Anda di halaman 1dari 17

ASKEP ASIDOSIS RESPIRATORIK

Laporan Pendahuluan

A.     PENGERTIAN.

Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat)

Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan

parsialkarbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg. Kondisi ini terjadi akibat tidak

adekuatnya ekskresi CO2 dengan tidak adekuatnya ventilasi sehingga mengakibatkan kenaikan

kadar CO2 plasma. (Smeltzer, 2001)

B.     KLASIFIKASI.

1.      Asidosis Respiratori Akut.

Terjadi jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih dalam keadaan normal.Seperti

pada edema pulmonal akut, aspirasi benda asing, atelektasis, pneumutorak, syndrome tidur

apnea, pemberian oksigen pada pasien hiperkapnea kronis (kelebihan CO2 dalam darah), ARSP.

2.      Asidosis Respiratorik Kronis.Jika kompensasi ginjal telah berjalan dan HCO3- telah

meningkat.Terjadi pada penyakit pulmunari seperti emfisema kronis dan bronchitis, apnea

tidur obstruktif.

C.     ETIOLOGI.

1.      Hambatan Pada Pusat Pernafasan Di Medula Oblongata.

a.       Obat-obatan : kelebihan dosis opiate, sedative, anestetik (akut).

b.      Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik.

c.       Henti jantung (akut).

d.      Apnea saat tidur.


2.      Gangguan Otot-Otot Pernafasan Dan Dinding Dada.

a.       Penyakit neuromuscular : Miastenia gravis, poliomyelitis, sclerosis lateral amiotropik.

b.      Deformitas rongga dada : Kifoskoliosis.

c.       Obesitas yang berlebihan.

d.      Cedera dinding dada seperti patah tulag-tulang iga.

3.      Gangguan Pertukaran Gas.

a.       PPOM (emfisema dan bronchitis).

b.      Tahap akhir penyakit paru intrinsic yang difus.

c.       Pneumonia atau asma yang berat.

d.      Edema paru akut.

e.       Pneumotorak.

4.      Obstruksi Saluran Nafas Atas Yang Akut.

a.       Aspirasi benda asing atau muntah.

b.      Laringospasme atau edema laring, bronkopasme berat.

5.      Hipofentilasi Dihubungkan Dengan Penurunan Fungsi Pusat Pernafasan

Seperti Trauma Kepala, Sedasi Berlebihan, Anesthesia Umum, Alkalosis

Metabolic.

D.     MANIFESTASI KLINIS.

Tanda-Tanda Klinis Berubah-Ubah Pada Asidosis Respiratorik Akut Dan Kronis Yaitu:
1.      Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi

nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan perasaan penat pada

kepala.

2.      Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60 mmHg atau lebih mengakibatkan :

somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma,

3.      juga menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping tremor)

dan mioklonus (kedutan otot).

4.      Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti pembuluh

darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial dan dapat

bermanifestasi sebagai papilladema (pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada

pemeriksaan dengan optalmoskop).

5.      Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk mekanisme

kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel.

E.     PATOFISIOLOGI.
Gangguan pertukaran gas gas berhubungan dengan retensi CO2,penurunan asupan oksigen
hipoventilasi.
Pola napas tidak efektif yg berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal peningkatan pH
sel miokard
Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhunbungan dengan peningakatan akut
 

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Laboratorium

a.       Gas darah arteri

1)      pH arteri : menurun, kurang dari 7,35-7,45

2)      HCO3 : Normal 24-28 mEq/L

3)      asam laktat : meningkat

4)      bikarbonat :  normal atau meningkat, lebih besar dari 26 mEq/L


5)      PO2 : normal atau menurun

6)      O2  : Tidak Lebih 3L/menit

7)      PaCO2 : meningkat, > 45 mmHg

b.      EKG : Ditsrimia Jantung

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

1.      Analisa gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg (karena

peningkatan CO2 adalah peyebab masalah).

2.      Untuk asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma akan

meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang

mengekresikan lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak baja.

3.      Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada rentang

normal. Apabila kompensasi tidak berhasil maka PH memperlihatkan konsentrasi H+ yang

tinggi (< 7,35).

4.      PH urine akan menjadi asam (menurun 6,0).

5.      PO2 sama dengan normal atau mengalami penurunan.

6.      Saturasi O2 sama dengan menurun.

7.      Kalium serum sama dengan normal atau meningkat.

8.      Kalsium serum sama dengan meningkat.

9.      Klorida sama dengan menurun.

10.   Asam laktat sama dengan meningkat.

11.  Roentgen dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.

12.  Pemeriksaan EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK.
 H.    PENATALAKSANAAN

 1.      Penatalaksanaan Perawat

a)      Pengobatan Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan :

1)      Pengubahan posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam posisi semi

fowler (memfasilitasi ekspansi dinding dada).

2)      Latih untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang (meningkatkan ekshalosi CO2).

3)      Membantu dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika diperlukan

(memperbaiki fentilasi perfusi).

4)      Hidrasi yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa tetap

lembab dan karenanya memfasilitasi pembuangan sekresi.

5)      Kadar O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari bilamana tidak ada

riwayat hiperkapnea kronik.

6)      Ventilasi mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki ventilasi

pulmonary.

7)      Pemantauan gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi tanda-tanda

kenaikan PaCO2 dan kemunduran ventilasi alveolar.

2.      Penatalaksanaan medis

a)      Pemberian preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi. Contohnya : bronkodilator

membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang digunakan untuk infeksi

pernafasan.

b)      Tindakan hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran

pernafasan dari mucus dan drainase purulen.


ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK

A.    PENGKAJIAN

1.      Pengumpulan data : pasien datang dengan keluhan” sesak napas “

  a.       Identitas pasien

1)      No. Register  :

2)      Nama             : Ny.Cinthia

3)      Jenis  kelamin: Perempuan

4)      Umur             : 35th

5)      Pendidikan    : SMA

6)      Pekerjaan       : wiraswasta

7)      Status             : sudah nikah

8)      Agama           : islam

9)      Alamat           : sugio_lamongan

10)  Tanggal waktu datang :

11)  Orang yang dapat dihubungi …………….. (telp) ……………

12)  Diterima dari………… rumah sakit…………. datang sendiri…. Lain-lain.

b.      Riwayat kesehatan

a)      Keluhan utama

Klien mengatakan bahwa sering merasa pusing.

Klien mengatakan berat badannya turun 5 kg dalam 2 bulan terakhir.

Klien terlihat letih dan lemah.

Mata klien terlihat pucat.

b)      Riwayat kesehatan sekarang

1)      Hal yang mendahului keluhan :


2)      Sifat terjadinya gejala :

3)      Lokalisasinya gejala dan sifatnya :

4)      Berat ringannya keluhan dan perkembangannya :

5)      Lamanya keluhan berlangsung :

6)      Upaya mengatasi

c)      Riwayat kesehatan yang lalu

1)      Riwayat pemakaian jenis obat ………………… jumlah dosis ………… jumlah dosis terakhir …………

pemakainnya …………..

2)      Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah dialami,

atau riwayat masuk rumah sakit atau riwayat kecelakaan.

3)      Lain-lain….

d)     Riwayat kesehatan keluarga/keturunan

(penyakit dari salah seorang anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien saat

ini).

e)      Pola/kebiasaan

1)      Pola nutrisi

·         Diet khusus/suplemen :

·         Nafsu makan :

·         Pola makan : teratur

2)      Pola minum : -

3)      Berat badan sebelumnya :     ;   dan  BB terakhir :

4)      Penggunaan gigi palsu : -

5)      Kesukaran menelan :

f)       Pola eliminasi

1)      B.A.B : …. kali/hari, warna …tidak terkaji……….

2)      B.A.K : …. Kali/hari, warna …tidak terkaji……....

g)      Pola aktivitas
1)      Pekerjaan : ibu rumah tangga

2)      Jam kerja :_

3)      Kemampuan melakukan aktivitas :

h)      Personal hygiene

1)      Mandi : -

2)      Berpakaian : -

3)      Rambut : -

4)      Gigi dan mulut : -

5)      Kuku : -

i)        Pola persepsi

1)      Persepsi terhadap penyakit : -

2)      Persepsi terhadap arti kesehatan : -

j)        Pola istirahat

1)      Jam tidur : kurang

2)      Masalah selama tidur : sering begadang

k)      Pola hubungan dan peran

1)      Pekerjaan : pegawai

2)      Status pekerjaan : -

3)      Kemampuan bekerja : -

4)      Hubungan dengan klien : -

5)      Gangguan terhadap peran : -

i)        Pola nilai dan keyakinan

1)      Pantangan dalam agama selama sakit : -

2)      Kebutuhan rohani : -

2.      Pemeriksaan Fisik

a.       Aktivitas/istirahat
1)      Gejala  : kelelahan

2)      Tanda  : ataksia, kehilangan koordinasi

b.      Sirkulasi

1)      Tanda  : hipotensi

2)      Nadi kuat, kulit hangat berkenaan dengan hivopentilasi menunjukkan vase dilatasi (asidosisi

berat)

3)      Takikardia, sianosis.

c.       Makanan/cairan

Gejala        : mual atau muntah

d.      Neurosensori

1)      Gejala  : sakit kepala dangkal, pusing, gangguan penglihatan.

2)      Tanda  : ketakutan, gelisah, tremor, penurunan reflek.

e.       Pernapasan

1)      Gejala : dipsnea dengan pergerahan tenaga

2)      Tanda  : peningkatan upaya pernapasan dengan pernapasan cuping hidung atau menguap

            Penurunan frekuensi pernapasan.Mengi, stridor.

B.     DIAGNOSE KEPERAWATAN

1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO 2, penurunan asupan oksigen,

hipoventilasi, narcosis CO2.

2.      Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, peningkatan

pH sel-sel miokardium.

3.      Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO 2,

hipoksemia pada pembuluh darah otak.


 C.     RENCANA INTERVENSI

Rencana intervensi keperawatan pada klien adalah klien tidak mengalami gangguan gas,

tidak terjadi peningkatan TIK, tidak ada perubahan napas, dan perfusi jaringan optimal

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan oksigen,

hipoventilasi, narcosis CO2

Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak terjadi

Intervensi Rasional

Kaji klien yang dicurigai mengalami Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut adalah

asidosis respiratorik secara cepat memulihkan ventilasi efektif secepatnya dengan

dan tepat memberikan terapi O2 dan mengatasi sebab yang

mendasarinya

Istirahatkan klien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

fowler optimal.

Istirahat akan mengurangi kerja jantung,

meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan

menurunkan tekanan darah.

Cari factor penyebab yang Apabila klien hiperkapsnea kronis mengalami

memperberat asidosis respiratorik. peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari factor-

faktor penyebab seperti pneumonia atau emboli paru

yang dapat memperberat kelainan yang

mendasarinya serta dapat mempercepat terjadinya

krisis.

Manajemen lingkungan : lingkungan Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri

tenang dan batasi pengunjung eksternal dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang


akan berkurang apabila banyak pengunjung yang

berada di ruangan.

Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru

kesadaran, catat sianosis serta yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital

perubahan warna kulit, termasuk dan jaringan tubuh.

membrane mukosa dan kuku.

Pantau kadar hemoglobin Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan dalam

ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan

O2dalam darah menurun sebagai akibat ventilasi

mekanik dan suplemen akan minimal. Pengukuran

berkala hemoglobin perlu untuk kalkulasi

kandungan O2 yang akan menentukan kebutuhan

untuk tranfusi sel darah merah.

Beri O2 4 liter/menit Pemenuhan O2 pada klien yang mengalami

hipoksemia

Kolaborasi pemilihan pemberian Mekanisme pathogenesis peningkatan permeabilitas

cairan alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan

alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada

orang normal dapat menyebabkan edema paru dan

gagal pernapasan. Pilihan koloid versus cairan

kristaloid unutk menggantikan terapi  masih

controversial. Meskipun perkembangan teknologi,

pengukuran berat badan harian akurat

(kecenderungan) sering merupakan indicator

penting terhadap ketidakseimbangan cairan.

Tujuan utama terapi cairan adalah untuk

mempertahankan parameter fisiologis normal.


Kolaborasi untuk memantau gas Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat akan

darah secara ketat melihat dengan cepat perkembangan setelah

mendapat intervensi.

Kolaborasi pemberian ventilasi Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis.

mekanik. Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam

pemberian O2 pada klien-klien hiperkapnea kronis.

Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi elektrikal,

peningkatan pH sel-sel miokardium.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru sekunder akibat

dekompensasi jantung.

Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume

cairan.

Istirahatkan klien dengan posisi Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

fowler optimal. Istirahat akan mengurangi kerja

jantung, meningkatkan tenaga cadangan

jantung, dan menurunkan tekanan darah.

Lamanya berbaring juga meransang dieresis

karena berbaring akan memperbaiki perfusi

ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot

pernapasan dan penggunaan oksigen.

Frekuensi jantung menurun yang akan

memperpanjang waktu diastole pemulihan,

sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi


jantung.

Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung mengakibatkan

gangguan perfusi ginjal, retensi air/air, dan

penurunan pengeluaran urine.

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba pada berat badan

menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.

Pertahankan pemasukan total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang

cairan 2.000 ml/24 jam dalam dewasa, tetapi memerlukan pembatasan

toleransi kardiovaskular. dengan adanya dekompensasi jantung

Kolaborasi : Hipokalemi dapat membatasi keefektifan

          Pantau data laboratorium terapi.

elektrolit kalium.

Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan akut PaCO 2,

hipoksemia pada pembuluh darah otak.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.

Intervensi Rasional

Baringkan klien (bed rest) total Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat

dengan posisi tidur terlentang tanpa menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.

bantal.

Pantau tanda-tanda neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.

dengan GCS.

Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Pada keadaan normal, autoregulasi

nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik

pada hipertensi sistolik. berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler

akan menyebabkan kerusakan vascular serebral


yang dapat di manifestasikan dengan peningkatan

sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan

diastolic. Sedankan peningkatan suhu dapat

menggambarkan perjalanan infeksi.

Bantu pasien untuk membatasi Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan

muntah, batuk. Anjurkan pasien intracranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas

untuk mengeluarkan napas apabila sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat

bergerak atau berbalik ditempat melindungi diri dari efek valsava.

tidur.

Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan

batuk dan mengejan berlebihan. intracranial dan potensial terjadi perdarahan ulang.

Ciptakan lingkungan yang tenang Ransangan aktivitas yang meningkat dapat

dan batasi pengunjung. meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan

ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan

terhadap perdarahan dalam kasus stroke

hemoragik/perdarahan lainnya.

Kolaborasi :

          Berikan cairan per infuse dengan Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular dan

perhatian ketat. tekanan intracranial, retriksi cairan dapat

menurunkan edema serebral.

          Monitor natrium serum. Monitor kadar natrium serum dan dengan

mengobservasi perubahan-perubahan dalam tanda-

tanda neurologis.

D.    IMPLEMENTASI

1.      Mengkaji pasien terhadap asidosis respiratorik.


2.      Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi fowler

3.     Mencari factor penyebab yang memperberat asidosis respiratorik.

4.      Membuat manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung

5.      Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis serta perubahan warna kulit,

termasuk membrane mukosa dan kuku.

6.      Memantau kadar hemoglobin

7.      Memberikan O2 4 liter/menit

8.     Mengauskultasi bunyi napas (krakles)

9.      Mengkaji adanya edema.

10.  Mengistirahatkan klien dengan posisi fowler

11.  Mengukur intake dan output.

12.  Menimbang berat badan

13.  Mempertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskular.

14.  Membaringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal.

15.  Memantau tanda-tanda neurologis dengan GCS.

16.  Memonitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada hipertensi

sistolik.

17.  Membantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untukmengeluarkan

napas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.

18.  Menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.

19.  menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.

Kolaborasi :

1.      Memantau gas darah secara ketat

2.      memberikan ventilasi mekanik.

3.      Memberikan cairan per infuse dengan perhatian ketat.

4.      Memonitorkan natrium serum.


E.     EVALUASI  

1.      Dx 1 :

Hasil yang diaharapkan

a.       Melaporkan tak adanya /penurunan dipsnea

b.      Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan

c.       Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat

d.      Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 : HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO2 40 mmHg

2.      Dx 3 :

Hasil yang diharapkan

a.       klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit respons batuk

berkurang.

3.      Dx 4 :

Hasil yang diharapkan

a.       klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS 4,5,6; pupil isokor;

refleks cahaya (+).

b.      Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-36,7o C, pernapasan 16-

20 kali permenit),

c.       serta klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi, iritabel, hirefleksia,

dan spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul koma, kejang.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner  & Suddarth. Ed. 8.

Jakarta:EGC

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Peratawan Pasien. Ed.3. Jakarta. EGC

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M., Resenberg, M.T,. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC),

second edition, Mosby; USA

Mutaqqin, Arif. 2009, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular

Dan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika

hhtp://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/0001-asidosis-respiratorik.pdf

Anda mungkin juga menyukai