Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KRITIS
DENGAN AHF (Acute Heart Failue)
DIRUANG ICCU
RSUD JOMBANG

Disusun oleh :
Intan Putri Liyana
183210023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan (KRITIS) dengan diagnosa medis AHF di ruang ICCU
RSUD JOMBANG untuk memenuhi tugas individu Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES ICME JOMBANG.

Disetujui

Hari :
Tanggal :
Mahasiswa

( )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN AHF
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari gejala-
gejala atau tanda- tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi
dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung bisa
berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolic. Gagal jantung akut dapat
berupa serangan pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung
kronik sebelumnya. Pasien yang mengalami gagal jantung akut
dapat memperlihatkan kedaruratan medik (medical emergency) seperti edema
paru akut(acute pulmonary oedema), Manurung, 2006).
AHF adalah Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982).

B. ETIOLOGI
1. Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang
sering dapat menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh
kelebihan beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa
ruang , seperti stenosis katup aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan
kelebihan beban volume yang menunjukan peningkatan volume darah ke
ventrikel kiri.
3. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi
infark miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari
aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium,
penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi l uas karena
hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau hipertensi sistemik.
4. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering
membahayakan kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas
tinggi.
5. Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal
jantung kongestif, yaitu: kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner,
hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) , peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung lain, faktor sistemik.
6. Selain itu juga terdapat factor pencetus yaitu :
Faktor predisposisi, penurunan fungsi ventrikel seperti penyakit arteri
koroner, hypertensi, kardiomiopati, penyakit pembuluh darah, penyakit
jantung kongenital, stenosis mitralis. Faktor pencetus, meningkatnya
masukan garam, pengobatan anti gagal jantung, infark miocard akut,
hypertensi, aritmia akut, infeksi/ demam, emboli paru, anemia,
tirotoksikosis, dan kehamilan endokarditid infektif.

C. PATOFISIOLOGI
Pada awal gagal jantung, akibat cardiac output yang rendah, di
dalam tubuh terjadi peningkatan aktifitas saraf simpatis dan sistem Renin
Angiotensin Aldosteron (RAA), serta pelepasan arginin vasopresin yang
kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat.Respon neurohumoral ini akan membawa
keuntungan untuk sementara waktu, namun setelah beberapa saat,
kelainan sistem neurohumoral ini akan memacu perburukan gagal jantung,
tidak hanya karena vasokontriksi serta retensi air dan garam yang terjadi, akan
tetapi juga karena adanya efek toksik langsung dari noradrenalin dan
angiotensin terhadap miokard.
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi
untuk mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem
syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan
pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstyrinksi ar teri renal dan aktivasi sistem r enin angiotensin ser ta
respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi
cairan. Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi
vaskuler oleh pengencangan jantung.
Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dan arteri
koronaria, m enurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya
oksigenasi pada miokard.Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah
akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran
jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau kerusakan.
D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari gagal jantung akut, antara lain :
Gejala :
1. Dispnea
2. Ortopnea
3. pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda :
1. peningkatan tekanan vena jugular
2. kongesti paru

F. KOMPLIKASI
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari
gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah Katup Jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan jantung
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat
menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda
akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko
terkena serangan jantung atau stroke.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
2. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding
3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah
abnormal.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008).
Menurut Ruhyanudin (2007), pengkajian asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung kongestif dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas :
a. Identitas pasien
Pengkajian yaitu dimana pemikiran dasar bertujuan yang mengumpulkan informasi
tentang data klien, sehingga bisa mengidentifikasi, mengenali berbagai macam
masalah-masalah kebutuhan kesehatan klien dan kondisi klien baik pada fisik,
mental, maupun sosial dan lingkungan klien (Arif Muttaqin, 2009). Terdiri dari :
b. Pengkajian Primary

1) Airway

Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya


benda asing, adanya suara nafas tambahan.
2) Breathing
Frekuensi nafas, apakah tampak terjadi penggunaan otot bantu pernafasan,
terjadi retraksi dinding dada, terjadinya sesak nafas, saat di palpasi teraba
pengembangan pada kedua parukanan dan kiri.

3) Circulation

Pengkajian ini mengenai volume dalam darah serta adanya perdarahan.


pengkajian juga meliputi warna kulit, nadi, dan status hemodinamik,.
4) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS

15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada
gangguan menelan.
5) Exsposure

Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain,


dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam
kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
6) Foley Chateter

Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada tidak
dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau
produksi urin yang keluar.
7) Gastric tube

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi


resiko muntah.
8) Monitor EKG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung.
c. Pengkajian Survey Sekunder
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien
dengan gagal jantung akan merasakan nafas sesak, sesak nafas saat beraktivitas,
badan terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah,
nyeri pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
Riwayat penyakit sekarang.
2. Merupakan permulaan klien merasakan keluhan sampai dibawa ke rumah sakit
dan pengembangan dari keluhan utama
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit jantung,
hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan
penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark
miokard kronis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit
sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
5. Riwayat psikososial spiritual
Respon emosi klien pada penyakitnya dan bagaimana peran klien dalam
keluarga dan masyarakat sehingga terjadi pengaruh dalam kehidupan sehari-hari
baik pada keluarga atau masyarakat sekitarnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul pada klien gagal jantung yaitu timbul akan kecemasan
akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti dulu
dikarenakan jantung nya yang mulai lemah.
7. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Kebiasaan makan sehari hari, meliputi frekuensi,jenis, jumlah dan maslaah
yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya.
c. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak nafas
dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien dengan gagal jantung
akan mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien.
d. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku perlu
dikaji sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit.
8. Pemeriksaan Fisik Head Toe To
a. Kepala
: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna rambut
hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak adanya
pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.
b. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata, reaksi
pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba
benjolan disekitar mata
c. Telingan
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan, tidak
ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik. Palpasi : tidak teraba
benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak
ada perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
d. Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung, tidak
ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan
pada hidung.
e. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan usia,
mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan
menelan.
f. Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada torax.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama kiri
kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti
ronkhi, wheezing, dullnes
g. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara
tambahan seperti mur-mur dan gallop.
h. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas
operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.
Auskultasi : bising usus 12x/m
Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani
Palpasi : tidak teraba adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen.
i. Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien jantung
dapat diuretik
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak ada
kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat kelainan, akral
teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada kedua kaki, terlihat edema pada
kedua kaki dengan piting edema > 2 detik, type derajat edema, tidak ada
varises pada kaki, akral teraba hangat.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Elektrokardiografi
3. Radiologi
4. ECG
Pemeriksaan medis
1. Farmakologi
a. Obat
b. Injeksi
c.
10. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Medis
Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung, Meningkatkan
kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi, Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan
dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
2. Diet
a. Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau men
ghilangkan edema.
b. Memperbaiki kesehatan umum pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai jaringan ditandai
dengan akral dingin, CRT > 2 dtk.
2. Pola napas tidak efektif b/d pengembangan paru tidak optimal

C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Lakukan
perfusi jaringan asuhan keperawatan pemeriksaan
perifer b/d selama 3x24jam sirkulasi
penurunan suplai diharapkan: periferal secara
jaringan ditandai a. - Circulation komperhensif
dengan akral dingin, status: 2. Pertahankan
CRT > 2 dtk. Frekuensi nadi hidrasi yang
100-150x/mnt adekuat
(dalam batas 3. Pantau data
normal) (skala 5 laboratorium.
= no deviation Contoh : GDA,
from normal dan elektrolit
range)
- CRT <2 Dtk
(skala 5

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi


efektif b/d asuhan kep selama kedalaman
pengembangan paru 3x24jam diharapakn pernapasan dan
tidak optimal pola napas kembali ekspansi dada.
efektif dgn kriteria Catat upaya
hasil : pernapasan,
1. RR dalam batas termasuk
normal penggunaan otot
2. Tidak ada bantu
penggunaan otot 2. Auskultasi
bantu pernapasan bunyi napas dan
3. Tidak tampak cata adanya
retraksi dada napas ronchi
3. Pantai TTv
4. Berikan posisi
semi fowler
pada klien
5. \berikan oksigen
sesuai imndikasi
yang tepat
D. Implementasi
Pelaksanaan dalam asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
perencanaan/intervensi keperawatan.Selama melaksanakan
tindakan, perawat menilai efektivitas tindakan keperawatan dan
respon pasien, mencatat dan melaporkan tindakan keperawatan yang
diberikan serta mencatat reaksi pasien yang timbul.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah
disusun
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai