Anda di halaman 1dari 6

Konsep Pemeriksaan Fisik (B1-B6)

Setelah melakukan anmnesis ytang mengarah pada keluhan-keluhan klien,


pemeriksaan fisiksangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik sebaiknyadilakukan secara persistem (B1-B6) dengan focus pemeriksaan
fisik pada pemeriksaan B3(Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan
dari klien.

Keadaan umum

Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu


sulitdimngerti kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat
dandenyut nadi bervariasi

B1 (Breathing)

Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaanotot bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan sepertironki pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk
yang menurun yangsering didapatkan pada klien strok dengan penurunan tingkat kesadaran
(koma).

Pada klien dengan tingkat kesadaran komposmentis, pengkajian inspeksi


pernapasannya tidakada kelainan. Palpasi torak didapatkan taktil vremitus seimbang kanan
dan kiri. Auskultasi tidakdidapatkan bunyi napas tambahan.

B2 (Blood)

Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang


seringterjadi pada klien strok. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensimassif (tekanan darah >200mmHg)

B3 (Brain)

Disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab untuk menghasikan bicara).


Atraksia(ketidakmampuan dalam melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti
terlihat ketikaklien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya

Lobus frontal : kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didpatkan


Strokemenyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
manayang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah kolateral
(sekunderdan aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Peningkatan
B3 (Brain)merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
system lainnya

 Pengkajian tingkat kesadaran


Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan
klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator yang paling sensitive untuk
disfungsi system persarafan. Beberapasystem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien strok biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupordan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untukmenilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
 Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal danhemisfer
 Ekspresi Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara. ekspresi wajah dan
aktivitas motorikklien. Pada klien strok tahap lanjut biasanya ststus mental klien
mengalami perubahan.
 Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami braindamage yang kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata
 Kemapuan bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung pada daerah lesi yang
mempengaruhi fungsi serebral.Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
porterior dari girus temporallis superior(area wernicke) didapatkan disfasia reseptif,
yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan dan bahasa tertulis. Sedangkan lesi
pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broka)didapatkan disfagia
ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengantepat dan
bicaranya tidak lancar. Disatria (kesulitan berbicara, ditunjukkan dengan bicara
yangsulit dimengerti yang jika kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas,
memori ataufungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini
dapat ditunjukkandalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi yangmenyebabkan klien ini menghadapi masalah prustasi dalam
program rehabilitasi mereka. Depresiumum terjadi danmungkin diperberat oleh
respon alamiah klien terhadap penyakit katastrofikini.Masala psikologis lain juga
umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil, permusuhan, prustasi,
dendam dan kurang kerjasama.
Strok hemisfer kanan didapatkan hemiparase sebelah kiri tubuh, penilaian
buruk dan mempunyaikerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan
terjatuh ke sisi berlawanan tersebut.Pada strok hemisfer kiri, mengalami hemiparese
kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati,kelainan bidang pandang sebelah kanan,
disfagia global, afasia dan mudah frustasi.
 Pengkajian saraf cranial
Pemeriksaan ini meliputi pemerikasaan saraf cranial I – XII
 Saraf I
Biasanya pada klien stroke tidak ada kalinan pada fungsi
penciuman
 Saraf II
Disfungsi persepsi fisual karena gangguan jara sensori primer
diantara mata dan kortek fisual.Gangguan hubungan fisual- spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam areaspasial) sering
terlihat pada klien denga hemiplegia kiri . klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan dalam
menyocokkan pakaian ke bagian tubuh
 Saraf III, IV dan VI
Jika akibat stroke mengakibatkan paralilsis, pada satu sisi otot
-otot okularis didpatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral disisi yang sakit
 Saraf V
Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, penurunan kemampuankoordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, sertakelumpuhan satu
sisi otot pterigoideus internus dan eksternus
 Saraf VII
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
 Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut
 Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
 Saraf XII
Lidah simetris, terdapat defiasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal
 Pengkajian system motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunteerterhadap gerakan motorik, oleh karena UMM bersilangan, gangguan control
motor volunteerdapat menunjukkan kerusakan pada UMM di sisi yang berlawanan
dari otak.
 Inspeksi umum didpatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otakyang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu
sisi tubuh adalah tanda yang lain.
 Fasikulasi didapatkan pada oot-otot ekstremitas
 Tonus otot didapatkan meningkat
 Kekuatan otot pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot pada
sisi sakitdidapatkan tingkat nol
 Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena
hemiparese danhemiplegia.
 Pemeriksaan Refleks
Pemerikasaan reflek terdiri atas pemerikasaan reflek profunda dan pemeriksaan
reflek patologis
 Pemeriksaan reflek profunda: pengetukan pada tendon, ligamnetum atau
periosteum derajatreflek pada respon normal
 Pemeriksaan reflek patologis: pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh
akanmenghilang setelah beberapa hari reflek fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan reflek patologis
 Gerakan involunter tidak ditemukan adanya tremor, TIC dan distonia. Pada
keadaan tertentuklien biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak
dengan stroke disertai peningkatansuhu tubuh yang tinggi. Kejang
berhubungan sekunder apabila areal fokal kortika yang peka
 Pengkajian system sensori;
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada pasien terdapat ketidakmampuan untuk
menginterpretasikansensasi. Disfungsi persepesi fisual karena gangguan jara sensori
primer diantara mata dan kortekfisual.
Gangguan hubungan fisual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dengan areaspasial) sering terlihat pada klien hemiplagia kiri. Klien mungkin
tidak dapat memakai pakaiantanpa bantuan karene ketidakmampuan mencocokkan
pakaian ke bagian tubuh. Kehilangansensoro stroke dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengankehilangn propriosepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh sertakesulitan dalam menginterpretasikan
stimuli fisuan, taktil dan audiotorius)

B4 (Bladder)

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena


konfusi,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikankandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
control sfingter urineeksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini dilakukan katerisasi
intermiten denganteknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.

B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada faseakut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung
sehinggamenimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi Yng berlanjut menunjukkan
kerusakanneurologis luas.
B6 (Bone)

Stroke merupakan penyakit yang mengakibatkan kehilangan control volunteer


terhadap gerakanmotorik. Oleh karena neuron motor volunteer pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkankerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik palingumum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah
tanda yang lain. Pada kulit, jika kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjolkarena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau


paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

Anda mungkin juga menyukai