Anda di halaman 1dari 7

Laporan Evidence Base Practice

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDP

TITIN PRIHARTINI

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Critical Appraisal

1. Argument Riset 1

N Critical Appraisal (Validity, Important, Applicability)


o
1 Nama peneliti : Asnia Rahmawati, Dyah A. Perwitasari,
Nurcholid Kurniawan.
Tahun : 2019
Alamat web : https://www.mendeley.com/catalogue/2f68604d27ca-
3b4d96557101e58f1ea1/?
utm_source=desktop&utm_medium=1.19.4&utm_campaign=open_catalo
g&userDocumentId=%7Bc381d0b5-38d4-4bca-b4c1-4a7c93d293bd

Tahun terbit jurnal : Juni (2019)


Judul penelitian : Efektivitas Pemberian Terapi Cairan Inisial
Dibandingkan Terapi Cairan Standar WHO terhadap Lama Perawatan
pada Pasien Demam Berdarah di Bangsal Anak Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul.

Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan


pemberian terapi cairan inisial terhadap perbaikan klinis, laboratoris dan
lama rawat inap dibandingkan terapi standar WHO pada pasien dengue
fever (DF) dan dengue hemorrhagic fever (DHF).

Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain


penelitian eksperimental single blind randomised clinical trial. Variabel
penelitian terdiri dari variabel bebas (terapi cairan standar WHO dan
cairan inisial) dan variabel terikat (pemeriksaan suhu badan, hematokrit,
trombosit dan lama rawat inap). Adapun jenis cairan yang diberikan untuk
kristaloid berupa ringer laktat, sedangkan untuk koloid berupa gelofusal,
2
3

dan pemberian salah satu jenis cairannya disesuaikan dengan prosedur


terapi cairan berdasarkan diagnosis dokter penanggungjawab terkait
derajat keparahan demam berdarah pasien.

Hasil Penelitian :
a. Analisa Univariat
Diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin pasien laki-laki dengan
perempuan adalah 1:1. Pasien laki-laki mendominasi sebesar 66,7% pada
penggunaan terapi cairan inisial sedangkan pasien perempuan
mendominasi sebesar 66,7% pada penggunaan terapi cairan standar WHO
(p=0,021). Sebesar 62,5% pasien didominasi oleh kelompok usia 0–60
bulan, sedangkan sisanya didominasi oleh kelompok usia 72–132 bulan
yakni sebesar 29,2% dan kelompok usia 144–216 bulan sebesar 8,3%
dengan mean±SD 64,38±45,547 bulan. Pada penelitian ini, terdapat
perbedaan usia pada antarkelompok (p=0,005). Data Menunjukan Seluruh
variabel tidak menunjukkan perbedaan antar kelompok (p>0,05). Tidak
adanya perbedaan antarkelompok (Rahmawati et al., 2019)menunjukkan
adanya kemiripan karakteristik pasien penelitian yang tinggi.
b. Analisa Bivariat
hasil uji unpaired t-test dan Mann-Whitney menunjukkan nilai p>0,05,
yang artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara
penggunaan terapi cairan standar WHO dan cairan inisial terhadap suhu
badan. Menurut teori, pada fase kritis, terutama hari ke–5 demam, suhu
badan akan mengalami penurunan sekitar ≤37,5 °C.1 Pada penelitian ini,
data yang diambil yakni rata-rata suhu badan pasien di hari ke–5 demam,
dan diketahui bahwa suhu pasien yang menggunakan cairan standar WHO
berkisar 37,0 °C, sedangkan yang menggunakan cairan inisial berkisar
36,8 °C.
Hasil uji unpaired t-test menunjukkan nilai p>0,05, yang artinya secara
statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan terapi
4

cairan standar WHO dan cairan inisial terhadap hematokrit. Berdasarkan


teori, fase kritis DBD, yaitu periode kebocoran plasma dimulai saat
transisi dari fase febris ke fase afebris yang ditandai dengan peningkatan
hematokrit, terjadi pada hari ke–3–6. Pengambilan data dilakukan pada
fase kritis (terutama hari ke– 3–6 demam), dan diperoleh nilai hematocrit
pada pasien penelitian ini rata-rata 37,7%. Nilai hematokrit minimal yang
menggunakan cairan standar WHO yaitu 28% dan hematokrit maksimal
46,6%, sedangkan pada pasien yang mendapat terapi cairan inisial, nilai
hematokrit minimal dan maksimal sebesar 31,9% dan 41,8%.
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria penting yang digunakan
sebagai indikator potensial tingkat keparahan klinis DBD.
Trombositopenia merupakan kondisi yang menggambarkan penurunan
trombosit. Kadar trombosit sebesar <50.000/mm3 disebut trombositopenia
berat, sedangkan 50.000– 100.000/mm3 disebut trombositopenia sedang.5
Pada penderita DBD, jumlah trombosit sebesar≤100.000/µL umumnya
ditemukan pada harike–3 sampai ke–7.6 Hasil dari uji unpaired t-test
menunjukkan nilai p<0,05, artinya secara statistik terdapat perbedaan
yang bermakna antara penggunaan terapi cairan standar WHO dan cairan
inisial terhadap peningkatan trombosit setiap pengukuran 24 jam (Tabel
3). Hal tersebut didukung oleh perbedaan rata-rata trombosit pada demam
hari ke–5, sebesar 34,21x103/µL,

Kesimpulan Hasil:
Efektivitas terapi cairan standar WHO dan terapi cairan inisial secara
statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap perbaikan
klinis (suhu badan) dan nilai hematokrit (p>0,05); dan menunjukkan
perbedaan bermakna terhadap peningkatan trombosit dan penurunan lama
rawat inap (p<0,05).
5

2. Argument Riset 2

N Critical Appraisal (Validity, Important, Applicability)


o
2 Nama peneliti : Prabowo, Prasetyo Adi Sulistyorini, Lantin
Juliningrum, Peni Perdani
Tahun : 2020
Alamat web :
https://www.mendeley.com/catalogue/975dfd5a2bff375992df8050864715d9/?
utm_source=desktop&utm_medium=1.19.4&utm_campaign=open_catalog&use
rDocumentId=%7B6afbc998-4f6f-4a53-ae2c-dcc4655676a0%7D

Tahun terbit jurnal : Volume 2 Nomor 1, Desember 2020


Judul penelitian : Gambaran Balance Cairan pada Anak Diare setelah
Diberikan Pemenuhan Kebutuhan Cairan di Rumah Sakit Kaliwates
Jember

Tujuan penelitian : mendeskripsikan balance cairan pada anak diare


setelah diberikan pemenuhan kebutuhan cairan di rumah sakit. Penelitian
dilakukan di rumah sakit Kaliwates Jember dengan jangka waktu
penelitian selama satu bulan

Metode Penelitian : Metode penelitian ini menggunakan desain


penelitian deskriptif analitik. Metode ini menggambarkan data dari
populasi anak yang menderita diare dengan kategori derajat dehidras
ringan, sedang, dan berat Populasi dari penelitian menggunakan usia balita
yaitu usia 1 sampai dengan 5 tahun dengan kategori derajat dehidrasi
ringan, sedang, dan berat. Kriteria inklusinya adalah pasien anak dengan
diagnosa medis diare, memiliki usia 1-5 tahun, dan mengalami dehidrasi
dengan kategori ringan, sedang, dan berat. Kriteria ekslusinya yaitu pasien
yang menolak menjadi partisipan penelitian. Penelitian dilakukan selama
6

bulan November 2019 sampai dengan Desember 2019.

Hasil Penelitian :
Pada hasil dari penelitian ini didapatkan data penghitungan input dan
output cairan anak yang mengalami dehidrasi setelah diberikan
pemenuhan kebutuhan cairan; yaitu merupakan total dari penghitungan
intake dan output yang didapatkan anak selama 24 jam menerima
implementasi selama dirawat di rumah sakit.
Penelitian ini menunjukkan gambaran balance cairan dari anak diare yang
dirawat di rumah sakit Kaliwates Jember yang memiliki dehidrasi dengan
derajat ringan, sedang, dan berat menunjukkan bahwa usia rata-rata pasien
anak diare adalah usia balita yaitu 1 sampai dengan 5 tahun , sedangkan
pada menunjukkan bahwa diare hamper menjangkit laki- laki maupun
wanita. Pada responden yang berada.

Kesimpulan Hasil :
Gambaran dari balance cairan anak diare dengan dehidrasi di rumah sakit
Kaliwates Jember setelah diberikan pemenuhan kebutuhan cairan,
mengalami peningkatan balance cairan dan mengalamai kenaikan
maintenance yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, P. A., Sulistyorini, L., & Juliningrum, P. P. (2020). Gambaran Balance


Cairan Pada Anak Diare Setelah Diberikan Pemenuhan Kebutuhan Cairan di
Rumah Sakit Kaliwates Jember. Pustaka Kesehatan, 8(3), 147.
https://doi.org/10.19184/pk.v8i3.18945

Rahmawati, A., Perwitasari, D. A., & Kurniawan, N. U. (2019). Efektivitas


Pemberian Terapi Cairan Inisial Dibandingkan Terapi Cairan Standar WHO
terhadap Lama Perawatan pada Pasien Demam Berdarah di Bangsal Anak
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Indonesian Journal of Clinical
Pharmacy, 8(2), 91. https://doi.org/10.15416/ijcp.2019.8.2.91

Anda mungkin juga menyukai