Manifestasi klinik
1) Mudah kelelahan
6) Efusi pleura
1) Kelemahan
2) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
3) Hepatomegali (pembesaran hati), nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen, terjadi karena pembesaran vena di hepar
4) Kongestive jaringan perifer dan visceral
5) Nokturia
6) Edema ekstrimitas bawah, biasanya edema pitting, penambahan berat
badan
E. Komplikasi
a. Foto Thoraks
EKG tidak dapat memastikan ada atau tidaknya gagal jantung tetapi
dapat mendeteksi adanya hipertrofi ruang-ruang jantung. Jadi lebih
berfungsi kea rah penyebab dari gagal jantung. Pemeriksaan ini sangat
penting jika penyebab gagal jantung adalah aritmia misalnya takikardi
supraventrikular yang hanya bisa dipastikan dengan EKG.
c. Ekokardiografi
PENGKAJIAN
A. Identitas :
1) Identitas pasien :
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi
d. Auskultasi
a. Kulit dingin
b. Mudah lelah
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium,
perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru
skunder, perubahan membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisal.
Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Penurunan curah Tujuan: Cardiac care
jantung berhubungan Setelah diberikan asuhan 1) Catat adanya disritmia
dengan penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam, jantung
kontraktilitas diharapkan curah jantung efektif, 2) Monitor tanda-tanda
ventrikel kiri, dengan kriteria hasil: vital secara berkala
perubahan frekuensi, Status kardiopulmonal 3) Monitor status
irama, dan konduksi - Tekanan darah sistolik kardiovaskular
elektrikal dalam batas normal 4) Monitor disritmia
(120 mmHg) (skala 5 jantung, termasuk
= no deviation from gangguan dari irama
normal range) dan konduksi jantung.
- Tekanan darah 5) Monitor status
diastolik dalam batas pernapasan.
normal (80 mmHg) 6) Monitor balance
(skala 5 = no cairan.
deviation from normal 7) Monitor hasil
range) laboratorium, seperti:
- Denyut nadi perifer enzim jantung, level
teraba normal (skala 5 elektrolit.
= no deviation from 8) Monitor adanya
normal range) dispnea, fatig, takipnea,
- Denyut nadi apikal dan ortopnea.
teraba normal (skala 5 Regulasi hemodinamik
= no deviation from 1) Kenali adanya
normal range) perubahan tekanan
- Irama jantung normal darah.
(skala 5 = no 2) Auskultasi suara paru
deviation from normal terhadap krekels dan
range) bunyi lain.
- Frekuensi pernapasan 3) Auskultasi bunyi
dalam batar normal jantung.
(12-20 x/mnt) (skala 5 4) Monitor level elektrolit.
= no deviation from 5) Kolaborasi dalam
normal range) pemberian medikasi
- Irama pernapasan positive
normal (skala 5 = no inotropic/contractility,
deviation from normal serta medikasi anti
range) aritmia.
- Output urine normal 6) Pantau efek samping
0,5-1 cc/kgBB/jam dari pemberian
(skala 5 = no medikasi positive
deviation from normal inotropic/contractility,
range) serta medikasi anti
- Index jantung normal aritmia.
(skala 5 = no 7) Monitor nadi perifer,
deviation from normal CRT, serta warna dan
range) suhu ekstremitas.
- Saturasi oksigen 8) Monitor edema perifer,
dalam batas normal distensi vena jugularis,
(90-100%) (skala 5 = dan suara jantung S1,
no deviation from S2.
normal range) 9) Berikan posisi semi-
- Tidak ada sianosis fowler.
(skala 5 = none)
- Tidak ada distensi
vena jugularis (skala 5
= none)
- Tidak ada edema
(skala 5 = none)
- Tidak ada dispnea
(skala 5 = none)
2. Nyeri akut Tujuan: Kontrol nyeri:
berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1) Kaji faktor pencetus
kurangnya suplai keperawatan selama…..x 24 nyeri
darah ke jam diharapkan klien dapat 2) Ajarkan klien teknik
miokardium, mengontrol nyeri, dengan manajemen nyeri
perubahan kriteria hasil: 3) Kolaborasi penggunaan
metabolisme, dan Pain level (level nyeri): analgetik
peningkatan produksi - Klien tidak Level nyeri:
asam laktat. melaporkan adanya 1) Kaji ketidaknyaman
nyeri (skala 5 = none) klien (ekspresi wajah)
- Klien tidak merintih 2) Lakukan pengkajian
ataupun menangis nyeri secara
(skala 5 = none) menyeluruh (lokasi,
- Klien tidak pencetus durasi,
menunjukkan ekspresi kualitas, frekuensi,dll)
wajah terhadap nyeri 3) Anjurkan klien
(skala 5 = none) menggunakan obat
- Klien tidak tampak antinyeri secara
berkeringat dingin adekuat sesuai terapi
(skala 5 = none) yang dijalani klien
- RR dalam batas Vital sign:
normal (16-20 x/mnt) 1) Pantau perubahan
(skala 5 = normal) tanda-tanda vital dan
- Nadi dalam batas respirasi klien saat
normal (60-100x/mnt) nyeri berlangsung
(skala 5 = normal) Manajemen lingkungan:
- Tekanan darah dalam kenyamanan
batas normal (120/80 1) Batasi kunjungan orang
mmHg) (skala 5 = yang menjenguk jika
normal) diperlukan
Pain control (kontrol 2) Berikan lingkungan
nyeri): yang nyaman dan
- Klien dapat bersih
mengontrol nyerinya 3) Berikan posisi yang
dengan menggunakan nyaman untuk
teknik manajemen memfasilitasi klien
nyeri non seperti imobilisasi
farmakologis (skala 5 bagian yang nyeri
= consistently
demonstrated)
- Klien dapat
menggunakan
analgesik sesuai
indikasi. (skala 5 =
consistently
demonstrated)
- Klien melaporkan
nyeri terkontrol (skala
5 = consistently
demonstrated)
Gangguan pertukaran Tujuan Manajemen asam basa
gas berhubungan Setelah diberikan asuhan 1) Lakukan pemeriksaan
dengan perembesan keperawatan selama …x 3 AGD
cairan, kongesti paru menit diharapkan pertukaran 2) Lakukan pemeriksaan
skunder, perubahan gas klien adekuat dengan pulse oksimetri
membrane kapiler kriteria hasil: 3) Pantau nilai Ph, PaO2,
alveoli, dan retensi Respiratory status: Gas dan PCO2 melalui hasil
cairan interstisal. Exchange laboratorium
- RR 16-20 x/menit 4) Pantau adanya gejala
(skala 5 = no gagal nafas
deviation from normal 5) Kaji frekuensi dan
range) kedalaman pernafasan.
- Tidak terjadi sianosis Catat penggunaan otot
(skala 5 = none) aksesori, napas bibir,
- PaO2 normal 80-100 ketidak mampuan
mmHg (skala 5 = no berbicara / berbincang
deviation from normal 6) Observasi warna kulit,
range) membran mukosa dan
- PaCO2 normal 35-45 kuku, serta mencatat
mmHg (skala 5 = no adanya sianosis perifer
deviation from normal (kuku) atau sianosis
range) pusat (circumoral)
- Ph 7,35-7,45 (skala 5 7) Observasi kondisi yang
= no deviation from memburuk dan catat
normal range) adanya hipotensi,
- SatO2 95-100% pucat, sianosis,
(skala 5 = no perubahan dalam
deviation from normal tingkat kesadaran, serta
range) dispnea berat dan
Tanda-tanda vital kelemahan.
- Frekuensi pernapasan 8) Siapkan untuk
klien dalam batas dilakukan tindakan
normal (16-20x/mnt) keperawatan kritis jika
diindikasikan
9) Kolaborasi pemberikan
terapi oksigen sesuai
kebutuhan, misalnya:
nasal kanul dan masker
Memfasilitasi ventilasi
1) Memberikan posisi
semifowler atau
menyarankan duduk
pada klien saat
mengalami sesak
napas.
2) Memberikan dan
pertahankan masukan
oksigen pada klien
sesuai indikasi
3) Kolaborasi pemasangan
alat bantú pernafasan
O2 sungkup 6 – 8 liter.
Implementasi
Pelaksanaan dalam asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan/intervensi keperawatan.Selama melaksanakan tindakan,
perawat menilai efektivitas tindakan keperawatan dan respon pasien,
mencatat dan melaporkan tindakan keperawatan yang diberikan serta mencatat
reaksi pasien yang timbul.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun dengan
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Harbanu Mariyono, A. S. (2017). Gagal Jantung. Jurnal Penyakit Dalam. 8 (3). 148–162.
Munandar, A.(2019).Konsep Dasar Penyakit Gagal Jantung Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Rachma, L. N. (2014). Patomekanisme Penyakit Gagal Jantung Kongestif. Fakultas Sains Dan
Teknologi UIN Maliki Malang, 4(2), 81–90. Rampengan, S. H. (2014). Buku Praktis
Kardiologi. Fakultas Kedokteran: Universitas Indonesia.