Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ENDOKARDITIS

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif Care

Dosen Pembimbing : Iva Milia H., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ahmad Basuni (183210001)


2. Erna Yuliarsih (183210012)
3. Mila Yuniar Ningtyan (183210029)
4. M Al Mubarokhul Yamamah (183210030)
5. Nurul Chidriyah (183210032)
6. Vindi Rahmawati (183210043)
7. Wahida (183210045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya
penyusun diberi kesehatan sehingga makalah yang berjudul “Penyakit Endokarditis” dapat
selesai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah “Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif Care” dimana sumber
materi disadur dari buku-buku yang relevan serta pustaka internet guna menunjang keakuratan
materi yang nantinya akan di sampaikan. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jombang , 12 Oktober 2020

Penyuusun

2
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar………………………………………………………………………….2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………3

Bab 1………………………………………………………………………………...…...4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….4

1.3 Tujuan………………………………………………………………………...4

Bab 2…………………………………………………………………………………..…6

2.1 Anatomi………………………………………………………………………6

2.2 Definisi………………………………………………………………………..8

2.3 Etiologi………………………………………………………………………..9

2.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………………….9

2.5 Patofisiologi………………………………………………………………….10

2.6 WOC…………………………………………………………………………11

2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………...12

2.8 Penatalaksanaan………………………………………………………..…….13

Bab 3……………………………………………………………………………...….….16

3.1 Pengkajian…………………………………………………………………....16

3.2 Analisa Data………………………………………………………………….18

3.3 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………….18

3.4 Rencana Keperawatan………………………………………………………..19

3.5 Evaluasi………………………………………………………………………21

3
Bab 4…………………………………………………………………………………….24

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….….24

4.2 Saran………………………………………………………………………....24

Daftar Pustaka

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh organisme seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasit. Meski beberapa jenis organisme terdapat di tubuh dan
tergolong tidak berbahaya, pada kondisi tertentu, organisme-organisme tersebut dapat
menyerang dan menimbulkan gangguan kesehatan, yang bahkan berpotensi menyebabkan
kematian. Salah satunya adalah endocarditis.

Endokarditis merupakan penyakit oleh mikroorganisme pada endokard atau katup


jantung nama lain endokarditis infektif adalah endokarditis bakterialis. Lesi yang khas
pada endokarditis infektif adalah vegetasi pada katub tetapi lesi juga ditemukan pada
endokard dan pembuluh darah besar endokarditis infektif biasanya terjadi pada jantung
yang mengalami kerusakan.
Endokarditis tidak hanya terdapat pada katub yang mengalami kerusakan akan tetapi
pada katub yang sehat misalnya: endokarditis yanf terjadi pada penyalahgunaan narkotik
intravena. Perjalanan penyakit bisa hiperakut, akut, sub akut, atau kronik bergantung pada
virulensi mikroorganisme dan imunitas pasien
Endokarditis infektif sub akut hamper selalu fatal dalam beberapa bulan sampai dua
tahun, sedangkan endokarditis hiperakut dan akut hampir tak dikenal, karena pasien telah
meninggal dunia lebih dahulu di sebabkan oleh sepsis, sebelum gejala klinis yang terkena
infeksi timbul, walapun pada autopsis jelas terlihat vegetasi infeksi pada endokard dan
katub jantung. Endokarditis infektif kronik hampir tak dapat dibuat diagnosisnya sewaktu
pasien masih hidup karena gejala khas tidak ditemukan hanya gejala- gejala infeksi aja.
Banyaknya penyakit yang terjadi dimasyarakat saat ini, terutama pada system
kardiovaskuler membuat penyusun merasa perlu mengetahui dan menyusun makalah ini.
Dan sebagai mahasiswa program D-3 keperawatan dirasa perlu mempelajari asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan penyakit system kardiovaskuler khususnya
endokarditis.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan diagnosa
endocarditis?

5
1.3 Tujuan
Mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan diagnosa
endocarditis

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Dari segi akademis, hasil studi ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan,
khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan diagnosa medis endokarditis.
2. Dari segi praktisi, makalah ini akan bermanfaat bagi :
- Bagi pelayanan di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat di jadikan masukan bagi pelayanan di
rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan bagi klien dengan
diagnosa medis endocarditis.
- Untuk Penulis
Hasil makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis endocarditis.
- Untuk Keluarga Klien
Hasil makalah ini dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami endocarditis.

6
1.5

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung
yang merupakan organ pemompa darah serta pembuluh darah yang merupakan
pipa panjang mempunyai peran dalam mengedarkan oksigen,zat makanan, hasil
metabolisme, dan hormon kedalam sel-sel tubuh. Di dalam sel ,darah mengangkut
sisa pengelolahan dan membawanya ke organ-organ tertentu untuk disaring dan
dikeluarkan kedalam tubuh.
Berat jantung sekitar antara 300 smpai 350 gram, pada pria dewasa normal
dan antara 250 sampai 300 gram, pada wanita normal sekitar 0,5 % dari berat
badan. Jantung berbentuk kerucut,sekitar 12 cm dan lebar 9 cm, kira-kira sebesear
satu kepalan tangan. Jantung terletak di mediastinum antara tulang rusuk ke-2 dan
ke-6.Sepetiga bagian jantung terletak disisi kanan dada dan sisanya di sisi kiri
dada. Jantung mempunyai empat ruang dan empat katup, dua ruang atas disebut
atrium dan dua ruang bawah disebut ventrikel yang dijaga oleh katup trikuspidalis
disebelah kanan dan katup mitral (biskuspidalis) disebalah kiri.Pintu dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis dijaga oleh katup pulmonalis dan pintu dari
ventrikel kiri menuju aorta dijaga oleh katup aorta. Pembuluh darah terdiri dari
arteri ,vena ,kapiler, dan yang terkait dengan struktur ini adalah system limfatik.
Komponen sistem kardiovaskular
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transpor tertutup yang
terdiri atas beberapa komponen berikut ini.
1.      jantung : sebagai organ pemompa darah.
2.      Komponen darah : sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
3.      Pembuluh darah : sebagai media atau jalan dari kopmonen darah.
Dari ketiga komponen tersebut harus memiliki fungsi yang baik, agar seluruh
tubuh dapat menerima pasokan oksigen dan nutrisi yang adekuat.
Jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan 4 ruang yang terletak di rongga
dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang

7
jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis di sebut atrium (serambi),
dan dua ruang yang berdinding tebal di sebut ventrikel (bilik).
Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang di sebut
perikardium. Ke empat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta
ventrikel kiri dan kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel di pisah kan satu dan yang lain oleh katup-
katup satu arah.
Darah
Otot jantung pembuluh darah, sistem konduksi, suplai darah dan mekanisme
saraf jantung, harus bekerja sempurna agar dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik. Semua komponen tersebut akan bekerja sama dalam bentuk denyutan,
tekanan dan isi / volume pompa darah untuk menyuplai aliran ke seluruh jaringan
sesuai kebutuhan yang di perlukan tubuh.
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) dari sistem kardiovaskular.
Secar normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki
dengan berat badan 70kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5.600 ml. Dari
jumlah tersebut sekitar 55% nya merupakan plasma.
Pembuluh darah
Komponen ketiga dari transportasi sistem kardiovaskular adalah pembuluh
darh komponen ini terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena dengan
masing-masing perbedaan struktur yang berhubungan langsung dengan ukuran
dan dinding pembuluh darah secara anatomis terdapat perbedaan antara struktur
dinding pembuluh arteri dengan pembuluh vena.
Arteri
Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan-
jaringan. Oleh karena itu, sistem arteri mempunyai dinding yang kuatb dan darah
mengalir dengan cepat menuju jaringan. Dinding aorta dan arteri relatif
mengandung banyak jaringan elastis. Dinding tersebut teregang pada saat sistole
dan mengadakan rekoil pada saat diastole.
Arteriol
Arteriol adalah cabang-cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi
sebagaikatu pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol juga
mempunyai dinding yang kuat. Arteriol mampu berkonstriksi / menyempit secar
komplitatau berdilatasi/ melebar sampai beberapa kali ukuran normal, sehingga
dapat mengatur aliran darah ke kapiler.
8
Kapiler
Secara anatomis struktur kapiler berisi sel endotelium dan bagian terusan
kapiler berfungsi untuk proses difusi. Adanya pori-pori pada bagian akhir kapiler
atau perbatasan akhir dari sel endotelium memfasilitasi terjadinya difusi silang
pada garis endotelial. Secara fisiologis kapiler berfungsi sebagai tempat
pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang interstisial.
Venula
Dinding venula hanya sedikit lebih tebal dari pada dinding kapiler. Venula
berfungsi sebagai penampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung ke
dalam vena yang lebih besar.
Vena
Berfrungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari jaringan untuk kembali ke
jantung. Oleh karena tekanan dalam sistem vena rendah, maka dinding vena yang
tipis namun berotot ini memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai
kemampuan untuk menyimoan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Tekanan darh di vena yang rendah menyebabkan ketidakmampuan melawan gaya
gravitasi. Untuk mencegah adanya arus balik, maka secara fisiologis vena
mempunyai katup untuk mencegah backflow (arus balik) darah kembali ke
kapiler.

2.2 Definisi
Endokarditis adalah radang pada katup jantung dan endokardium yang disebabkan
olehkuman dan jamur (Murwani, A, 2009).Endokarditis adalah suatu infeksi yang
melibatkan endokardium yang utuh atau rusak atau katup jantung protesa (Edward K.
Chung, 1995).Endokarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat klep-klep
(katup-katup) jantung (Anonim, 2011).Endokarditis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis
biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan
endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang
didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut
endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa
disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur,virus, dan lain-lain.

9
2.3 Etiologi
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme
yang hidup dalam saluran pernapasan bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90-95%
endokarditis infeksi disebabkan oleh streptokokus viridans, tetapi sejak adanya
antibiotik streptokokus viridans 50% penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari
sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu
stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya
adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negative aerob/anaerob, jamur,
virus, ragi, dan kandida. Faktor-faktor predisposisi dan faktor pencetus.
1) Faktor Predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat
berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik,
penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung,
miokardiopati hipertrof obstruksi. Endokarditis infeksi sering timbul pada penyakit
jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan
katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit
jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop.
Bila ada kelainan organic pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi
endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imuno supresif atau
sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis
militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus
eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
2) Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan
mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran
pernapasan.

2.4 Manifestasi Klinis


Interval antara bakteremia dengan mula timbulnya gejala-gejala EI 
diperkirakan kurang dari 2 minggu pada lebih dari 80 persen pasien  endokarditis
katup. Yang menarik, pada beberapa pasien yang mengalami infeksi katup
prostetik perioperatif dan intraoperatif, masa inkubasinya lebih lama yaitu  2
sampai 5 bulan atau lebih.
Endokarditis infektif yang akut lebih sering terjadi pada jantung normal.
Penyakit timbul mendadak. Tanda-tanda infeksi lebih menonjol, seperti panas
10
yang tinggi dan menggigil, jarang namun ditemukan jari tabuh dan Janeway
lesions (bercak kemerahan pada telapak tangan dan kaki). Terdapat tanda-tanda
pada mata berupa petekie konjungtiva, perdarahan retina, kebutaan, tanda-tanda
endoftalmitis, dan panoftalmitis. Emboli biasanya lebih sering terjadi dan
umumnya menyangkut pada arteri yang lebih besar sehingga menimbulkan infark
atau abses paru dan sebagainya. Bising jantung baru atau perubahan bising
jantung dapat terjadi.
Endokarditis infektif subakut hampir selalu mengenai jantung abnormal.
Gejala timbul lebih kurang 2 minggu sesudah masa inkubasi. Keluhan umum yang
sering dirasa adalah demam tidak terlalu tinggi, letih, lesu, banyak keringat
malam, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit kepala, dan sakit
sendi. Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralisis, sakit dada,
hematuria, sakit perut, buta mendadak, sakit pada jari tangan, dan sakit pada kulit.
Demam dapat berlangsung terus-menerus, remiten, intermiten, atau sama
sekali tidak teratur, dengan puncak panas 38-40oC dan terjadi pada sore atau
malam hari. Sering disertai menggigil pada suhu badan yang tinggi, diikuti
keringat banyak. Anemia, pembesaran hati, dan limpa dapat terjadi. Gejala emboli
dan vaskular dapat terjadi berupa petekie pada mukosa tenggorokan, mata, dan
juga pada semua bagian kulit, terutama di dada. Bagian tengah petekie biasanya
lebih pucat dan dapat terjadi pada retina yang disebut Roth’s spot. Emboli yang
timbul di bawah kuku jari tangan dan kaki berbentuk linier berupa bercak
kemerahan, disebut splinter hemorrhage. Lesi yang lebih spesifik (ada yang
mengatakan patognomonik) adalah Osler’s nodes,  yaitu penonjolan kulit
berwarna kebiruan/kemerahan, yang memiliki sifat khas berupa rasa nyeri,
terdapat pada kulit tangan (tenar dan hipotenar) dan kaki, terutama pada ujung
jari. Emboli besar dapat menimbulkan gangguan saraf sentral dan psikiatri, infark
miokard akut, aneurisma mikotik, sesak napas, glomerulonefritis, gagal ginjal,
serta infark ginjal. Tanda-tanda kelainan jantung penting untuk menentukan
adanya kelainan katup dan kelainan bawaan. Tanda lain yang dapat ditemukan
adalah sesak napas, takikardi, aritmia, sianosis, atau jari tabuh. Pada stadium akhir
terjadi gagal jantung dan lebih sering terjadi pada insufisiensi mitral dan aorta.

2.5 Patofisiologi
Pada Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis
infeksi. Pada Endokarditis rematik di sebabkan langsung oleh demam rematik,
11
suatu penyakit rematik yang di sebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
Demam rematik mempengaruhi semua persendian sehingga menyebabkan
poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran yang merupakan dan bagian
yang kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat
infeksi, artinya jantung tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung di
rusak oleh organisme tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitifitas atau
reaksi yang terjadi sebagai respons terhadap streptokokus hemolitikus.
Endokarditis rematik secara anatomis di manisfestasikan dengan adanya
tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar
jarum pentul. Manik-manik kecil tadi tidak berbahaya dan dapat menghilang tanpa
merusak bilah katub, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius.
Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secar bertahap menebalkan
bilah-bilah katub, menyebabkan menjadi memendek dan menebal di dinding
dengan bilah katub yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna.
Sebagai akibatnya terjadilah kebocoran.
Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama
lain mengakibatkan stenosis katub, yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil
klien dengan demam rematik menjadi sakit berat yang diiringi oleh gagal jantung
yang berat, disritmia serius, dan pneumonia rematik. Klien dengan kondisi seperti
ini harus di rawat di ruang perawatn intensif.
Kebanyakan klien sembah dengan segera dan terlihat normal. Namun,
meskipun klien telah bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen
yang tetap tinggal dan sering menimbulkan deformitas katub progresif. Beratnya
kerusakan jantung atau bahkan keberadaan nya mungkin tidak tampak pada
pemeriksaan fisik selama fase akut penyakit ini namun bising jantung yang khas
pada stenosis katup, regurgitasi, atau keduanya dapat terdegar pada auskultasi.pada
beberapa klien, bahkan dapat terdeteksi adanya getaran pada saat palpasi.
Miokardium biasanya dapat mngompesasi defek katup tersebut degan baik sampai
beberapa waktu tertentu. Selama miokardium masih bisa mengompensasi, klien
masih dalam keadaan sehat.

12
2.6 WOC

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan hematologi biasanya abnormal.  Ditemukan anemia
normositik normokromik,  kadar zat besi dalam serum rendah,  serum iron-
binding capacity rendah, pada 70 sampai 90 persen pasien. Anemia memburuk
jika penyakit semakin lama sehingga pada EI akut bisa tidak dijumpai anemia. 
Pada EI subakut, jumlah  leukosit bisa normal akan tetapi pada EI subakut 
dijumpai peningkatan  segmen granulosit dan neutrofilia. Trombositopenia
jarang.
Laju endap darah (LED)  meningkat yaitu  sekitar 55 mm/menit pada
hampir semua pasien EI. LED tidak meningkat pada CHF, gagalginjal, atau
koagulasi intravaskuler disseminate.  Masih ada  pemeriksaan lainnya tetapi
tidak perlu dilakukan  karena biyanya mahal dan tidak efektif dalam
13
mendiagnosis EI misalnya pemeriksaan immune dan tanda-tanda peradangan
yaitu  kompleks immune dalam sirkulasi, factor rheumatoid,  immune globulin,
cryio-globulin dan pemeriksaan kadar C-reactive protein.  Pemeriksaan
kompleks immune  dan komplemen dalam sirkulasi  bisa bermanfaat untuk
mengevaluasi azotemia yang disebabkan oleh glomerulonefritis kompleks
immune difus. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis
(neutrofilia), anemia normositik normokrom, peningkatan laju endap darah
(LED), imunoglobulin serum meningkat, uji fraksi gamaglobulin positif, total
hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, serta kadar
bilirubin darah yang sedikit meningkat.
Hasil urinalisis biasanya abnormal walaupun fungsi ginjal normal. 
Proteinuria dan hematuria mikroskopik (hematuria samar)  ditemukan pada 50
persen pasien.
2) Pemeriksaan Penunjang lainnya
Foto toraks dilakukan untuk mencari tanda-tanda gagal jantung kongestif
sebagai komplikasi yang sering, adanya bercak infiltrat kecil multipel pada
penyalahguna narkotika intravena, dan kalsifikasi katup.
EKG (Elektocardiogram) diperlukan untuk mencari infark tersembunyi
yang disebabkan emboli atau vegetasi pada arteri koronaria, dan gangguan
hantaran yang dapat disebabkan endokarditis.

2.8 Penatalaksanaan
1) Medis
a. Tirah baring
b. Farmakoterapi : antibiotic (penicillin, streptomycin vancomycyn,
gentamicyn)
c. Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotic intravena dosis
tinggi selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak cukup
pada infeksi katub buatan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan jantung
untuk memperbaiki atau mengganti katub yang rusak dan membuang
vegetasi. Sebagai tindakan pencegahan, kepada penderita kelainan katub
jantung, setiap akan menjalani tindakan gigi maupun pembedahan sebaiknya
diberikan antibiotik.
Pengobatan akan berhasil baik bila dimulai sedini mungkin, obat
tepat(terutama sesuai dengan uji resistensi) valid, dan waktu yang cukup.
14
Pengobatan empiris untuk endokarditis akut adalah dengan nafisilin 2g/ 4
jam, ampisilin 2g/ 4 jam dan gntamisin 1,5 mg/kg BB 8/ jam. Sedangkan
untuk endokarditis sub akut cukup dengan ampisilin dan gematisin. Pada
orang dewasa atau anak- anak dengan endokarditis disertai kelainan jantung
reumatik dan bawaan dapat diberi pinisilin G 2,4- 6 juta unit/hari diteruskan
selama 4 minggu. Penisilin diberi secara parenteral selama 2 minggu dan
selanjutya diberi parenteral atau oral (penisislin V). dap[at ditambahkan
streptomicyn 0,5 mg tiap 12 jam selama 2 minggu. Pada orang tua atau
wanita setelah tindakan stentri dan ginekologis dapat diberi penisilin G 1,2-
2,4 juta unit/ hari parenteral ditambah gentamicyn 3-5 mg/ kg BB yang
dibagi dalam 2 -3 dosis. Ampisilin dapat dipakai dengan dosis 6-12 g sehari.
Lama pengobatan minimal 4-6 minggu. Bila kuman resisten terhadap
penisilin, dapat dipakai sefalotin 1,5 g tiap 3 jam iv atau nafsin 1,5 g tiap 4
jam, oksasilin 12g/ hari atau vankomisin tiap 6 jam atau eritromisin 0,5 g
tiap 8 jam. Endokarditis yang disebabkan oleh jamur biasanya fatal,
doberikan amfotetisin B 0,5-1,2 mg/ hari iv dan flurositosin 150 mg/ kg BB
per oral.
Resiko mortalitas dan morbiditas tinggi pada tindakan bedah yang
terlalu awal, Tapi apabila pembedahan terlambat dilakukan, pasien dapat
meninggal karena hemidinamik yang buruk atau komplikasi berat. Indikasi
bedah adalah gagal jantung yang tidak dapat diatasi dengan obat- obatan,
septikimia yang tidak berespon dengan pengobatan antibiotik, perluasan
infeksi intrakardiak, endokarditis pada lesi jantung bawaan, dan
endokarditis karena jamur.
Profilaksis antibiotik diperlukan pada tindakan yang memungkinkan
terjadinya bakterimia, misalnya operasi atau pencabutan gigi, American
heart association merekomendasikan pemberian amoksisilin 3g secara oral
pada 1 ajm sebelum prosedur, diikuti 1,5g pada 6 jam setelah dosis inisial.
Bila pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberiakan 800mg klindamisin
oral 1 ajm sebelum prosedur, diikuti pemberian berikutnya 6 jam setelah
dosis inisial.
2) Keperawatan
Tindakan keperawatan diberikan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktek
keperawatan yaitu sebagai berikut:
15
a Independent
b Dependent
c Interdependent

16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep asuhan keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat
dan klien secara bersamaan menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan
asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan mempunyai beberapa tahapan, yaitu:
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi
Keperawatan.
3.1 Pengkajian
Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
Anamnesis
a. Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri
tenggorokan. Sesuai perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu
katup jantung, keluhan sesak nafasdan kelemahan menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :
- Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi
- Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
- Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara intravena.
- Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus
akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Juga harus menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek
samping obat.

d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di
tanyakan.
17
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.
a. B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak
dan frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan
tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat ke
gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan
fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat.
Klien biasanya di dapat kan batuk.
b. B2 (Bleeding)
Inspeksi
Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di
atas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala
sistemik yang terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di
temukan mur-mur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di
curigai adanya infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukan adanya kerusakan katup
akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae. Pembesaran jantung
atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di
sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis
akut dan otitis media akut terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi
sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau
sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli pada arteri
serebral.

18
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya penurunan
suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan
turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih
sering pada anak).
f. B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat /
aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi

3.2 Analisa Data


Proses analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep,
teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia,
ketidakcukupan nutrisi.
3) Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi volume
cairan
4) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru,
kerusakan membran di alveolar- kapiler.
5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen
untuk aktivitas.
6) Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi

3.4 Rencana keperawatan

19
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah
kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan mengurangi
dampak kekambuhan pada endokarditis rematik. Sehingga komplikasi yang paling
parah dari kerusakan katup dapat di kurangi. Untuk rencana keperawan fase akut
yang di lakukan perawat, meliputi :
Diagnosa I :
“Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang kental,
upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.”
Tujuan : kepatenan jalan napas
Kriteria Hasil : klien mampu menunjukkan jalan napas yang paten (klien merasa
tidak tercekik, irama napas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara napas abnormal)
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi, kerkel,
ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
napas dan cepat dimanifestasikan dengan bunyi nafas tambahan.
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.
c. Catat adanya derajat dispnea, missal keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas,
distress pernafasan dan penggunaan oto bantu pernafasan
Rasional : disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, missal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, missal debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat meningkatkan
episode akut.

20
Diagnosa II :
“Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia,
ketidak cukupan nutrisi.”
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi
aktivitas tersedia dan mudah klien terjangkau.
Intervensi :
a. Kaji respon aktivitas pasien. Catat adanya/ timbulnya perubahan keluhan
seperti kelemahan, kelelahan, san sesak napas saat beraktivitas.
Rasional      : Penurunan pengisian jantung/ kardiak output akan menyebabkan
cairan terkumpul pada rongga pericardial (bila ada perikarditis) yang pada
akhirnya endokarditis dapat menimbulkan gangguan fungsi katup dan
kecendrungan penurunan kardiak output.
b. Pantau denyut atau irama jantung, tekanan darah dan jumlah pernapasan
sebelum/ sesudah serta selama aktivitas sesuai kebutuhan
Rasional      :  Membantu menggambarkan tingkat dekompensasi jantung dan
paru penurunan tekanan darah, takikardi dan takipneo adalah indikasi
gangguan aktivitas jantung.
c. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh: bangun dari
kursi, bila tak ada nyeri ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional      : Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

Diagnosa III :
“Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi volume
cairan”
Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ Urine
normal, HT normal
Intervensi :
a. Pantau TTV dan CVP
Rasional : takikardi tergantung pada derajat kekurangan cairan pengukuran
CVP untuk penentuan derajat cairan dan respons terhadap terapi penggantian.
b. Pantau masukan dan haluaran urine

21
Rasional : kebutuhan penggantian cairan didasarkan pada perbaikan kekurangan
dan kehilangan terus menerus.
c. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan keseimbangan cairan 24 jam.
Rasional : perubahan dalam berat badan tidak secara akurat mempengaruhi
volume intravaskuler.

Diagnosa IV :
“Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru,
kerusakan membran di alveolar- kapiler.”
Tujuan : nafas kembali normal
Kriteria  hasil : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenisasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

Diagnosa V :
“Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen
untuk aktivitas.”
Tujuan : aktivitas kembali normal
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan sarah, nadi, dan RR
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretik dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.

22
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali

Diagnosa VI :
“Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi”
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria Hasil : suhu tubuh dalam rentang normal
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil / diafpresis
Rasional : suhu 38,90C, 41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Pada demam dapam membantu dalam diagnosis ; missal kurun demam lanjut
berakhir dari 24 jam.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Berikan antipiretik, missal : paracetamol, asetaminofen
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel – sel yang
terinfeksi.

23
3.5 Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Hal yang dievaluasi berupa keakuratan, kelengkapan dan kualitas
data teratasi atau tidaknya masalah klien serta pencapaian tujuan dan ketepatan
intervensi keperawatan.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik kesimpulan bahwa
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel jantung.
Disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi
endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit
ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun
penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh
bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan
oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus,
dan lain-lain
Pada endokarditis penatalaksanaan medisnya yaitu penicilin, stretomycin,
vancomysin, gentamicin. Diagnosa yang muncul pada pasien endokarditis adalah
Aktual/risiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium
sekunder karena penurunan perfusi, Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang
berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada
endokarditis, Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan, Cemas yang
berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan, dan Kurangnya pengetahuan (mengenai
kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya komplikasi.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pada Perawat
Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
klien dengan endokarditis dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-
buku dan mengikuti seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum teratasi.

25
2. Pada Mahasiswa
Diharapkan dapat melaksanakan tekhnik komunikasi terapeutik agar kualitas
pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan
Keperawatan dengan baik.
3. Pada Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan
pengobatan, diit, terkontrol dan jika dan keluhan-keluhan segera menghubungi
petugas kesehatan, baik Puskesmas maupun Rumah Sakit terdekat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. 2002.buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.jakarta: EGC

Corwin elizabeth j.2001.buku patofisiologi.jakarta : EGC

Doengoes marilynn E.1999. rencana asuhan keperawatan edisi 3. jakarta : EGC

Ganong, Mcphee, J Stephen. Patofisiologi Penyakit ed 5. EGC, Jakarta: 2010

Ignatavicius Donna D., Medical Surgical Nursing: a nursing process approach, Philadelpia
1991.

Muttaqin arif.2009. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular dan
hematologi. Jakarta : salemba medika.

Soeparman, DR, Dr, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 2 Jilid I , Balai Penerbit FKUI, Jakarta
1987. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai