Abstrak
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit
Bhayangkara Pontianak bulan maret 2015, didapatkan 7 kasus preeklamsia. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik yang meliputi usia, paritas, pendidikan,
pekerjaan, status ekonomi dengan kejadian preeklamsia. Penelitian menggunakan metode
deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif. Subyek penelitian ini adalah ibu hamil yang
mengalami preeklamsia di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak. Penelitian ini menggunakan
sampel seluruh populasi yang ada (total populasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39
kasus ibu dengan preeklamsia banyak terjadi pada kelompok usia 20-35 tahun (76,92%), pada
ibu hamil primigravida (82,05%), tingkat pendidikan Atas (74,36%), pada ibu yang tidak bekerja
(56,41%), ibu dengan status ekonomi kurang (66,67%), tidak ada hubungan antara karakteristik
ibu hamil dengan kejadian preeklamsia. Bagi tempat pelayanan agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan dan memberikan pendidikan kesehatan agar mengurangi kasus preeklamsia.
perdarahan postpartum), infeksi (biasanya obstetrik 85, aborsi 8% dan lain-lain 10,9%
setelah melahirkan), tekanan darah tinggi (Depkes RI, 2011).
selama kehamilan (preeklamsia dan Data profil kesehatan Provinsi
eklamsia) dan aborsi tidak aman (WHO, Kalimantan Barat menunjukkan pada tahun
2010). 2013 di Provinsi Kalimantan Barat, tercatat
Penelitian-penelitian sebelumnya sebanyak 96 kasus kematian ibu, dengan
mengenai preeklamsia yang dilakukan oleh rincian 3 kasus kematian ibu hamil, 90 kasus
Gitasari tahun 2008 di RSUD dr. M Ashari kematian ibu pada saat persalinan serta
Pemalang dengan menggunakan responden sebanyak 3 kasus kematian ibu nifas.
sebesar 70 ibu hamil yang menderita Sehingga jika dihitung angka kematian ibu
preeklamsia menunjukkan ada hubungan dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak
antara usia ibu dan umur kehamilan dengan 90.117, maka kematian ibu maternal di
kejadian preeklamsia. Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013
penelitian yang dilakukan Lestari adalah sebesar 107 per 100.000 kelahiran
tahun 2010 dengan mengambil sampel 38 hidup. Dengan Kota Pontianak memiliki
ibu hamil trimester II dan trimester III dari angka kematian ibu berjumlah 7 dari 11.316
besar populasi 190 orang di RSUD Kota kelahiran hidup pada tahun 2013 (Dinkes
Semarang menunjukkan ada hubungan Kalbar, 2013).
antara umur, paritas dan pendidikan dengan
pengetahuan ibu hamil tentang preeklamsia Metode
dan eklamsia (Latifah, 2014). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
Berdasarkan hasil Survey Demografi deskriptif korelasional dengan pendekatan
Kesehatan Indonesia tahun 2012 angka cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada
kematian ibu di Indonesia tercatat bulan Februari hingga Juli 2017 di Rumah
mengalami kenaikan yang signifikan sekitar Sakit TK II Kartika Husada Kabupaten Kubu
359/100.000 kelahiran hidup. Angka Raya. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu
tersebut mengalami kenaikan jika hami yang mengalami preeklamsia bulan
dibandingkan dengan SDKI tahun 2007, Januari hingga Desember tahun 2016
dimana angka kematian ibu sekitar sebanyak 39 orang. Peneliti menggunakan
228/100.000 kelahiran hidup. Banyak faktor semua jumlah populasi sebanyak 39 orang
penyebab kematian ibu diantaranya adalah sebagai sampel. Pengumpulan data
perdarahan nifas sekitar 26,9%, eklamsi saat menggunakan kuesioner kemudian diolah
bersalin 23%, infeksi 11%, komplikasi dan dianalisis menggunakan analisis
puerperium 8%. Trauma obstetrik 55, emboli univariat serta analisis bivariat
menggunakan uji chi square.
Tinggi (>1.625.000) 13 33
Preeklamsia
Preeklamsia Ringan 33 15
Preeklamsia Berat 39 85
kematian. Wanita yang usianya lebih tua Orang yang berpendidikan tinggi akan
memiliki tingkat resiko komplikasi memberikan respon yang lebih rasional
melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan terhadap informasi yang datang dan alasan
dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berfikir sejauh mana keuntungan yang
berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai mungkin akan mereka peroleh akan
melemah juga kemungkinan munculnya gagasan tersebut. Perempuan yang tidak
berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti lagi meyakini atau sudah longgar
darah tinggi, diabetes, dan berbagai keyakinannya dengan adat istiadat. Mereka
penyakit lainnya termasuk preeklamsia lebih mudah mengadopsi informasi tantang
(Gunawan, 2010). kesehatan dari bidan atau tenaga kesehatan
Berdasarkan penelitian yang ataupun media cetak atau eletronik
dilakukan Ernisfi di Rumah Sakit Bhakti (Juariah, 2009).
Yudha Depok Tahun 2008 - 2010 Dari hasil penelitian Agung
menunjukkan dari 100 orang responden Supriandono dan Sulchan Sofoewan
yang mengalami preeklamsia terdapat 86% menyebutkan bahwa 49,7% kasus
responden berumur 20 – 35 tahun. preeklamsia berat mempunyai pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian kurang dari 12 tahun.
didapatkan sebagian besar dari responden Berdasarkan hasil penelitian
memiliki 1 anak yang dilahirkan baik mati didapatkan bahwa sebagian besar dari
maupun hidup yaitu sebanyak 32 orang responden yaitu sebanyak 22 orang
(82,05%) dan sebagian kecil dari responden (56,41%) tidak bekerja, dan sebagian dari
memiliki >1 anak yaitu sebanyak 7 orang responden yaitu sebanyak 17 orang bekerja
(17,95%). (43,59%).
Paritas merupakan faktor penting Ibu hamil yang bekerja dan
yang menunjang keberhasilan kehamilan bertanggung jawab untuk pekerjaan rumah
dan persalinan. Pada primigravida pada tangganya mempunyai resiko komplikasi
pembentukan antibodi meningkatkan lima kali lebih besar. Berdasarkan
(blocking antibodies) atau penghambat penelitian resiko komplikasi pada ibu hamil
pembentukan antibodi, belum sempurna meningkat 2-3 kali dengan tingkat stres
sehingga meningkatkan resiko pada yang tinggi. Dalam waktu pendek, tingkat
preeklamsia perkembangan preeklamsia stres akan menyebabkan gejala rasa lemas,
semakin meningkatkan pada kehamilan kurang tidur, perasaan cemas berlebihan,
pertama. Pada primigravida frekuensi nafsu makan terganggu. Jika tidak diatasi
preeklamsia lebih tinggi bila dibandingkan akan dapat menimbulkan masalah
dengan multigravida, terutama primigravida kesehatan (Hersianna, 2012).
muda. Dengan demikian diharapkan kepada Berdasarkan hasil penelitian yang
ibu-ibu untuk tidak terlalu dekat jika ingin dilakukan Sri Karyati, dkk (2014)
memiliki anak agar kesejahteraan ibu dan didapatkan ibu yang tidak bekerja yaitu
janin terjamin tanpa ada penyulit lain sebanyak 62,3% dari 53 responden.
(Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian
Catatan statistik menunjukkan dari didapatkan bahwa sebagian besar dari
seluruh insiden dunia, dari 5% - 8% responden dengan status ekonomi kurang
preeeklamsia dari semua kehamilan, yaitu sebanyak 26 orang (66,67%), dan
terdapat 12% lebih dikarenakan oleh sebagian kecil dari responden yaitu
primigravida. sebanyak 13 orang (33,33%) dengan status
Berdasarkan hasil penelitian ekonomi tinggi.
didapatkan bahwa sebagian besar dari Sekelompok masyarakat yang kurang
responden dengan pendidikan atas (SMA- mampu untuk membiayai perawatan
PT) yaitu sebanyak 29 orang (74%), kesehatan sebagaimana mestinya. Wanita
sebagiannya lagi dengan pendidikan dasar yang memiliki pendapatan rendah dengan
(SD-SMP) yaitu sebanyak 10 orang (26%). pemeriksaan antenatal yang kurang atau
Tingkat pendidikan seseorang akan tidak sama sekali merupakan faktor
berpengaruh dalam memberikan respon predisposisi terjadinya preeklamsia atau
terhadap sesuatu yang datang dari luar. eklamsia (Taber, 1994).
Walaupun demikian, menurut Efri Secara statistik tidak ada hubungan antara
Widianti, dkk (2007) penghasilan tak umur ibu dengan kejadian preeklamsia,
berpengaruh langsung terhadap pernyatan ini sependapat dengan penelitian
pengetahuan seseorang. Umur juga sangat Dewi Wahyuni (2014) yang menyatakan
mempengaruhi pengetahuan dalam hal tidak ada hubungan antara umur dengan
pemahaman terhadap informasi yang ada kejadian preeklamsia. Hal ini dikarenakan
dan semakin bertambah usia seseorang sebagian besar umur ibu berkisar antara
maka pengetahuan juga bertambah dan 20-35 tahun.
menjadi matang. Hasil penelitian didapatkan dari 32
Hasil penelitian didapatkan dari 9 orang responden yang memiliki 1 orang
orang responden yang berumur < 20 dan anak terdapat 8 orang (25%) responden
>35 tahun terdapat 1 orang (11,1%) mengalami preeklamsia ringan,24 orang
responden mengalami preeklamsia ringan,8 (75%) mengalami preeklamsia berat, dan
orang (88,9%) mengalami preeklamsia dari 7 orang responden yang memiliki anak
berat, dan dari 30 orang responden yang > 1 terdapat 1 orang (14,3%) mengalami
berumur 20 – 35 tahun terdapat 5 orang preeklamsia ringan, 6 orang (85,7%)
(16,7%) mengalami preeklamsia ringan, 25 mengalami preeklamsia berat. Dari hasil uji
orang (83,3%) mengalami preeklamsia chi square dinyatakan tidak ada hubungan
berat. Dari hasil uji chi square dinyatakan antara paritas dengan kejadian preeklamsia.
tidak hubungan antara umur ibu yang hamil Hal ini ditunjukkan dengan nilai X2 = 0,3535
dengan kejadian preeklamsia. Hal ini lebih kecil dari X2 tabel maka Ho diterima
ditunjukkan dengan nilai X2 hitung = 0,1762 dan Ha ditolak.
lebih kecil dari X2 tabel maka Ho diterima Walaupun secara statistik tidak ada
dan Ha ditolak. hubungan paritas dengan kejadian
Dilihat secara statistik tidak ada preeklamsia. Namun data memperlihatkan
hubungan antara usia dengan kejadian bahwa kejadian preeklamsia banyak terjadi
preeklamsia, hal tersebut dimungkinkan pada ibu hamil primigravida. Hal ini
sebagian besar umur ibu adalah umur sependapat dengan Prawirohardjo (2007)
reproduksi. Namun menurut Gunawan yang menyatakan Paritas merupakan faktor
(2010) Usia sangat mempengaruhi penting yang menunjang keberhasilan
kehamilan, usia yang baik untuk hamil kehamilan dan persalinan. Pada
berkisar antara 20-35 tahun. primigravida pada pembentukan antibodi
Pada usia tersebut alat reproduksi meningkatkan (blocking antibodies) atau
wanita telah berkembang dan berfungsi penghambat pembentukan antibodi, belum
secara maksimal. Sebaliknya pada wanita sempurna sehingga meningkatkan resiko
dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas pada preeklamsia perkembangan
35 tahun kurang baik untuk hamil karena preeklamsia semakin meningkatkan pada
kehamilan pada usia ini memiliki resiko kehamilan pertama.
tinggi, seperti terjadinya keguguran atau Pada primigravida frekuensi
kegagalan persalinan, bahkan bisa preeklamsia lebih tinggi bila dibandingkan
menyebabkan kematian. dengan multigravida, terutama primigravida
Wanita yang usianya lebih tua muda. Dari data yang diperoleh peneliti
memiliki tingkat resiko komplikasi menunjukkan bahwa pada ibu yang hamil
melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan primigravida (82,05%) memiliki resiko
dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang lebih tinggi dibandingkan yang memiliki > 1
berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai anak.
melemah juga kemungkinan munculnya Dari data yang diperoleh peneliti
berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti menunjukkan kejadian preeklamsia lebih
darah tinggi, diabetes, dan berbgai penyakit banyak pada ibu yang memiliki 1 anak yaitu
lainnya termasuk preeklamsia. sebanyak 32 orang (82%). Secara statistik
Dari data yang diperoleh peneliti tidak ada hubungan antara umur ibu
menunjukkan kejadian preeklamsia lebih dengan kejadian preeklamsia, pernyatan ini
banyak pada ibu yang berumur 20 – 35 sependapat dengan penelitian Dewi
tahun yaitu sebanyak 30 orang (76,92%). Wahyuni (2014) yang menyatakan tidak ada