Oleh :
Rahel J A Koyawan, S.Kep
2312501010138
Pembimbing:
Ns. Ardia Putra, MNS
NIP. 19821017 200604 1 004
2. Etiologi
a. Kelainan otot jantung
b. Aterosklerosis Koroner
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenernya tidak secara
langsung mempengaruhi jantung.
f. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung; Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, anemia, asidosis, disritma jantung.
(Brunner & Suddarth, 2013).
3. Klasifikasi gagal jantung
Menurut Aspiani (2016), Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York
Kelas 1 : Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dipsnea nafas,
Kelas 2 : gangguan aktivitas ringan, merasa nyaman ketik beristirahat, tetapi aktivitas biasa
Kelas 3 : Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata : merasa nyaman ketika beritirahat, tetapi
Kelas 4 : Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman : gejala
4. Patofisiologi
Gagal jantungkiri
Gagal jantung kanan
Vasokontriksi ginjal
Aldosteron
Fungsi glomerulus
Reabsorbsi Na di tobulus
Reabsorbsi Na dan PH2O Sekresi ADH absorbsi H2O
distal
pada tubulus distal
Retensi ginjal
Volume plasma
5. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala gagal jantung dapat dihubungkan dengan ventrikel yang
mengalami gangguan. Gagal Jantung kiri memiliki manifestasi yang berbeda dari gagal
jantung kanan.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal
gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah abnormal
7. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik,
angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker
(ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien
b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa
medis.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obatobatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa
lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit keteurunan
lain seperti DM, Hipertensi
9. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas otot jatung
b. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
c. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Aspiani, R.Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi
NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta
EGC
Masengi K.G.D., Ongkowijaya J., Wantania F., 2016. Hubungan Hiperurisemia dengan
Kardiomegali pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal e-Clinic Universitas Sam
Ratulangi. 4(1):1-7
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosa keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
EGC
Tim Pokla SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I. Jakarta:
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: EGC