Definisi
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi
dapat memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul
dengan atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa
gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau
ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian pada pasien. (Sari, Yonata, Haryadi, & Swadharma, 2016)
Gagal Jantung adalah kondisi dimana jantung tidak lagi mampu
memompa pasokan darah yang memadai dalam kaitannya dengan aliran balik
vena dan dalam kaitannya dengan kebutuhan metabolisme jaringan tubuh pada
saat itu. Semua bentuk penyakit jantung dapat menyebabkan dekompensasi
dan kegagalan. (Rampengan, 2014)
B. Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung bawaan maupun
didapat yang diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan
(afterload) berlebih atau oleh insufisiensi miokard. Umumnya pada gagal
jantung terjadi curah jantung yang rendah misalnya pada miokarditis akut,
kardiomiopati dilatasi, takiaritmia kronik, kelainan coroner dan sekuele pasca
operatif. Dapat terjadi juga curah jantung yang normal atau bahkan meningkat
misalnya pada gagal jantung akibat hipertiroid, anemia atau defisiensi thiamin.
(Anon, 2018)
C. Patofisiologi
Disfungsi kardiovaskuler dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 5 mekanisme
dibawah ini:
1. Kegagalan Pompa
Terjadi akibat kontraksi otot jantung yang lemah/inadekuat atau karena
relaksasi otot jantung yang tidak cukup untuk terjadinya pengisian
ventrikel.
2. Obstruksi aliran
Terdapat lesi yang mencegah terbukanya katup atau menyebabkan
peningkatan tekanan ruang jantung, misalnya stenosis aorta, hipertensi
sistemik dan koartasio aorta.
3. Regurgitasi
Regurgitasi dapat meningkatkan aliran balik beban kerja ruang jantung,
misalnya ventrikel kiri pada regurgitasi aorta atau atrium serta pada
regurgitasi mitral.
4. Gangguan konduksi yang menyebabkan kontraksi miokardium yang tidak
selaras dan tidak efesien.
5. Diskontinuitas sistem sirkulasi
Mekanisme ini memungkinkan darah lolos, misalnya luka tembak yang
menembus aorta.
F. Tes Diagnostik
1. EKG
a. Temuan non-spesifik
b. Dapat memberikan petunjuk tentang penyebab gagal jantung, misalnya
gelombang Q pada infark miokard dan LVH pada stenosis aorta.
2. Sinar-X
a. Kardiomegali terutama pada kasus yang berat dan kronis
b. Perubahan kongestif vena pulmonal yang hadir terutama pada GJK
akut.
c. Pasien dengan GJK mungkin tidak menunjukkan kongesti paru
d. Kadang-kadang bilateral atau efusi selaput dada kanan.
3. Dua dimensi Echo dan studi Doppler
a. Konfirmasi diagnosis gagal jantung
b. Fraksi ejeksi dan dilatasi ventrikel kiri tertekan
c. Gerakan abnormalitas dinding ventrikel kiri
d. Deteksi kelainan katup, efusi perikardial, dan intrakardiak shunt.
e. Kateterisasi Jantung: Pada pasien yang dipilih untuk mendeteksi
keberadaan dan luasnya pen-yakit arteri koroner. (Rampengan, 2014)
G. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut:
1. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor
blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian
laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.
2. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan klien dengan CHF adalah kelemahan saat beraktivitas dan
sesak napas.
b. Riwayat Penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
Secara PQRST, yaitu:
1) Provoking Incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan
aktivitas ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung
2) Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan
alat atau otot bantu pernapasan)
3) Region radiation, relief
4) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.Biasanya kemampuan klien dalam
beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami
organ.
5) Time: sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas
biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istiahat maupun saat
beraktivitas.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada
orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko
utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
g. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung
biasanya baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan perfusi system saraf pusat.
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau composmentis dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system
saraf pusat.
a) B1 (Breathing)
b) B2 (Blood)
c) B3 (Brain)
d) B4 (Bladder)
e) B5 (Bowel)
f) B6 (Bone)
DAFTAR PUSTAKA
Sari, P. D., Yonata, A., Haryadi, & Swadharma, B. (2016). Penatalaksanaan Gagal
Jantung NYHA II disertai Pleurapneumonia pada Laki-laki Usia 38 Tahun.
J Medula Unila, 114-119.