Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME INDIVIDUAL

PENUGASAN MINGGU KE - 5

MATA KULIAH KEPERAWATAN KRITIS

Dosen :

OLEH :

NAMA : DWI FITRI CHAIRUNNISA


NIM : 1020032025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021

PSIK Transfer Universitas Faletehan 1


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FIKES UNIVERSITAS FALETEHAN
Jl. Raya Cilegon KM.06 Pelamunan Kramatwatu Serang
e-mail : info@uf.ac.id

Materi Resume
GAGAL NAFAS
A. Definisi
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45mmHg (Hiperkapnia).
(Smeltzer & Barr, 2002)
B. Etiologi
1. Penyebab sentral
- Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
- Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
- Kelainan di paru : edema paru, atelectasis, ARDS
- Kelainan tulang iga/thoraks : fraktur costae, pneumothorax,
haemothorax
- Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2. Penyebab perifer
- Trauma kepala : contusio serebri
- Radang otak : encephalitis
- Gangguan vaskuler : perdarahan otak, infrak otak
- Obat-obatan : narkotika, anestesi
Kadar oksigen (PaO2 < kPa) atau CO2 (PacO2 > 6,7 kPa) arterial yang
abnormal digunakan untuk menentukan adanya gagal nafas. Maka gagal
naoas dibagi menjadi :
1. Hipoksemia (tipe 1) : kegagalan transfer oksigen dalam paru.

PSIK Transfer Universitas Faletehan 2


2. Hipoksemia (tipe 2) : kegagalan ventilasi untuk mengeluarkan CO2
(Hudak and Gallo, 2010)
C. Manifestasi Klinis
Tanda
1. Gagal nafas total
- Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
- Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan
sela ig serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
- Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan
2. Gagal nafas parsial
- Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, crowing dan
whizzing
- Ada retraksi dada
Gejala
1. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PacO2)
2. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringan atau sianosis
(PO2 menurun )
(Price & Wilson, 2006)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan analisa gas darah arteri (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit serum, sitology, urinalisis,
bronkogram, bronkoskopi
3. Pemeriksaan rontgen dada
Untuk melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses
penyakit yang tidak diketahui
4. Pemeriksaan sputum, fungsi paru, angiografi, pemindahan
ventilasi-perfusi
5. Hemodinamik
6. EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan, Disritmia

PSIK Transfer Universitas Faletehan 3


E. Penatalaksanaan (Hudak and Gallo, 2010)
Penatalaksanaan Suportif/Non Spesifik
Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung
ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas, yaitu:
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
2. Atasi Hiperkarbia : Perbaiki ventilasi
a. Perbaiki jalan nafas
b. Bantuan Ventilasi : Face mask, ambu bag
c. Ventilasi Mekanik
3. Terapi lainnya
a. Fisioterapi dada
b. Bronkodilator
c. Antikolinergik/parasimpatolik
d. Teofilin
e. Kortikosteroid
f. Ekspektoran
Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik
Sambal dilakukan resusitasi (terapi supportif) diupayakan untuk mencari
diupayakan mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada
etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit akan berlainan.
Semua terapi diatas dilakukan dalam upaya mengoptimalkan pasien gagal nafas di
UGD sebelumnya, selanjutkan nanti akan di rawat diruang ICU. Penanganan lebih
lanjut terutama masalah penggunaan ventilator akan dilakukan di ICU
berdasarkan guidlies penanganan pasien gagal nafas di ICU pada tahap
berikutnya.
F. Masalah yang lazim muncul (Nanda, 2015)
1. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi protein dan cairan dalam
intersititial/area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan surfaktan
2. Disfungsi respon penyapihan ventilator b.d ketidakmampuan
beradaptasi dengan dukungan ventilator, ketidaktepatan laju penurunan
dukungan ventilator
3. Resiko cidera

PSIK Transfer Universitas Faletehan 4


4. Resiko infeksi
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai kebutuhan
oksigen
G. Discharge Planning
1. Jika terdapat penyakit pernapasan sejak lama, diharapkan dapat
mengetahui factor penyebab dan penanganannya sehingga
menghindarkan terjadinya gagal nafas.
2. Jika melakukan pendakian gunung yang kadar oksigennya tipis
diharuskan membawa tabung oksigen dan biasakan untuk menjaga
kebugaran tubuh.
3. Patuhi aturan untuk pemakaian obat untuk menghindari overdosis yang
dapat mengakibatkan hipoventilasi.
4. Hindari rokok dan pemakaian obat terlarang serta hindari minum yang
beralkohol.
5. Konsultasikan indikasi penyebab dan penanganan darurat jika tidak
ada yang tenaga medis.
6. Bagi tenaga medis harus diperhatikan penyakit yang dapat
mengakibatkan gagal napas dan biasanya pasien dengan ventilator
mekanik, dan lakukan pengkajian secara kontinyu status pernapasan
dan kebutuhan akan bantuan ventilator, lakukan pengukuran gas darah
arteri secara sering atau sesuai instruksi. Dokter, pantau saturasi
oksigen arteri dengan oksimetri nadi, rekomendasikan formula tinggi
lipid daripada tinggi karbohidrat untuk intravena yang berlebihan dan
sebaiknya, asupan cairan yang kurang, pertahankan curah jantung yang
adekuat dll.
(Harper E.A, 1998; Fredericton, Nb, 2002)

PSIK Transfer Universitas Faletehan 5


H. Patofisiologi
Pemahaman mengenai patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang
sangat penting di dalam hal penatalaksanaannya. Secara umum terdapat
empat dasar mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem pernafasan
yaitu :3 1. Hipoventilasi 2. Ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi 3.
Pintasan darah kanan ke kiri 4. Gangguan difusi. Kelainan ektrapulmonel
menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan intrapulmonel dapat
meliputi seluruh mekanisme tersebut.3 Sesuai dengan patofisiologinya
gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam 2 bentuk yaitu: hiperkapnia atau
kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau kegagalan oksigenasi. Gagal
nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi yang ditandai
dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH yang abnormal,
penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di alveoli-arteri (A-
a) DO2 meningkat atau normal.
Kegagalan ventilasi dapat disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan
ektrapulmoner dan ketidakseimbangan V/Q yang berat pada kelainan
intrapulmoner atau terjadi kedua-duanya secara bersamaan. Hiperkapnia
yang terjadi karena kelainan ektrapulmoner disebabkan karena terjadinya
penurunan aliran udara antara atmosfer dengan paru tanpa kelainan
pertukaran gas di parenkim paru. Dengan demikian akan didapatkan
peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dan nilai (A-a) DO2 normal.
Kegagalan ventilasi pada penderita penyakit paru terjadi sebagai berikut :
sebagian alve5oli mengalami penurunan ventilasi relatif terhadap perfusi,
sedangkan sebagian lagi terjadi peningkatan ventilasi relative terhadap
perfusi. Awalnya daerah dengan ventilasi rendah dapat dikompesasi
dengan daerah terventilai tinggi sehingga tidak terjadi peningkatan PaCO2.
Tetapi apabila ketidakseimbangan ventilasi ini sudah semakin beratnya
maka mekanisme kompensasi tersebut gagal sehingga terjadi kegagalan
ventilasi yang ditandai oleh peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dengan
peningkatan (A-a) DO2 yang bermakna.3 Pada gagal nafas tipe
hipoksemia, PaCO2 adalah normal atau menurun, PaO2 adalah menurun
dan peningkatan (A-a) DO2. Gagal nafas tipe ini terjadi pada kelainan

PSIK Transfer Universitas Faletehan 6


pulmoner dan ektrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia terjadi
akibat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan pintasan darah kanan-kiri,
sedangkan gangguan difusi dapat merupakan gangguan penyerta.3
Indikator gagal nafas frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi
(normal 10-20 ml/kg).
I. Klafisikasi
Berdasarkan pada pemeriksaan AGD, gagal nafas dapat dibagi menjadi 3
tipe :
Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia arteri ditandai
dengan tekanan parsial O2 arteri yang rendah.
Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia ditandai dengan
peningkatan tekanan parsial CO2 arteri yang abnormal (PaCO2 > 46 mm
Hg), dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh
karena itu perbedaan PAO2 - PaO2 masih tetap tidak berubah.
Tipe III adalah gabungan antara kegagalan oksigenasi dan ventilasi
ditandai dengan hipoksemia dan hiperkarbia penurunan PaO2 dan
peningkatan PaCO2.

PSIK Transfer Universitas Faletehan 7


J. Pathways

Etiologi(bronkiolitis, status
Permaebilitas membrane Penurunan respon
asmatikus, pneumonia, kelainan
alveolar kapiler pernafasan dan otot
neurologis, trauma/obstruksi
pernapasan
jalan napas)

Gang epithelium
alveolar

Penumpukan cairan Intoleransi Aktivitas


alveoli

Kelelahan, diaporosis,
Oedem pulmo
sianosis

Penurunan complain Kerja nafas Gangguan Pertukaran


paru
Gas
Gangguan
Cairan surfaktan pengembangan paru
(atelaktasis), kolaps Hipoventilasi alveoli
menurun
alveoli
Penurunan curah jantung Ventilasi mekanik
Gang difus dan retensi
CO2
Gagal jantung
Disfungsi penyapihan
Hipoksiaventilasi
jaringan
Kardio respirasi arest
Resiko infeksai

Otak Kardiovaskuler Resiko&cidera


Hipoksemia hiperkapnea

Sel otak mati Mekanisme kompensasi Penurnan O2 dan CO2,


(peningkatan tekanan darah dan dyspnea, sianosis
heart rate)
Tekanan intrakranial
Tindakan primer :
Dekompensasi (penurunan Tekanan bantuan dasar hidup
Kejang, pusing, gelisah,
darah dan CO2, bradikardia)
penurunan kesadaran

PSIK Transfer Universitas Faletehan 8


Daftar Referensi

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Edisi
revisi jilid 1. Jogjakarta. Mediaction Jogja.

PSIK Transfer Universitas Faletehan 9

Anda mungkin juga menyukai