan oksigen sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara
efektif. Penurunan kadar oksigen sel darah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitudo pernafasan
dan frekuensi pernafasan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai
tampak tanda sianosis, terutama paada muka dan tangan.
SUMBER : Harrisons Principles of Internal Medicine 16th Edition, page 209 211
RR naik karena adanya usaha untuk bernafas oleh karena adanya sumbatan jalan nafas
parsial sehingga selain RR naik nafas juga dangkal.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD,
FK UNDIP)
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer
dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu :
3. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera
minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
Mulut ke mulut
penolong harus menutup lubang hidung korban / pasien dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume
udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 400 - 500 ml
(10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
Mulut ke hidung
Mulut ke Stoma
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3
jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan
penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu
telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan
menyentuh dinding dada korban / pasien, jarijari tangan dapat diluruskan
atau menyilang.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,52 inci (3,85 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi
dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus
sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik
oleh 1 atau 2 penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan
kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus
permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya
atau tidak.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik
6080 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung
(cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari
menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan
bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
D (DEFRIBILATION)
tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atau
tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada
penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan
sirkulasi saja.
BASIC LIFE SUPPORT (BLS) PRIMARY SURVEY
Assess Action
Airway Buka airway menggunakan teknik non-
- Apakah jalan napasnya terbuka? invasif (headtilt-chinlift / jaw thrust tanpa
mengextensikan kepala jika duiduga
trauma).
Breathing Look, listen, and feel. Jika tak ada napas,
- Apakah respirasinya adekuat? beri 2x bantuan napas. Beri sekitar 1 detik
setiap bantuan napas. Setiap bantuan
napas harus membuat dada korban
terangkat. Jangan melakukan ventilasi
terlalu cepat atau terlalu banyak (volume).
Circulation Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa) atau a.
- Apakah ada pulsasi? Femoralis / a. brachialis (infant) paling tidak
5 detik tapi tidak lebih lama dari 10 detik.
Defibrillation Siapkan shock jika ada indikasi. Ikuti segera
- Jika pulsasi tidak ada, periksa bila setiap shock dengan CPR, mulai dengan
ada irama yang shockable maka kompresi dada.
gunakan defibrillator atau AED
(Automated External Defibrillation)
Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006
Selama CPR, lihat ke dalam Selama CPR, lihat ke dalam Ulangi step 2 sampai benar-
mulut korban, jika mulut korban, jika benar efektif atau korban
memungkinkan gunakan memungkinkan gunakan tidak ada respon
finger sweep untuk finger sweep untuk
mengeluarkan benda asingnya mengeluarkan benda asingnya
Etiologi
1. Edema jalan nafas
Bisa disebabkan oleh karena infeksi (difteri), reaksi alergi, akibat instrumentasi (pemasangan
pipa endotracheal, bronkoskopi), trauma tumpul.
2. Benda asing
3. Tumor
Kista laring, papiloma laring, karsinoma laring (perlahan2)
4. Trauma daerah laring
5. Spasme otot laring
Tetanus, reaksi emosi
6. Kelumpuhan otot abductor pita suara
Terutama bila bilateral
7. Kelainan congenital
Laryngeal web, fistula tracheoesofagus laringotrakeomalasia
Macam 2:
o Sebagian (parsial)
Korban mungkin masih mampu melakukan pernapasan, namun kualitas
pernapasan dapat baik atau buruk.
Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat
melakuakan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa
melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut dapat keluar.
Bila sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik
darurat.
Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus diperlakukan
sebagai obstruksi jalan napas komplit.
o Komplit (total)
Korban biasanya tidak dapat berbicara, bernapas, atau batuk.
Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami
kekurangan oksigen sehinga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian
akan cepat terjadi jika tidak diambil tindakan segera.
Tanda obstruksi komplit saluran nafas atas yang mendadak sangat jelas. Pasien
tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan pasien mungkin memegang
kerongkongannya seperti mencekik (choking).
Agitasi, panik dan nafas yang tersengal-sengal dan diikuti sianosis.
Gagalnya kekuatan inspirasi dapat menyebabkan ekimosis dermal dan emfisema
subkutan. Kegagalan respirasi bisa berlangsung cepat dan berkembang menjadi
obstruksi / sumbatan komplt. Letargi, gagal napas dan hilangnya kesadaran
merupakan tanda akhir dari hipoksemia dan hiperkarbi. Bradikardi dan hipotensi
merupakan pertanda ancaman terjadinya gagal jantung. (IPD FK UI)
o Tempat terjadinya sumbatan jalan nafas pada pasien dengan penurunan kasadaran, paling
sering adalah di hipofaring, yang terjadi saat lidah dan otot otot leher mengalami relaksasi
gagal mengangkat dasar lidah dan epiglotis dari dinding posterior hipofaring
o Penyebab lain dari sumbatan adalah adanya benda asing di jalan nafas bagian atas
seoerti material muntahan atau darah.
o Laringospasme biasanya terjadi karena stimulasi jalan nafas pada pasien yang setengah
sadar
o Sumbatan jalan nafas bawah dapat terjadi karena bronkospasme, sekresi bronkial, edema
mukosa, dan aspirasi isi lambung atau benda asing
o Sumbatan jalan nafas dapat menyebabkan suara tambahan seperti :
Snoring (ngorok)
Gurgling (menandakan adanya cairan di jalan nafas)
Suara serak (pada trauma laring atau edema laring)
Stadium Gejala dan tanda Penatalaksaan
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik
silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari
telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua
putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust,
setelah pemasangan OPA, lakukan pemantauan pada pasien. Jagalah agar kepala dan dagu
tetap berada pada posisi yang tepat untuk menjaga patensi jalan napas. Lakukan
penyedotan berkala di dalam mulut dan faring bila ada sekret, darah atau muntahan.
Perhatikan hal-hal berikut ini ketika menggunakan OPA :
- Bila OPA yang dipilih terlalu besar dapat menyumbat laring dan menyebabkan trauma
pada struktur laring.
- Bila OPA terlalu kecil atau tidak dimasukkan dengan tepat dapat menekan dasar lidah
dari belakang dan menyumbat jalan napas.
- Masukkan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya trauma jaringan lunak pada
bibir dan lidah.
2. NASOPHARYNGEAL AIRWAY
Indikasi NPA :
a. Sadar/tdk sadar,
b. Napas spontan,
c. Ada refleks muntah,
d. Kesulitan dg OPA.
Kontraindikasi NPA :
a. Fraktur wajah
b. Fraktur tulang dasar tengkorak.
Jelaskan cara pemilihan NPA (ada gambar pd slide), cara pemasangan NPA (bevel
menghadap lateral).
Komplikasi NPA :
a. Trauma,
b. Laringospasme,
c. Muntah,
d. Aspirasi,
e. Insersi intrakranial (pd fr. tlg wajah/tlg. dasar tengkorak)
Sumber : (Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr. H. Tabrani Rab)
- .
-
Sumber : Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore.
Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).
Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi
perawatan intensif. Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan
oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi
yang dimulai dengan peningkatan karbondioksida dan penurunan jumlah oksigen
yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi
oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir
selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam
proses respirasi tidak boleh diabaikan.
Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan
oksigenasi. PaO2 50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 40
mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi
yang menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu:
Sumber : Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support
1. Henti nafas
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan
suatu keadaan yang disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal
dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan sesak
napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu,
bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan
kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas
akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa
pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat
napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah
henti napas.
2. Henti jantung
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa keluar
dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen tidak ada sama sekali
di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang
disebut henti jantung.
kontra indikasi
komplikasi
SUMBER :IPD FK UI
14. Mengapa terjadi takipneu
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang
disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas
pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu,
bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada
otot-otot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di sana.
Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka
oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.
Penyebab Henti Napas dan Henti Jantung
Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau
penyakit apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat
menimbulkan keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang
dapat menyebabkan henti napas dan henti jantung antara lain:
a. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.
b. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan penyakit
jantung lainnya.
c. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.
d. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.
e. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.
Etiologi
kontra indikasi
komplikasi
19. Tindakan dasar dan lanjut pada sumbatan jalan napas definitive
Disini ada pipa dalam trakhea dengan balon yang dikembangkan, dimana pipa ini
dihubungkan dengan alat bantu pernafasan yang diperkaya dengan oksigen. Cara :
a. Orotracheal atau Nasotracheal
intubasi orotrakeal dan nasotrakeal merupakan cara yang paling sering digunakan.
Adanya kemungkinan cedera servikal merupakan hal utama yang harus diperhatikan
pada pasien yang membutuhkan perbaikan airway. Faktor yang paling menentukan
dalam pemilihan intubasi orotrakeal atau nasotrakeal adalah pengalaman dokter. Kedua
teknik tersebut aman dan efektif apabila dilakukan dengan tepat.
b. surgical (krikotiroidotomi atau trakheotomi)
ini dikerjakan bila ada kesukaran atau kegagalan didalam memasang endotrakheal
intubasi. Pada keadaan yang membutuhkan kecepatan lebih dipilih krikotireodektomi
dari pada tracheostomi.
Needle cricothyroidoktomi
Cara dengan menusukkan jarum lewat membran krikotiroid, ini hanya bisa
memberikan oksigen dalam waktu yang pendek (30-45 menit). Disini dipakai jarum
no 12-14 (anak 16-18 tahun)
Surgical cricothyroidoktomi
Penderita tidur posisi supinasi sesudah dilakukan anestesi lokal buat irisan kulit
tranversal sampai membran cricothyroid lubang ini bisa dilebarkan dengan gagang
pisau dengan cara memutar 90 derajad. Disini bisa dipakai tracheostomi tube atau
endotracheal tube. Hati-hati dengan cartilago cricoid terutama pada anak-anak
(teknik ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 12 tahun), hal ini dikarenakan
cartilago cricoid merupakan penyangga trachea bagian atas. Komplikasi :
- Aspirasi
- Salah masuk ke dalam jaringan
- Stenosis/oedema subglotis
- Stenosis laringeal
- Perdarahan/hematom
- Laserasi esophagus
- Laserasi trachea
- Emphisema mediastinal
- Paralisis pita suara
Sumber : Sumber ; ACLS Provider Manual. AHA, 2006
Kontraindikasi :
Tidak ada kontraindikasi yang absolut ; namun demikian edema jalan napas bagian atas
yang buruk / fraktur dari wajah dan leher dapat
Terapi oksigen
24. Tujuan pemasangan pulse oxymetri
1. Hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2
90-94%
2. Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%
3. Hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2 kurang dari
75%
Sumber ; ACLS Provider Manual. AHA, 2006