Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan

professional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan

gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial yang

komprehensif, ditujukan kepada pasien yang mempunyai masalah

actual atau resiko yang mengancam kehidupan terjadinya secara

mendadak disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

Pasien kritis memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi,

sehingga dengan mengenali ciri-cirinya dengan cepat dan

penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang berada dalam

keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan

memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2009). Salah satu

penyakit yang termasuk gawat darurat yaitu epilepsi.

Epilepsi dapat terjadi pada pria maupun wanita dan pada semua

umur. Insiden epilepsi di dunia berkisar antara 33-198 tiap 100.000

penduduk tiap tahunnya. Laporan WHO memperkirakan penderita

epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang dan 80% tinggal di

negara berkembang. Angka prevalensi epilepsi pada umumnya

berkisar antara 5-10 per 1000 orang penduduk. Kejadian epilepsi pada

laki-laki sebesar 5,88 dan perempuan sebesar 5,51 tiap 1000

penduduk (WHO, 2010).

1
Prevalesi epilepsi di Indonesia berkisar antara 0,5-2%. Sekitar

1,1 juta hingga 1,3 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit

epilepsi (Depkes, 2010). Ditaksir bahwa 0,1-0,4% dari masyarakat

umum menderita epilepsi dan 77% dari semua epilepsi adalah

idopatik. Yang idiopatik bisanya mulai antara usia 10-20 tahun.

Permulaan yang timbul sebelum dan sesudah usia-usia ini sering

merupakan epilepsi simtomatik dan diperlukan pemeriksaan yang

seksama (Maramis, 2010).

Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan

gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa

serangan-serangan yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya

ketidaknormalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak

karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf) peka rangsang yang

berlebihan, yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik,

otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan

lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak (Gofir dan Wibowo,

2009)

Manajemen pelayanan di Ruangan ICU Bhayangkara Makassar

dalam fungsi Kepegawaian misalnya penentuan kebutuhan staf,

rekrutmen, pengembangan staf di laksanakan langsung oleh pihak

rumah sakit dan bidang keperawatan, sedangkan dalam penjadwalan

dan penugasan di ruangan di buat langsung oleh kepala ruangan

dengan melibatkan para staf. Dalam hal kepemimpinan kepala

ruangan terkadang mendelegasikan tugasnya kepada bawahan yang

2
di anggap mampu dan bertanggung jawab, pengambilan keputusan

melibatkan staf, manajemen konflik menggunakan pemecahan

masalah dengan pola komunikasi yang terbuka, sedangkan dalam

fungsi misalnya audit pasien selalu di lakukan pencatatan dan

penginputan data tiap hari melalui sistem komputer ataupun

penulisan. Pendokumentasian asuhan keperawatan kepala ruangan

selalu memeriksa buku laporan dan rekam medik pasien setiap pagi

dan jika ada yang tidak lengkap maka perawat yang dinas pada saat

itu harus melengkapinya.

Manajemen pelayanan RS. Bhayangkara, seperti alur

penerimaan pasien; pasien masuk melalui IGD, jika pasien kritis

pasien di pindahkan ke ICU namun jika pasien tidak kritis, pasien di

observasi beberapa jam kemudian dipindahkan ke perawatan. Namun

khususnya pada kasus kelolaan (epilepsi), pasien merupakan rujukan

dari RS.Awal Bros kemudian ditangani di IGD RS. Bhayangkara.

Setelah di observasi pasien di pindahkan di ruangan. Setelah

beberapa hari dirawat di perawatan Garuda, kondisi pasien memburuk

dan segera dipindahkan ke ruang ICU RS. Bhayangkara untuk

mendapatkan pertolongan dan perawatan secara intensif karena

kondisi klien mengalami penurunan kesadaran dan kejang berulang.

Di ruang ICU RS. Bhayangkara hanya pasien yang menular yang di

pisahkan dengan pasien lain seperti pasien TB. Pada pasien epilepsi

ruang rawatnya digabung dengan pasien lain hanya tirai yang

membatasi. Perawat mengobservasi pasien setiap jam untuk

3
memantau perkembangan status kesehatan pasien. Di ruang ICU RS.

Bhayangkara belum memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)

untuk menangani pasien epilepsi.

Melihat kenyataan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk

mengangkat manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan pada

klien epilepsi untuk dijadikan karya ilmiah akhir.

B. TUJUAN UMUM

Untuk memperoleh gambaran nyata tentang manajemen pada

klien dengan epilepsi melalui pendekatan proses keperawatan di ruang

ICU RS.Bhayangkara Makassar.

C. TUJUAN KHUSUS

a. Memperoleh gambaran nyata tentang manajemen

pelayanan keperawatan pada klien dengan epilepsi di ruang ICU

RS. Bhayangkara Makassar.

b. Memperoleh gambaran nyata tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan epilepsi meliputi: pengkajian,

analisa data, merumuskan diagnosa, perencanaan, implementasi

dan evaluasi keperawatan di ruang ICU RS. Bhayangkara

Makassar.

4
D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi bidang akademik

Karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan

sebagai salah satu sumber informasi dan acuan dalam penerapan

asuhan keperawatan pada klien dengan epilepsi, dapat

meningkatkan kemandirian pada pasien epilepsi.

2. Bagi Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan asuhan

keperawatan yang diberikan mencakup asuhan keperawatan yang

komprehensif (melibatkan berbagai disiplin ilmu kesehatan),

kolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan lain serta melibatkan

keluarga dalam merawat pasien epilepsi.

3. Bagi Perawat

Diharapkan ngnyabagi perawat atau petugas kesehatan

lainnya untuk lebih meningkatkan pelayanan pada pasien yang

mempunyai resiko terjadinya epilepsi untuk memberikan

penyuluhan akan pentingnya hidup sehat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan umum,

tujuan khusus, manfaat penulisan, sistematika penulisan, tempat dan

waktu pelaksanaan pengambilan kasus, metode penulisan; Bab II:

Laporan pelaksanaan praktik yang meliputi manajemen pelayanan

5
keperawatan di ruang kritis dan gawat darurat terdiri dari pengkajian

dan analisa situasi ruangan, perencanaan (strategis dan operasional),

implementasi, evaluasi, Manajemen asuhan keperawatan pada pasien

kritis dan gawat darurat terdiri dari pengkajian keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi; Bab III: Tinjauan kasus

kelolaan yang meliputi tinjauan teori: konsep dasar medis terdiri dari

pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan

medik, konsep asuhan keperawatan yang lazim muncul (NANDA),

intervensi, implementasi, evaluasi, tinjauan kasus terdiri dari

pengkajian, klasifikasi data, analisa data, prioritas dan perumusan

masalah, diagnosis keperawatan, perencanaan keperarawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi; Bab IV: Pembahasan kasus

kelolaan; Bab V: Penutup yang meliputi kesimpulan dan Saran;

Daftar pustaka.

F. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan laporan manajemen pelayanan dan asuhan

keperawatan dilaksanakan di ruang ICU RS. Bhayangkara Makassar

mulai dari tanggal 13 Oktober s/d 02 November 2014.

6
G. METODE PENULISAN

1. Studi kepustakaan

Melalui studi kepustakaan penulis mendapatkan bahan-bahan

masukan berupa buku-buku dan diktat-diktat lain yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Studi kasus

Dalam mengumpulkan data, penulis mengamati secara langsung

di ruang ICU RS. Bhayangkara Makassar dengan menggunakan

beberapa tehnik sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu mengadakan wawancara pada pihak-pihak yang terlibat

dan dilibatkan seperti : keluarga dan tim kesehatan lainnya,

untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Observasi

Selain menggunakan wawancara penulis juga memakai cara

pengamatan, agar penulis dapat mengetahui dan melihat

langsung segala kegiatan yang dilaksanakan keperawatan di

ruangan serta mengetahui keadaan klien selama pre, intra dan

pasca operatif diruang ICU RS. Bhayangkara Makassar

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik secara umum yaitu : pengkajian secara

menyeluruh tentang semua sistem tubuh yang meliputi

pemeriksaan secara : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

7
d. Mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing dan CI lahan

diruang praktek.

e. Mempelajari status dokumentasi dengan catatan rekaman

medik.

Anda mungkin juga menyukai