Anda di halaman 1dari 86

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

“ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. D Dengan Diagnosa Diagnosa Medis


STEMI Inferior Onset 2 Jam TIMI 1/14 Tanpa Revaskularisasi Di Ruangan
Penyakit Dalam ”

Oleh :
Kelompok C

Anggota Kelompok :
Pusparini Anggita Ayuningtyas
Sali Zakiah Muslim
Serly Berlian
Meri Handayani
Yolanda Faradilla
Maharani
Minah Sari
Maulana Ifdatul
T. Rahmadani

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler untuk

memenuhi tugas profesi siklus ‘Keperawatan Medikal Bedah'.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Esi Afriyanti, S.Kp, M.Kes

dan Ns Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep selaku dosen pembimbing pada

kelompok C pada sikulus KDK ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada teman – teman sejawat yang berada pada kelompok C, yang sudah mau

bertukar pikiran untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis menyadari bahwa

dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan

dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................2

A. Latar Belakang.................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................3

BAB II KONSEP DASAR TEORITIS.........................................................4

A. Definisi.............................................................................................4
B.Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler.................................5
C. Etiologi Sistem Kardiovaskuler.......................................................26
D.Manifestasi klinis Sistem Kardiovaskuler........................................28
E.Gangguan Sistem Kardiovaskuler.....................................................34
F.Klasifikasi penyakit Sistem Kardiovaskuler.....................................46
G.WOC.................................................................................................48
H.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.................................................49

BAB III STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN....................65

BAB V PENUTUP..........................................................................................83

Kesimpulan...........................................................................................83
Saran.....................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................85

Sistem Kardiovaskuler |
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.

Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah.

Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung

komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi

darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut

secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah

mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang

terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui

venula dan vena

Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah

digunakan sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan

hormon serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan

metabolisme tiap-tiap sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan

volume cairan tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem

kardiovaskuler baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami

anatomi fisiologi yang ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu

memahami berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardivaskuler

tanpa ada kesalahan yang membuat kita melakukan neglicent( kelalaian).

Oleh karena itu, sangat penting sekali memahami anantomi fisiologi

Sistem Kardiovaskuler |
kardiovaskuler yang berfungsi langsung dalam mengedarkan obat-obatan

serta oksigenasi dalam tubuh dalam proses kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan STEMI ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien STEMI
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui teori terkait Mahasiswa mengetahui etiologi
terkait STEMI
b. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis terkait IMA
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi terkait IMA
d. Mahasiswa mengetahui WOC terkait IMA
e. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang terkait IMA
f. Mahasiswa mengetahui komplikasi terkait IMA
g. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan terkait IMA
h. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan IMA
i. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien IMA
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam

tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam

sistem kardiovaskuler sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

Sistem Kardiovaskuler |
BAB II

KONSEP DASAR TEORITIS

A. Definisi

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari

jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan

dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di

perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan

banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons

aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar

aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut,

lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang

berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.

Sistem Kardiovaskuler |
Gambar : Jantung pusat kardiovaskuler Gambar : Sistem kardiovaskuler

B. Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler

1. Anatomi Jantung

Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik

dengan apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-

inferior ICS –V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi

paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai

pusat sistem kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks)

sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk

mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae

2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan

jantung dengan alat sekitarnya yaitu:

a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago

kostalis setinggi kosta III-I.

b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.

c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan

aorta pulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.

Sistem Kardiovaskuler |
d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta

desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.

e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah

tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari

samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar

masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang

mempengaruhi kedudukan jantung adalah:

Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak

turun kebawah

a. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)

menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar

dan membulat

b. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan

mendorong bagian bawah jantung ke atas

c. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh

posisi tubuh

Sistem Kardiovaskuler |
Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

a) Luar/pericardium

Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan

kantong pembungkus jantung yang terletak di mediastinum

minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang

terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal

dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender

sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak

mengganggu jantung.

b) Tengah/ miokardium

Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri

koronaria. Susunan miokardium yaitu:

i. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh

dua lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut

berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua

atria.

ii. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari

cincin antrioventikuler sampai ke apeks jantung.

iii. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan

bilik( atrium dan ventrikel).

c) Dalam / Endokardium

Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane

yang mengilat yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput

Sistem Kardiovaskuler |
lender endokardium kecuali aurikula dan bagian depan sinus

vena kava.

Bagian- bagian dari jantung:

a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan

dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra

dan sebagian oleh atrium dekstra.

b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut

tumpul.

Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:

a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan

berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium

dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.

b. Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang

berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,

dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra

dan sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.

c. Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang

bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh

dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

Tepi jantung( margo kordis) yaitu:

Sistem Kardiovaskuler |
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai

dari vena kava superior sampai ke apeks kordis

b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang

dari bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke

apeks kordis.

Alur permukaan jantung:

a. Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis

b. Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis

dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis.

c. Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah

kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis.

Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:

1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,

bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.

a. Muara atrium kanan terdiri dari:

a) Vena cava superior

b) Vena cava inferior

c) Sinus koronarius

d) Osteum atrioventrikuler dekstra

b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis

Sistem Kardiovaskuler |
2. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui

osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis

melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih

tebal dari atrium kanan terdiri dari:

a. Valvula triskuspidal

b. Valvula pulmonalis

3. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula

4. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui

osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui

osteum aorta terdiri dari:

a. Valvula mitralis

b. Valvula semilunaris aorta

Peredaran darah jantung

Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan

darah ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri

pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-

paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis

terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena

pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium

sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari

ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup

valvulasemilunaris aorta.

Sistem Kardiovaskuler |
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:

1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta

berjalan kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula

memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel

kanan.

2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra

3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung

mengalir ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang

terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan

lanjutan dari vena.

2. Fisiologi Jantung

Fungsi umum otot jantung yaitu:

1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa

adanya rangsangan dari luar.

2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai

ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan

berkontraksi maksimal.

3. Tidak dapat berkontraksi tetanik.

4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

Metabolisme Otot Jantung

Sistem Kardiovaskuler |
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan

energy kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari

metabolism asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari

metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa. Proses

metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.

Pengaruh Ion Pada Jantung

1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES

menyebabkan jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.

2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan

jantung berkontraksi spastis.

3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.

Elektrofisiologi Sel Otot jantung

Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan

permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung

dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik,

kimia, mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:

1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan

bagian luar bermuatan positif.

2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya

permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natrium

mengalir dari luar ke dalam.

Sistem Kardiovaskuler |
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit

perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga

muatan positih dalam sel menjadi berkurang.

4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan

stabil agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.

5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur

tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat

meningkat.

Sistem Konduksi Jantung

Sistem konduksi jantung meliputi:

1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di

dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.

2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam

septum atrium dekat muara sinus koronari.

3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan

pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum

interventrikulare.

4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada

pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

Siklus Jantung

Sistem Kardiovaskuler |
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer

atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi

jantung sampai kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.

Fungsi jantung sebagai pompa

Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:

1. Fungsi atrium sebagai pompa

2. Fungsi ventrikel sebagai pompa

3. Periode ejeksi

4. Diastole

5. Periode relaksasi isometric

Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung

1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume

darah yang mengalir ke jantung.

2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung

melalui saraf otonom

Curah jantung

Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan

kanan sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama

satu menit disebut curah jantung (cardiac output).

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:

Sistem Kardiovaskuler |
1. Beban awal

2. Kontraktilitas

3. Beban akhir

4. Frekuensi jantung

Periode pekerjaan jantung yaitu:

1. Periode systole

2. Periode diastole

3. Periode istirahat

Bunyi Jantung

Tahapan bunyi jantung:

1. Bunyi pertama: lup

2. Bunyi kedua : Dup

3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda

4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum

bunyi pertama

3. Anatomi sistem pembuluh darah

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah keseluruh tubuh.

Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:

1. Aliran darah koroner

2. Aliran darah portal

3. Aliran darah pulmonal

Sistem Kardiovaskuler |
4. Aliran darah sistemi

1) Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang

membawa darah keseluruh tubuh dan alat tubuh. Pembuluh darah terbesar

yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri terdiri dari 3 lapisan

yaitu:

a. Tunika Intima

b. Tunika Media

c. Tunika Eksterna

a) Aorta

Merupakan pembuluh darah arteri terbesar keluar dari jantung bagian

ventrikel sinistra melalui aorta asendes membelok kebelakang melalui radiks

pulmonalis sinistra, turun sepanjang kolumna vertebralis menembus

diafragma, turun ke abdomen. Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian :

a. Aorta Asenden

b. Arkus Aorta

c. Aorta desendes

Aorta asendes mempunyai cabang:

Aorta torakalis

Aorta Abdominalis

Arteri Kepala dan Leher

Sistem Kardiovaskuler |
Disuplai oleh arteri komunis dekstra dan sinistra. Pada masing-masing sisi

menuju keatas leher dibawah otot sternomastoid dan pada ketinggian

perbatasan atas kartilago tiroid membagi diri menjadi dua yaitu:

a. Arteri karotis eksterna

a) A. tiroid superior

b) A. faringea asendes

c) A. lingualis

d) A. fasialis

e) A. aurikularis posterior

f) A. maskilaris

b. Arteri karotis interna:

a) A. oftalmika

b) A. komunikan posterior

c) A. coroidea

d) A. serebri anterior

e) A. serebri media

f) A. nasalis

c. Arteri vertebralis

Cabang bagian pertama subklavia berjalan naik melalui foramen

prosesus transversi masuk ke cranium melalui foramen mahnum berjalan

ke atas lalu kedepan medial medulla oblongata sampai di tepi bawah pons

arteri ini bergabung dan membentuk A. basilaris cabang-cabang cranial A.

vertebralis.

Sistem Kardiovaskuler |
d. Arteri basilaris

Dibentuk oleh penggabungan dua A. vertebralis berjalan naik

dalam alur. Pada permukaan anterior pons bercabang dua:

a. Arteri serebralis posterior

b. A. sirkumateriosus

Wajah menerima darah dari:

a. Arteri fasialis dan temporalis superficial

b. Arteri temporalis superficial

c. Arteri transversa fasialis

d. Arteri supraorbitalis dan supratoklearis

e. Arteri subklavia: terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri

anonima dan sinitra cabang dari arkus aorta. Terdiri dari:

a. A. aksilaris

b. A. brakhialis

c. A.ulnaris

d. A.radialis

e. A. arkus Palmaris superfisialis

f. A. arkus Palmaris profundus

g. A. digitalis

e. Aorta torakalis

a. Rongga toraks terdiri dari:

a) A.intercostalis

b) A.perikardialis

Sistem Kardiovaskuler |
c) A.bronkialis

d) A.esofagialis

e) A. mediastinalis

b. Dinding toraks terdiri dari:

a) Arteri prenikus superior

b) Arteri subkostalis

f. Aorta abdominalis : merupakan bagian dari aorta desendens.

g. Arteri Rongga perut

Terdiri dari:

a. Arteri seliaka

b. A. splinika

c. A. mesenterika superior

d. A. renalis

e. A. spermatika dan Ovarika

f. A. mesenterika Inferior

g. A. marginalis

h. Arteri dinding Abdomen

Arteri dinding abdomen muka dan belakan terdiri dari:

a. Prenikus inferior

b. Arteri subkostalis

c. Epigastrika superior

d. Arteri lumbalis

i. Rongga panggul

Sistem Kardiovaskuler |
Terdiri dari:

a. Arteri iliaka interna

b. Arteri iliaka eksterna

2) Vena

Pembuluh darah vena adalah kebalikan dari arteri yang membawa

darah dari alat-alat tubuh kembali ke jantung. Vena terbesar adalah vena

pulmonalis. Pembuluh darah vena yang terdapat dalam tubuh yaitu:

 Vena ke jantung

Meliputi : Vena cava superior, inferior dan pulmonalis

 Vena yang bermuara pada vena cava superior : tepat

dibelakang angulus mandibularis yang menyatu dengan

vena aurikularis posterior turun melintasi M.

sternokleidomastoideus tepat diatas clavikula menembus

fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke V.

subclavia. Cabang- cabangnya:

a. Vena aurikularis posterior

b. Vena retromadibularis

c. Vena jugularis eksterna posterior

d. Vena supraskapularis

e. Vena jugularis anterior

 Vena kulit kepala : vena troklearis dan vena supraorbitalis,

vena temporalis superfisialis, aurikularis posterior dan

oksipitalis.

Sistem Kardiovaskuler |
 Vena wajah: fasialis, profunda fasialis, transversa fasialis.

 Vena pterigoideus : Vena maksilaris, fasialis, lingualis,

oftalmika.

 Vena tonsil dan palatum

 Vena punggung

 Vena yang bermuara pada vena cava interior

 Anastomisis portal sistemik

 Vena dinding pelvis

 Vena anggota gerak atas dan,

 Vena anggota gerak bawah

3) Kapiler

Pembuluh darah yang paling kecil sehingga disebut dengan pembuluh

rambut. Kapiler terdiri dari:

1. Kapiler arteri

2. Kapiler vena

Fungsi kapiler:

1. Penghubung arteri dan vena

2. Tempat pertukaran darah dan cairan jaringan

3. Mengambil hasil dari kelenjar

4. Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus

5. Menyaring darah dalam ginjal

Sistem Pembuluhan Limfe

Sistem Kardiovaskuler |
Sistem pembuluh limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat

cairan dapat mengalir dari ruang interstitial ke dalam darah.pembuluh

limfa dapat mengangkut protein dan zat partikel besar, keluar ruang

jaringan yang tidak dikeluarkan dengan absorbs secara langsung

kedalam kapiler darah. Sistem pembuluh limfe terdiri dari:

1. Duktus limfatikus dekstra: Duktus limfatikus jugularis dekstra,

subclavia, dan bronkomediastinalis masing-masing mengalisrkan

cairan limfa sisi kepala dan leher.

2. Duktus limfatikus sinistra: Mulai terlihat dalam abdomen sebagai

kantong limfe yang memanjang.

3. Nodus limfatisi: Berbentuk lonjong seperti buah kacang dan

terdapat di sepanjang pembuluh limfe.

4. Kapiler limfa: sedikit cairan yang kembali ke sirkulasi melalui

pembuluh limfe.

LIMPA

Gambar : organ limpa

Sistem Kardiovaskuler |
Terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri

bawah dan pada iga ke -9, 10, dan 11, berdekatan dengan fundus abdomen

dan permukaannya menyentuh diafragma. Parenkim limpa terdiri dari:

1. Pulpa Putih

2. Pulpa Merah

4) Fisiologi Vaskuler

Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada fisiologi

kardiovaskuler karena berhubungan dengan mekanisme

pemeliharaan lingkungan internal.

Bagian- bagian yang berperan dalam sirkulasi:

1. Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.

2. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai

kendali ketika darah yang dikeluarkan ke dalam kapiler.

3. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit,

hormone dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial.

4. Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap

5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan

kembali ke jantung.

Aliran Darah

Sistem Kardiovaskuler |
Gambar: darah
dan peredarannya

Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara

kedua ujung pembuluh darah. Pembuluh darah dan aliran arteri adalah:

1. Aliran darah dalam pembuluh darah

2. Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.

3. Gelombang nadi.

4. Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang

nadi, irama denyut nadi, amplitude dan ketajaman gelombang.

5. Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.

Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:

1. Tekanan Vena: biasanya sangat rendah

2. Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan volume

3. Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive

4. Kecepatan aliran darah vena

5. Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena

6. Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena

Mikrosirkulasi

Sistem Kardiovaskuler |
Tempat pertukaran zat CIS dan CES (interstitial) adalah kapiler. Dan

dipengaruhi oleh kecuali dinding kapiler, arteriole, venolus karena dapat

mengatur jumlah dan kecepatan aliran darah. Ketiga rangkaian tersebut

disebut dengan mikrosirkulasi.

Tekanan Darah

Selisih diastolic dan sistolik disebut pulse pressure. Misalnya tekanan

sistolik 120 mmHg dan diastolic 80 mmHg maka tekanan nadi sama denga 40

mmHg. Tekanan darah tidak selalu sesuai karena salah satu factor yang

mempengaruhinya adalah keadaan kesehatan dan aktivitas.

Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah yaitu:

1. Sistem saraf

a. Presoreseptor dan kemoreseptor: serabut saraf aferen yang menuju

pusat vasomotor berasal dari baroreseptor arteri dan kemoreseptor

aortadan karotis dari korteks serebri.

b. Hipotalamus: Berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku

yang berhubungan dengan pengaturan kardiovaskuler

c. Serebrum: Mempengaruhi tekanan dari karena penurunan respons

tekanan, vasodilatasi, dan respons depressor meningkat.

d. Reseptor nyeri: bergantung pada intensitas dan lokasi stimulus

e. Reflex pulmonal: inflasi paru menimbulkan vasodilatasi sistemik

dan penurunan tekanan darah arteri dan sebaliknya kolaps paru

menimbulkan vasokonstriksi sistemik

Sistem Kardiovaskuler |
2. Sistem humoral atau kimia: berlangsung local atau sistemik, misalnya

rennin-angiotensin, vasopressin, epineprin, asetikolin, serotonin,

adenosine, kalsium, magnesium, hydrogen dan kalium.

3. Sistem hemodinamik: lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,

susunan kapiler, perubahan tekanan osmotic, dan hidrostatik bagian

luar, dan dalam sistem vaskuler.

4. Sistem limfatik: komposisi sistem limfatik hampir sama dengan

komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejumlah besar

limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke

dalam aliran darah.

Cairan limfatik

Konsentrasi protein cairan limfe yang mengalir kebanyakan dari jaringan

perifer mendekati nilai rata-rata atau pekat.

Pembuluh limfatik berfungsi sebagai:

1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah

2. Mengankut limfosit dan kelenjar limfe ke sirkulasi darah

3. Membuat lemak yang sudah diemulsi dari usus ke sirkulasi darah

4. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme

5. Menghasilkan zat antibody

C. Etiologi Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh berbagai faktor resiko.

Faktor resiko tersebut menurut Syamsudin (2011:46) ada yang tidak

dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah, yaitu:

Sistem Kardiovaskuler |
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a) Usia

Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskular, karena

usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah.

Tekanan darah meningkat sesuai usia, karena arteri secara perlahan-

lahan kehilangan keelastisannya

b) Jenis kelamin

c) Riwayat keluarga dengan infark miokard

2. Faktor resiko yang dapat diubah

a) Merokok

Kebiasaan merokok tidak baik untuk seluruh sistem kardiovaskular,

karena memasukkan karbon monoksida ke dalam tubuh dan

menurunkan kadar HDL-kolesterol yang “baik”.

b) Berat badan berlebihan (obesitas)

The American Heart Association menerangkan bahwa obesitas

(kegemukan) merupakan factor resiko utama untuk penyakit

kardiovaskular. Berat badan 20 % diatas berat badan yang disarankan

sesuai tinggi badan dianggap sebagai kelebihan berat badan bukan

kegemukan, dan dipertimbangkan sebagai kegemukan jika pria 25%

berat tubuhnya sebagai lemak dan wanita lebih dari 35%.

c) Kurang aktivitas fisik

Sistem Kardiovaskuler |
Aktivitas fisik yang kurang atau kurang dalam berolahraga adalah

kontribusi utama pada obesitas, diabetes, dan hipertensi. Memulai

olahraga rutin dapat meningkatkan HDL-kolesterol atau “kolesterol

baik”, terutama jika olahraga dikaitkan dengan penurunan berat badan.

d) Kadar lemak tinggi

LDL-kolesterol harus dibawah 100 mg/dl dan trigliserida harus kurang

dari 200 mg/dl. Kadar HDL-kolesterol bagi pria harus lebih besar

daripada 35 mg/dl, sedangkan untuk wanita harus lebih besar daripada

45 mg/dl.

e) Diabetes

Diabetes adalah factor resiko utama untuk penyakit kardiovaskular.

Tubuh penderita diabetes tanpa insulin gula tidak dapat masuk ke aliran

darah dan ke dalam sel pekerja (sel pekerja kelaparan).

f) Hipertensi

Jika timbul banyak resistensi, baik oleh darah maupun dinding arteri,

bearti lebih banyak tekanan, karena darah mengalir melalui arteri. Jika

tekanan ini membutuhkan lebih banyak energi agar darah mengalir di

arteri, bearti jantung anda harus bekerja lebih keras pada setiap

detaknya.

D. Manifestasi Klinis Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Sistem Kardiovaskuler |
Gejala pada penderita dengan gangguan jantung tergantung pada: (a) sifat

kerusakan jantung dan (b) akibat fisiologi gangguan sirkulasi. Kerja jantung

sangat berhubungan dengan aktivitas fisik dan perlu diketahui secara spesifik

(Gray, et.al., 2005:2).

1. Dyspnea

Dyspnea didefinisikan sebagai pernafasan sadar yang abnormal dan tidak

nyaman, maka dispnu merupakan gejala umum dari penyakit jantung dan

penyakit pernapasan dan paling terlihat menonjol pada aktivitas fisik.

Semakin parah kelainan jantung yang mendasari, dispnu akan muncul

pada aktivitas yang lebih ringan dan akhirnya pada waktu istirahat

(soemantri, 2007:22).

2. Nyeri dada

Nyeri dada atau rasa tercekik yang disebabkan oleh iskemia (angina),

secara khas mempunyai karakteristik tertentu yaitu rasa tidak nyaman di

daerah retrosternal yang berat, rasa seperti diikat atau kadang-kadang

seperti dibakar, terjadi teruma pada aktivitas fisik dan sembuh dalam

beberapa menit dengan istirahat atau pemberian nitrat sublingual. Rasa

tidak nyaman ini bisa menjalar kesalah satu lengan (paling sering sebelah

kiri), ke leher, dan rahang, atau melewati punggung atau perut. Serangan

biasanya berlangsung cepat, sampai 20 menit. Angina kadang-kadang

atipikal, menyebabkan rasa tidak nyaman pada leher, tenggorokan, rahang,

punggung atau perut tanpa gejala pada dada (Gray, et.al., 2005:3).

Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang

Sistem Kardiovaskuler |
disebutiskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme

yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan

perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas yang timbul jika

otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup.

Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap

orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak

merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).

Jika darah yang mengalir ke otot yang lainnya (terutama otot betis) terlalu

sedikit, biasanya penderita akan merasakan nyeri otot yang menyesakkan

dan melelahkan selama melakukan aktivitas (klaudikasio).

Aktivitas fisik tidak menyebabkan nyeri bertambah buruk. Jika menarik

nafas atau menghembuskan nafas menyebabkan nyeri semakin membaik

atau semakin memburuk, maka kemungkinan juga telah terjadi pleuritis

(peradangan pada selaput yang membungkus paru-paru). Jika sebuah arteri

robek atau pecah, penderita bisa merasakan nyeri tajam yang hilang timbul

dengan cepat dan tidak berhubungan dengan aktivitas fisik.

3. Sesak nafas

Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.

Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di

paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).

Pada stadium awal dari gagal jantung, penderita merasakan sesak nafas

hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan memburuknya

Sistem Kardiovaskuler |
penyakit, sesak akan terjadi keti ka penderita melakukan aktivitas yang

ringan, bahkan ketika penderita sedang Beristirahat (tidak melakukan

aktivitas). Sebagian besar penderita merasakan sesak nafas ketika sedang

berada dalam posisiberbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-

paru. Jika duduk, gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar

paru-paru dan sesak akan berkurang.

Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah sesak yang terjadi

pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan hilang jika penderita

duduk tegak. Sesak nafas tidak hanya terjadi pada penyakit jantung;

penderita penyakit paru-paru, penyakit otot-otot pernafasan atau penyakit

sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan juga bisa mengalami

sesak nafas. Setiap penyakit yang mengganggu keseimbangan antara

persediaan dan permintaan oksigen bisa menyebabkan sesak nafas

(misalnya gangguan fungsi pengangkutan oksigen oleh darah pada anemia

atau meningkatnya metabolisme tubuh pada hipertiroidisme).

4. Kelelahan atau kepenatan

Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama

melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa

lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya,

penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap ataumengira

gejala ini sebagai bagian dari penuaan.

5. Palpitasi (jantung berdebar-debar)

Sistem Kardiovaskuler |
Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut jantungnya. Tetapi pada

keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat melakukan olah raga

berat atau mengalami hal yang dramatis), dia bisa merasakan denyut

jantungnya. Jantungnya berdenyut dengan sangat kuat atau sangat cepat

atau tidak teratur.

Tenaga kesehatan bisa memperkuat gejala ini dengan meraba denyut nadi

dan mendengarkan denyut jantung melalui stetoskop. Palpitasi yang timbul

bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri, kelelahan,kepenatan

atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama jantung

yangabnormal atau penyakit jantung yang serius.

6. Pusing & pingsan

Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal

atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing

dan pingsan.

Gejala ini juga bisa disebabkan oleh penyakit otak atau saraf tulang

belakang, atau Bias tanpa penyebab yang serius. Emosi yang kuat atau

nyeri (yang mengaktifkan sebagian dari sistem saraf), juga bisa

menyebabkan pingsan.

7. Sinkop

Sinkop karena jantung biasanya terjadi cepat, dan biasanya tidak

berkaitan dengan konvulsi atau inkontinensia. Kesembuhan secara khas

Sistem Kardiovaskuler |
berlangsung cepat (tidak seperti penyembuhan yang lambat pada

penyebab neurologis yang dapat menyebabkan kebingungan pasca

sinkop), dan mungkin berkaitan dengan vasodilatasi hebat karena

pasokan darah kembali ke arteri yang sudah mengalami dilatasi akibat

akumulasi metabolic lokal. Penurunan kesadaran bertahap lebih

mengarah pada sinkop vasodepressor atau hipotensi postural (Ginsberg,

2011:10)

8. Edema

Peningkatan tekanan jantung kanan akan menambah tekanan vena sistemik

di vena kava inferior dan superior, dan keadaan ini paling berat pada

bagian-bagian tubuh yang menggantung, paling sering di kaki dan

pergelangan kaki. Dapat juga di daerah sakral, bagi mereka yang terbaring

di tempat tidur. Edema terjadi bila tekanan onkotik plasma dilampaui oleh

tekanan intravascular, yang diperberat oleh hipoalbuminemia (Gray, et.al.,

2005:6).

9. Sianosis

Sianosis merupakan tanda yang harus dicari pada pemeriksaan,

tetapi biasanya penderita dapat mengeluhkan adanya perubahan warna

kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan, sehingga sianosis sebagai

tampilan gejala. Perubahan warna kebiruan ini terjadi karena

meningkatnya hemoglobin terdeoksigenasi dalam darah yang masuk

jaringan (Rubenstein, Wayne, Bradley, 2010:56).

10. Klaudikasio

Sistem Kardiovaskuler |
Merupakan nyeri pada kaki, biasanya otot betis, terjadi setelah beberapa

gerakan otot dan disebabkan iskemia otot skelet akibat penyakit vascular

perifer. Karena hampir selalu besifat ateromatosa, adanya klaudikasio

harus mengingatkan kita tentang kemungkinan penderita ini juga

mempunyai dasar penyakit arteri koroner (Gray, et.al., 2005:7)

E. Gangguan Sistem Kardiovaskuler

a. Gangguan Fungsi Jantung

1. Atherosklerosis

Atherosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu

penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah, seperti

koronaria basilar, aorta, dan arteri iliaka, lesi-lesi pada arteri

menyumbat aliran darah kejaringan dan organ- organ utama yang

dimanifestasikan sebagai penyakit arteri koroner, miokard infark,

penyakit vascular perifer, aneurisma, dan cerebro vascular accident

(Muttaqin, 2009:69).

2. Angina Pectoris

Pengertian klinis Angina adalah keadaan iskemia miokard

karena kurangnya suplai oksigen ke sel-sel otot jantung (miokard)

yang disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan arteri koroner,

peningkatan beban kerja jantung, dan menurunya kemampuan darah

mengikat oksigen Angina pectoris merupakan nyeri dada sementara

atau suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami

kekurangan oksigen. Angina memiliki beberapa tipe yaitu: Stable

Sistem Kardiovaskuler |
(Stable Exertional) angina, Unstable (Crescendo/Pre-infarction)

angina, Variant (Prinzmetal’s) angina, dan Angina Mikrovaskular

(Udjianti, 2010:69).

3. Kardiomiopati

Dalam Kowalak (2014:160) disebutkan bahwa istilah

kardiomiopati secara umum dipakai pada semua penyakit yang

mengenai serabut otot jantung dan gangguan ini terjadi dalam tiga

bentuk: dilatasi, hipertrofik, dan restriktif (sangat jarang dijumpai).

Kardiomiopati adalah suatu penyakit miocard yang menyerang pada

otot jantung (Myocard) dan penyebabnya tidak diketahui.

4. Congestive Heart Failure (Gagal Jantung)

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna

mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara

adekuat (Udjianti, 2010:163). Jantung hanya mampu memompa darah

untuk waktu yang singkat, jika otot jantung melemah maka tidak

mampu memompa dengan kuat. Tiga mekanisme kompensasi

berusaha untuk mempertahankan fungsi pompa jantung normal yaitu

peningkatan respons system saraf simpatis, respons Frank Starling,

dan hipertrofi otot jantung.

5. Myocardial Infarct Acute

Infark miokard (Myocardial infarction, MI) adalah keadaan

yang mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan

Sistem Kardiovaskuler |
nekrosis otot yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai

oksigen. MI terjadi sebagai akibat dari suatu gangguan mendadak

yang timbul karena suplai darah yang kurang akibat oklusi atau

sumbatan pada arteri koroner (Kowalak, 2014:186).

Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :


a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat
dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmural  mengenai seluruh lapisan
otot jantung (dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial
Infark infark otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga
miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.
Adapun tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) menurut Oman (2008)
adalah :
a. Nyeri :
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus
tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
3) Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan
menetap (> 30 menit)
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).

Sistem Kardiovaskuler |
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,
dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual
muntah.
8) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri
yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).

Menurut Oman (2008), yang mendukung keluhan utama dilakukan


dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada
pada klien secara PQRST meliputi :

Sistem Kardiovaskuler |
1) Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang
setelah istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
2) Quality of Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri
dapat seperti tertekan, diperas atau diremas.
3) Region : Radiation, Relief : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri
diatas perikardium.penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke
dada.Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan.
4) Severity (Scale) of Pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-
4 atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai
seberapa berat nyeri yang dirasakan.Biasanya pada saat angina
terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (0-4) atau 7-9 (0-10).
5) Time : biasanya gejala nyeri timbul mendadak.Lama timbulnya
umumnya dikeluhkan > 15 mnt.Nyeri infark oleh miokardium
dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan
semakin berat (progresif) dan berlangsung lama.
b. Pemeriksaan Laboratorium

Peningkatan kadar enzim merupakan indikator spesifik untuk IMA,

kadar titer enzim-enzim ini mencerminkan luas IMA.

1) CK (Kreatinin Fosfokinase)

Pada IMA konsentrasi dalam serum meningkat 6-8 jam setelah

onset infark, mencapai puncak setelah 24 jam dan turun kembali

dalam waktu 3-4 hari. Enzim ini juga banyak terdapat pada paru,

otot skelet, otak, uterus, sel, pencernaan dan kelenjar tiroid.

Selain pada infark miokard, tingkat abnormalitas tinggi terdapat

pada penyakit otot, kerusakan cerebrovaskular dan setelah

latihan otot.

Sistem Kardiovaskuler |
2) SGOT (Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase)

Terdapat terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan

ginjalDilepaskan oleh sel otot  miokard yang rusak atau mati.

Meningkat dalam 8-36 jam dan turun kembali menjadi normal

setelah 3-4 hari.

3) LDH (Lactat Dehidrogenase)

Enzim ini terdapat di jantung dan eritrosit dan tidak spesifik.

Dapat meninggi bila ada kerusakan jaringan tubuh. Pada IMA

konsentrasi meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai

puncaknya dalam 3-6 hari dan bisa tetap abnormal 1-3 minggu.

Isoenzimnya lebih spesifik.

Sebagai indikator nekrosis miokard dapat juga dipakai troponin

T, suatu kompleks protein yang terdapat pada filamen tipis otot

jantung. Troponin T akan terdeteksi dalam darah beberapa jam

sampai dengan 14 hari setelah nekrosis miokard.

c. EKG

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T

tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.

Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS

yang menandakan adanya nekrosis. Nekrosis miokard dilihat dari 12

lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG pasien yang

mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen

ST. Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan

Sistem Kardiovaskuler |
berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian kecil berkembang

menjadi gelombang non-Q. Ketika trombus tidak menyebabkan

oklusi total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST. Pasien dengan

gambaran EKG tanpa elevasi segmen ST digolongkan ke dalam

unstable angina atau Non STEMI.

Infark yang menunjukkan abnormalitas gelombang Q disebut

infark gelombang Q. Pada sebagian kasus infark miokard, hasil

rekaman EKG tidak menunjukkan gelombang Q abnormal. Hal ini

dapat terjadi pada infark miokard dengan daerah nekrotik kecil atau

tersebar. Gelombang Q dikatakan abnormal jika durasinya ≥ 0,04

detik. Namun hal ini tidak berlaku untuk gelombang Q di lead III,

aVR, dan V1, karena normalnya gelombang Q di lead ini lebar dan

dalam.

Pada injury miokard, area yang terlibat tidak berdepolarisasi secara

sempurna. Area tersebut lebih positif dibandingkan daerah yang normal

pada akhir proses depolarisasi. Jika elektroda diletakkan di daerah ini,

maka potensial yang positif akan terekam dalam bentuk elevasi segmen

ST. Jika elektroda diletakkan di daerah sehat yang berseberangan dengan

area injury, maka terekam potensial yang negatif dan ditunjukkan dalam

bentuk ST depresi. ST depresi juga terjadi pada injury subendokard,

dimana elektroda dipisahkan dari daerah injury oleh daerah normal.

Vektor ST bergerak menjauhi elektroda, yang menyebabkan gambaran ST

depresi.

Sistem Kardiovaskuler |
Iskemik miokard memperlambat proses repolarisasi. Area iskemik

menjadi lebih negatif dibandingkan area yang sehat pada masa

repolarisasi. Vektor T bergerak menjauhi daerah iskemik. Elektroda yang

terletak di daerah iskemik merekam gerakan ini sebagai gelombang T

negatif. Iskemia subendokard tidak mengubah arah gambaran gelombang

T, mengingat proses repolarisasi secara normal bergerak dari epikard ke

arah endokard. Karena potensial elektrik dihasilkan repolarisasi

subendokardium terhambat, maka gelombang T terekam sangat tinggi.

Sadapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi.

Berdasarkan gelombang Q patologis dan elevasi ST pada sedapan EKG, IMA

dapat dibagi menjadi :

Lokasi Infark Q-wave / Elevasi ST A. Koroner


Anteroseptal V1 dan V2 LAD
Anterior
V3 dan V4 LAD
Lateral
V5 dan V6 LCX
Anterior ekstrinsif
I, a VL, V1 – V6 LAD / LCX
High lateral
I, a VL, V5 dan V6 LCX
Posterior
V7 – V9 (V1, V2*) LCX, PL
Inferior
II, III, dan a VF PDA
Right ventrikel
V2R – V4R RCA
* Gelombang R yang tinggi dan depresi ST di V1 – V2 sebagi mirror
image dari perubahan sedapan V7 – V9
LAD = Left Anterior Descending artery
LCX = Left Circumflex
RCA    = Right Coronary Artery
PL = PosteriorDescending Artery

Sistem Kardiovaskuler |
Diagnosis STEMI ditegakkan jika ditemukan angina akut

disertai elevasi segmen ST. Nilai elevasi segmen ST bervariasi,

tergantung kepada usia, jenis kelamin, dan lokasi miokard yang

terkena. Bagi pria us ia≥40 tahun, S TEMI ditegakkan jika diperoleh

elevasi segmen ST di V1-V3 ≥ 2 mm dan ≥ 2,5 mm bagi pasien

berusia < 40 tahun. ST elevasi terjadi dalam beberapa menit dan

dapat berlangsung hingga lebih dari 2 minggu.

Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika terdapat angina dan

tidak disertai dengan elevasi segmen ST yang persisten. Gambaran

EKG pasien Non STEMI beragam, bisa berupa depresi segmen ST,

inversi gelombang T, gelombang T yang datar atau pseudo-

normalization, atau tanpa perubahan EKG saat presentasi. Untuk

menegakkan diagnosis Non STEMI, perlu dijumpai depresi segmen

ST ≥ 0,5 mm di V1-V3 dan ≥ 1 mm di sandapan lainnya. Selain itu

dapat juga dijumpai elevasi segmen ST tidak persisten (<20 menit),

dengan amplitudo lebih rendah dari elevasi segmen ST pada STEMI.

Inversi gelombang T yang simetris ≥ 2 mm semakin memperkuat

dugaan Non STEMI.

Adapun keluhan utama adalah nyeri dada biasanya didaerah

precordium anterior dirasakan seperti diremas-remas, berat, tertekan

dan terhimpit. Nyeri mulai dirasakan dari rahang, leher, lengan,

punggung dan epigastrium. Lengan kiri lebih sering terasa nyeri

daripada lengan kanan. Rasa sakit biasanya berlangsung lebih dari

Sistem Kardiovaskuler |
setengah jam dan jarang berhubungan dengan aktivitas serta tidak

hilang istirahat atau pemberian nitrat. Nyeri disertai dengan rasa

mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar,

gelisah, nyeri kepala berat dan sinkop. Sesak nafas mungkin

bersamaan dengan nyeri dada sebagai tanda kemampuan atau fungsi

vetrikel yang buruk pada keadaan iskemik akut. Nausea dan nyeri

abdomen sering dijumpai pada infark yang mengenai dinding

inferior.

PATOFISIOLOGI IMA

Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi

hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard

setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan

akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan

peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik

ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik.

Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan

menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal

jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena

daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang

masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan

bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung,

tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.

Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan

Sistem Kardiovaskuler |
juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan

miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan

hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard

yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama,

tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.

Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran

ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark

maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling

ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan

timbulnya aritmia.

Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila

IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati.

Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik

mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan

menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard

sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan

hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark

meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,

regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal

hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama

pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini

disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar

Sistem Kardiovaskuler |
rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom

juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior

umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat

kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus

simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi

ventrikel dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)

b. Gangguan Struktur Jantung

1. Demam Rheumatik dan Penyakit Jantung Reumatik

Sebagai penyakit peradangan sistemik pada usia kanak-kanak, demam

reumatik akut terjadi setelah seorang anak mengalami infeksi oleh

kuman Streptococcus beta-haemolyticus grup A pada saluran napas atas

di tenggorokan, dan atau kesalahan dalam mengenali antigen penjamu

ke sel imun (Kowalak, 2014:198).

2. Endokarditis

Endokarditis (yang juga dikenal dengan nama endokarditis infeksiosa

atau endokarditis bakterialis) merupakan infeksi pada endokardium,

katup jantung, atau prosthesis jantung yang terjadi karena infeksi oleh

bakteri atau jamur (Kowalak, 2014:172).

3. Miokarditis

Menurut Corwin (2009:64) miokarditis adalah peradangan jantung

yang tidak berkaitan dengan penyakit arteri koroner atau infark

miokard. Miokarditis merupakan inflamasi lokal atau difus pada otot

jantung (miokardium) (Kowalak, 2014:189). Miokarditis paling sering

Sistem Kardiovaskuler |
terjadi akibat infeksi virus pada miokardium, tetapi tetapi dapat juga

disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur, yaitu karena infeksi

coxsackievirus.

4. Kelainan Katup Jantung (Valvular Heart Disease)

Penyakit katup jantung terjadi bila katup-katup jantung tidak mampu

membuka secara penuh (stenosis katup) atau tidak mampu menutup

secara penuh (Insuffisiensi Katup). Disfungsi katup didapat (acquired)

paling sering melibatkan bagian kiri jantung, terutama katup mitral.

Adapun urutan kejadiannya adalah mitral stenosis (MS), mitral

insufisiensi (MI), stenonosis aorta (SA), insufisiensi aorta (IA), dan

stenosis pulmoner (SP) (Udjianti, 2010:37).

c. Gangguan Sistem Vaskular

1. Hipertensi

Menurut Udjianti (2010:107) tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah

suatu peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh darah arteri secara

terus-menerus lebih dari satu periode. Hipertensi juga di definisikan

sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekana darah

diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian

terpisah.

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi ditemukan dalam

dua tipe: hipertensi esensial (primer), yang paling sering terjadi, dan

Sistem Kardiovaskuler |
hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh penyakit renal atau

penyebab lain yang dapat diidentifikasi (Kowalak, 2014:179).

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18


tahun oleh The Joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1988)
Batasan Tekanan Darah (mmHg) Kategori
Diastolik
< 85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal-tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥ 115 Hipertensi berat.
Sistolik, saat diatolik < 90 mmHg
< 140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas hipertensi sistolik
Terisolasi
≥ 160 Hipertensi sistolik terisolasi.
Sumber: Ignatavicius D, 1994 dalam Ujdianti (2010:108).

F. Klasifikasi Penyakit Kardiovaskular

Banyak penderita dengan gangguan kardiovaskular bersifat asimtomatik,

baik saat istirahat dan selama beraktivitas. Gangguan kardiovaskular biasanya

baru ditemukan melalui pemeriksaan fisik (bising jantung atau peningkatan

arterial), elektrokardiogram (EKG), serta foto rontgen toraks atau siluet jantung

pada radiografi toraks. Penderita dapat menunjukkan iskemia asimtomatik pada

exercise stress test. Pada beberapa penderita asimtomatik, kejadian klinis

pertama dapat bersifat katastropik, misalnya serangan jantung (sudden cardiac

death), infark miokard akut, atau stroke (Syamsudin, 2011:43). Klasifikasi dari

New York Heart Association merupakan panduan universal yang digunakan

untuk mengukur intensitas gagal jantung berdasarkan keterbatasan fisik

(Udjianti, 2010:14).

Tabel 2.2 Klasifikasi gangguan system kardiovaskular

Sistem Kardiovaskuler |
(New York Heart Association)
Kelas I  Tidak ada keterbatasan pada aktivitas fisik.
 Tidak ada gejala dengan aktivitas biasa.
Kelas II  Sedikit keterbatasan pada aktivitas fisik.
 Aktivitas biasa menyebabkan timbulnya gejala.
Kelas III  Keterbatasan nyata pada aktivitas fisik.
 Aktivitas dengan intensitas kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.
 Asimtomatik saat istirahat.
Kelas VI  Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik
apa pun tanpa ketidaknyamanan.
 Gejala timbul saat istirahat.
Sumber: Ujdianti (2010:14)

Sistem Kardiovaskuler |
Kemampuan sintesa ATP scr
NON STEMI
Blok sebagian aerob berkurang
G. WOC Blok pada arteri
Modified Risk Factor STEMI Infark Miokard
koroner jantung Blok total
Non-Modified Risk Factor Produksi ATP Anaerob

Penimbunan trombosit
Inflamasi Sel pecah (lisis) Sel terisi ion Pompa natrium,
ATP yg dihasilkan As. Laktat
dan faktor pembekuan
natrium dan air kalium berhenti
sangat sedikit meningkat

Pelepasan histamin Protein intrasel Edema dan bengkak Nyeri di dada


dan prostaglandin keluar ke sistemik sekitar miokard
& interstitial
Dx: Nyeri akut
Vasokonstriksi dan Dx: Nyeri akut Jalur hantaran
tromboksan Pompa jantung listrik terganggu
tdk terkoordinasi

Dx: Penurunan Hambatan depol


Curah Jantung Vol. Sekuncup turun atrium / ventrikel Otot rangka Dx: Intoleransi
kekurangan oksigen Aktivitas
dan ATP
Penurunan TD disritmia
Respon baroreseptor
Sistemik

Komplikasi: Gagal
Hipoksia meluas,
jantung, kematian.
Aktivasi saraf simpatis,
Parasimpatis
sistem iskemia meluas,
renin-angiotensin, peningkatan
berkurang infark meluas
Aliran darah ke perifer CRT di ekstremitas > 2 dt,
ADH, pelepasan hormon stress
semakin menurun pucat bahkan sianosis
(ACTH, Kortisol), peningkatan
HR dan TPR Beban jantung
prod. glukosa
Meningkat meningkat
Dx: Insufisiensi
Darah ke ginjal Produksi urin Volume plasma Aliran balik vena Perfusi Perifer
menurun menurun meningkat meningkat Sistem Kardiovaskuler |
G. Askep Gangguan Sistem Kardiovaskuler

A.     Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
      Nyeri dada
      Sesak nafas
      Edema
2.      Riwayat Kesehatan
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan
refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
     Nyeri  lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
     Integritas neurovaskuler  mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
     Status pernafasan  sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal
nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
     Gangguan sirkulasi  peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah
lelah.
     Riwayat kesehatan sebelumnya  penyekit yang pernah diderita, obat-obat
yang digunakan dan potensial penyakit keturunan.
     Kebiasaan pasien  diet, latihan, merokok dan minuman.
3. Riwayat Perkembangan
 Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
 Efek perkembangan fisik denyut jantung.
 Produksi zat dalam darah.
 Tekanan darah
4. Riwayat Sosial
 Cara hidup pasien.
 Latar belakang pendidikan
 Sumber-sumber ekonomi.
 Agama.

Sistem Kardiovaskuler | 65
 Kebudayaan dan etnik.
5. Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan keperawatan.
 Mengidentifikasi stress/sumber stress.
 Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.
B.     11 Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)
1. Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien merasakan
kondisi kesehatan dan bagaimana cara menangani
2. Pola nutrisi/metabolik : gambaran pola makan dan kebutuhan
cairan b/d kebutuhan metabolik  dan suplai nutrisi
3. Pola eliminasi gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK, melalui
kulit)
4. Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai,
rekreasi
5. Pola tidur-istirahat : gambaran pola  tidur, istirahat, dan relaksasi
6. Pola kognitif dan perceptual : gambaran pola  konsep  diri  klien  dan
persepsi  terhadap dirinya
7. Pola peran/hubungan :gambaran pola peran dalam berpartisipasi /
berhubungan dengan orang lain
8. Pola seksualitas/reproduksi   :gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman
dengan pola seksualitas dan gambaran pola reproduksi
9. Pola koping/toleransi stress : gambaran pola koping klien secara umum 
dan efektifitas  dalam toleransi terhadap stress
10. Pola nilai/keyakinan : gambaran pola  nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk aspek spiritual), 
dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan  pilihan/keputusan.
A. Pengkajian Fisik Jantung
           Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada
jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka
penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum

Sistem Kardiovaskuler | 65
termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi
pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
 Bentuk tubuh gemuk/kurus
 Anemis
 Sianosis
 Sesak nafas
 Keringat dingin
 Muka sembab
 Oedem kelopak mata
 Asites
 Bengkak tungkai/pergelangan kaki
 Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan
nadi adalah :
 Kecepatan/menit
 Kuat/lemah (besar/kecil)
 Teratur atau tidak
 Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
1.      Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang
gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls
Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang
intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini
bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau
tertarik kekiri.
2.      Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
Cardiac” dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit

Sistem Kardiovaskuler | 65
jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan), Teknik :           
     Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
     Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan
pasien
     Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi
penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun
     Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
 Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
1. Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
2. Tekanan intra toraks yang meninggi
3. Tamponade jantung
4. Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior

PALPASI
          Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung.
Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika
darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
          Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati
pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau
dengan telapak tangan. Yang perlu dinilai adalah :
 Lebar impuls iktus kordis
 Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan
(dengan telapak tangan) :
 Bising jantung yang keras (thrill)
 Apakah bising sistolik atau diastolic
 Bunyi murmur
 Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)

Sistem Kardiovaskuler | 65
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot
jantung akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.

PERKUSI
          Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan
perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan
kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan
keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut
sonor, redup dan timpani

AUSKULTASI
1. Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung,
bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).
2. Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di
titik spesifik dari dinding dada.
3. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitral dan trikuspidalis).
4. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta
dan pulmonal).
5. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan
oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
6. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel
pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel
atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
7. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup
jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising
jantung adalah :
•   Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.

•   Kenyaringan (keras-lemah) bising.

Sistem Kardiovaskuler | 65
•   Lokasi bising (yang maksimal).

•   Penyebaran bising.


Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
•     Kecepatan aliran darah yang melalui katup.

•     Derajat kelainan/gangguan katup.

•     Tebal tipisnya dinding toraks.

•     Ada tidaknya emfisema paru.


Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
•     Tingkat I      : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.

•     Tingkat II     : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.

•     Tingkat III    : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.

•     Tingkat IV    : amat nyaring tanpa thrill.

•     Tingkat V     : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)

•     Tingkat VI    : dapat didengar tanpa stetoskop.


            Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah
besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat
ditentukan :
 Lokasi         : daerah tertentu/menyebar
 Waktu          : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
 Intensitas      :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan
tinggi.
Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.

Sistem Kardiovaskuler | 65
            Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh
perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.

PEMBULUH DARAH
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi
perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan
tempat tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

D.    Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan tubuh.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-
status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran
darah koroner.

Sistem Kardiovaskuler | 65
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang
akan datang.

E.     Intervensi Keperawatan


1.      Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1.        Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, 1.        Nyeri adalah pengalaman subyektif yang
intensitas, durasi), catat setiap respon tampil dalam variasi respon verbal non verbal
verbal/non verbal, perubahan hemo- yang juga bersifat individual sehingga perlu
dinamik digambarkan secara rinci untuk menetukan
intervensi yang tepat.
2.        Berikan lingkungan yang tenang dan 2.        Menurunkan rangsang eksternal yang
tunjukkan perhatian yang tulus kepada dapat memperburuk keadaan nyeri yang
klien. terjadi.
3.        Bantu melakukan teknik relaksasi 3.        Membantu menurunkan persepsi-respon
(napas dalam/perlahan, distraksi, nyeri dengan memanipulasi adaptasi
visualisasi, bimbingan imajinasi) fisiologis tubuh terhadap nyeri.
4.        Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi:
            Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-          Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
            Beta-Bloker seperti atenolol          Agen yang dapat mengontrol nyeri
(Tenormin), pindolol (Visken), propanolol melalui efek hambatan rangsang simpatis.
(Inderal) (Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang
buruk)

Sistem Kardiovaskuler | 65
            Analgetik seperti morfin, meperidin          Morfin atau narkotik lain dapat dipakai
(Demerol) untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut
atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
            Penyekat saluran kalsium seperti          Bekerja melalui efek vasodilatasi yang
verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan
kolateral, menurunkan preload dan kebu-
tuhan oksigen miokard. Beberapa di
antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

2.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan


kebutuhan tubuh.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.        Pantau HR, irama, dan perubahan 1.      Menentukan respon klien terhadap
TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas.
aktivitas sesuai indikasi. 2.      Menurunkan kerja
2.        Tingkatkan istirahat, batasi miokard/konsumsi oksigen,
aktivitas menurunkan risiko komplikasi.
3.        Anjurkan klien untuk menghindari 3.      Manuver Valsava seperti menahan
peningkatan tekanan abdominal. napas, menunduk, batuk keras dan
4.        Batasi pengunjung sesuai dengan mengedan dapat mengakibatkan
keadaan klinis klien. bradikardia, penurunan curah jantung
5.        Bantu aktivitas sesuai dengan yang kemudian disusul dengan
keadaan klien dan jelaskan pola takikardia dan peningkatan tekanan
peningkatan aktivitas bertahap. darah.
6.        Kolaborasi pelaksanaan program 4.      Keterlibatan dalam pembicaraan
rehabilitasi pasca serangan IMA. panjang dapat melelahkan klien tetapi
kunjungan orang penting dalam suasana
tenang bersifat terapeutik.
5.      Mencegah aktivitas berlebihan;
sesuai dengan kemampuan kerja

Sistem Kardiovaskuler | 65
jantung.
6.      Menggalang kerjasama tim
kesehatan dalam proses penyembuhan
klien.

3.      Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status


sosio-ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.      Pantau respon verbal dan non verbal 1.     Klien mungkin tidak menunjukkan
yang menunjukkan kecemasan klien keluhan secara langsung tetapi kecemasan
dapat dinilai dari perilaku verbal dan non
verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan
sebagainya.
2.      Dorong klien untuk 2.     Respon klien terhadap situasi IMA
mengekspresikan perasaan marah, bervariasi, dapat berupa cemas/takut
cemas/takut terhadap situasi krisis yang terhadap ancaman kematian, cemas
dialaminya. terhadap ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peran sosial dan sebagainya.
3.      Orientasikan klien dan orang 3.     Informasi yang tepat tentang situasi
terdekat terhadap prosedur rutin dan yang dihadapi klien dapat menurunkan
aktivitas yang diharapkan. kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien mengantisipasi
dan menerima situasi yang terjadi.
4.     Meningkatkan relaksasi dan
4.      Kolaborasi pemberian agen menurunkan kecemasan.
terapeutik anti cemas/sedativa sesuai
indikasi (Diazepam/Valium,
Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan).

Sistem Kardiovaskuler | 65
4.      (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler
sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma
ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi Keperawatan Rasional
1.       Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam 1.       Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat
keadaan baring, duduk dan berdiri (bila dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard
memungkinkan) dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi
juga banyak terjadi yang mungkin
berhubungan dengan nyeri, cemas,
peningkatan katekolamin dan atau masalah
vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh
denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat.
2.       Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya 2.       S3 dihubungkan dengan GJK,
murmur. regurgitasi mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang berat.
S4 mungkin berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel dan
hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan
aliran darah normal dalam jantung seperti
pada kelainan katup, kerusakan septum atau
vibrasi otot papilar.
3.       Krekels menunjukkan kongesti paru
3.       Auskultasi bunyi napas. yang mungkin terjadi karena penurunan
fungsi miokard.
4.       Berikan makanan dalam porsi kecil 4.       Makan dalam volume yang besar dapat
dan mudah dikunyah. meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan

Sistem Kardiovaskuler | 65
terjadinya bradikardia.
5.       Kolaborasi pemberian oksigen sesuai 5.       Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan klien kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
6.       Pertahankan patensi IV-lines/heparin- 6.       Jalur IV yang paten penting untuk
lok sesuai indikasi. pemberian obat darurat bila terjadi disritmia
atau nyeri dada berulang.
7.       Bantu pemasangan/pertahankan paten- 7.       Pacu jantung mungkin merupakan
si pacu jantung bila digunakan. tindakan dukungan sementara selama fase
akut atau mungkin diperlukan secara
permanen pada infark luas/kerusakan sistem
konduksi.

5.      (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran


darah koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Pantau perubahan kesadaran/keadaan 1.       Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh
mental yang tiba-tiba seperti bingung, curah jantung di samping kadar elektrolit dan
letargi, gelisah, syok. variasi asam basa, hipoksia atau emboli
sistemik.
2.       Pantau tanda-tanda sianosis, kulit 2.       Penurunan curah jantung menyebabkan
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
perifer. penurunan perfusi perifer (kulit) dan
penurunan denyut nadi.
3.       Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, 3.       Kegagalan pompa jantung dapat
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi menimbulkan distres pernapasan. Di samping
napas) itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkan komplokasi tromboemboli
paru.
4.       Pantau fungsi gastrointestinal 4.       Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
(anorksia, penurunan bising usus, mual- menimbulkan disfungsi gastrointestinal

Sistem Kardiovaskuler | 65
muntah, distensi abdomen dan konstipasi)
5.       Pantau asupan caiaran dan haluaran 5.       Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
urine, catat berat jenis. menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal.
6.       Kolaborasi pemeriksaan laboratorium 6.       Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit) organ.
7.       Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan:
     Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)          Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi
atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka panjang.
    Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac),          Menurunkan/menetralkan asam
Antasida. lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat
iritasi gaster khususnya karena adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
   Trombolitik (t-PA, Streptokinase)          Pada infark luas atau IM baru,
trombolitik merupakan pilihan utama (dalam
6 jam pertama serangan IMA) untuk
memecahkan bekuan dan memperbaiki
perfusi miokard.

Sistem Kardiovaskuler | 65
6.      (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Auskultasi bunyi napas terhadap 1.       Indikasi terjadinya edema paru sekunder
adanya krekels. akibat dekompensasi jantung.
2.       Pantau adanya DVJ dan edema 2.       Dicurigai adanya GJK atau kelebihan
anasarka volume cairan (overhidrasi)
3.       Hitung keseimbangan cairan dan 3.       Penurunan curah jantung mengakibatkan
timbang berat badan setiap hari bila tidak gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
kontraindikasi. dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang
gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba)
menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
jantung.
4.       Pertahankan asupan cairan total 2000 4.       Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
ml/24 jam dalam batas toleransi dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
kardiovaskuler. adanya dekompensasi jantung.
5.       Kolaborasi pemberian diet rendah 5.       Natrium mengakibatkan retensi cairan
natrium. sehingga harus dibatasi.
6.       Kolaborasi pemberian diuretik sesuia 6.       Diuretik mungkin diperlukan untuk
indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ mengoreksi kelebihan volume cairan.
Apresoline, Spironlakton/ Hidronolak-
ton/Aldactone)
7.       Pantau kadar kalium sesuai indikasi. 7.       Hipokalemia dapat terjadi pada terapi
diuretik yang juga meningkatkan
pengeluaran kalium.

7.      Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi

Sistem Kardiovaskuler | 65
jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan
datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1.       Kaji tingkat pengetahuan klien/orang 1.       Proses pembelajaran sangat dipengaruhi
terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar oleh kesiapan fisik dan mental klien.
klien.
2.       Berikan informasi dalam berbagai 2.       Meningkatkan penyerapan materi
variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, pembelajaran.
leaflet instruksi ringkas, aktivitas
kelompok)
3.       Berikan penekanan penjelasan tentang 3.       Memberikan informasi terlalu luas tidak
faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
obat dan gejala yang memerlukan dengan penekanan pada hal-hal penting yang
perhatian cepat/darurat. signifikan bagi kesehatan klien.
4.       Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
4.       Peringatkan untuk menghindari kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
aktivitas isometrik, manuver Valsava dan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
aktivitas yang memerlukan tangan yang dapat memicu serangan ulang.
diposisikan di atas kepala.

5.       Jelaskan program peningkatan 5.       Meningkatkan aktivitas secara bertahap


aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, meningkatkan kekuatan dan mencegah
jalan, kerja ringan, kerja sedang) aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral
dan memungkinkan kembalinya pola hidup
normal.

Sistem Kardiovaskuler | 65
BAB III

STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Tn. D usia 50 tahun masuk Rumah Sakit dengan diagnosa medis STEMI inferior

onset 2 jam TIMI 1/14 tanpa revaskularisasi. Klien mengeluh nyeri dada khas

infark sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri skala 6, tidak hilang

dengan istirahat keringat dingin (+), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-).

Hasil pengkajian didapatkan RR 20 x/ menit, TD 106/ 74 mmHg, frekuensi nadi

76x/menit, Suhu 36.7oC. Klien mengatakan baru pertama kali masuk RS dan

dirawat, ia tidak tahu dengan penyakit yang ia alami, karena tidak memiliki

riwayat penyakit sebelumnya. Klien merupakan perokok berat dan bekerja sebagai

buruh.

Gambaran EKG ditemukan HR 80 x/menit, P wave N, PR interval 0,08, QRS

durasi 0,04, St elevasi dan T inverted II, III, AvF, LVH (-), RVH (-). Hasil

laboratorium Na 136 mmol/l, K 3,9 mmol/l, Kalsium 7,9 mg/dl, Cl 108 mmol/l.

Klien akan dilakukan tindakan pemasangan ring (PCI).

Penugasan :

1. Jelaskan patofisiologi penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas!


2. Jelaskan pengkajian lanjutan yang harus dilakukan perawat untuk
melengkapi data pengkajian pada kasus di atas!
3. Apakah prinsip-prinsip legal etis yang perlu diperhatikan perawat dalam
mempersiapakan pasien untuk tindakan operasi pada kasus di atas?

Sistem Kardiovaskuler | 65
4. Apakah edukasi yang perlu diberikan perawat terkait kondisi dan hal-hal
yang perlu dilakukan pasien pasca operasi terkait kasus di atas?
5. Buatlah rencana keperawatan untuk Tn.D pada kasus di atas!
Jawaban :
1) Patofisiologi STEMI
Riwayat perjalanan penyakit pasien seperti data yang ada dikasus dapat
simpulkan dari kebiasaan merokok yang selama ini karena pasien
merupakan perokok berat. Kandungan zat-zat yang ada pada rokok
menyebabkan terjadinya atheroklerosis. Kebiasaan makan makanan yang
ditidak sehat dan kebiasaan serta gaya hidup yang tidak sehat
menyebabkan ternyadinya penumpukan lemak dan kolestrol bertimbun di
arteri besar. Timbunan ini menyebabkan plak akan menggangu absorbsi
nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah. Pembuluh darah yang terkena menjadi nekrotik dan
menjadi jaringan parut membuat lapisan pelindung arteri perlahan-lahan
mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah, sehimgga menjadi sempit
dan aliran darah terhambat. Infark terjadi jika plaque aterosklerosis
mengalami fisura, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau
sistemik memicu trombogenesis sehingga mengakibatkan oklusi arteri
coroner. Lumen yang menyempit dan berdinding kasar akan terjadi
bekuan darah dan diikuti oleh penyakit tromboemboli yang merupakan
penyakit atherosklerosis. Hal ini berlangsung lama akan terhanyut dalam
darah dan menyumbat arteri koroner dan kapiler disebelah disak plak
yang pecah. Pada lokasi ruptur plaque, berbagai agonis (kolagen, ADP
epinefrin dan serotonin) memicu aktivasi trombosit, selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang
poten). Aktifitas trombosit juga akan memicu terjadinya agregasi platelet
sehingga menkonversi protombin menjadi thrombin dan fibrinogen
menjadi fibrin. Pembentukan trombus pada kaskade koagulasi akan
menyebabkan oklusi oleh trombus sehinga menyebabkan aliran darah
berhenti secara mendadak dan mengakibatkan STEMI.

Sistem Kardiovaskuler | 65
2) Pengkajian lanjutan yang harus dilakukan perawat untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus di atas
a. Riwayat Keperawatan

- Alasan Masuk Rumah Sakit

Pada tanggal 30 September 2020 klien masuk Rumah sakit dengan

keluhan nyeri dada khas infark miokard sejak 2 hari sebelum masuk

Rumah Sakit, meraskan nyeri skala 6, tidak hilang, dengan keringat

dingin.

- Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri dada khas infark miokard sejak 2 hari

sebelum masuk Rumah Sakit, meraskan nyeri skala 6, tidak hilang,

dengan keringat dingin.

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit

sebelumnya,dan baru pertama kali masuk RS dan dirawat.

- Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dikaji, pasien mengatakan nyeri sejak 2 hari sebbelum

masuk Rumah Sakit dengan skala 6 yang tidak hilang dan berkeringat

dingin dan pasien mengatakantidak mengetahui peyakitnya.

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit

keturunan seperti Jantung, Hipertensi, diabetes, dan sesak napas

menahun.

b. Hasil Pemeriksaan Fisik

Sistem Kardiovaskuler | 65
1. Keadaan Umum : Klien terlihat meringis, lemas, lesu dan gelisah, pasien

mengeluhkan nyeri, akral teraba dingin, CRT 2-3 detik.

2. BB/TB : 60 kg / 167cm

3. Tingkat kesadaran : Compos Mentis; E : 4 ; M: 6 ; V: 5

4. Tanda-tanda Vital (TTV)

- TD: 106/74 mmHg

- N : 76 x/menit

- S : 36,7oC

- R : 20x/menit

- Nyeri : P : Nyeri dada akibat iskemi

Q : tertekanatau tertimpa benda berat


R : pada bagian dada
S:6
T : setiap waktu

5. Pola Fungsional Gordon

a. Pola Nutrisi

Pasien makan 3xsehari, menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan

b. Pola Istirahat dan Tidur

Pasien tidur ± 6 jam. Biasanya pasien tidur mulai jam 22.00 malam dan

bangun jam 05.00 pagi. Dan pagi hari pasien tidur pada jam 10.00 dan bangun

pada jam 12.00.

c. Pola Eliminasi

Pola eliminasi pasien baik. BAK ±2x sehari, nya, berbau khas, warna urine

kuning. BAB ±2xsehari, konsistensi padat dan lembek, bau khas feses.

Sistem Kardiovaskuler | 65
d. Pola Aktifitas dan Latihan

Selama sakit pasien lebih banyak berbaring di tempat tidur karena merasakan

nyeri dada.

e. Pola persepsi diri/konsep diri

Klien mengatakan bahwa ia tidak menganggap sakit yang ia rasakan ini

sebagai kutukan namun teguran karena ia yakin ia berharga sebagai manusia

f. Pola peran

Klien mengatakan sekarang ia berperan sebagai ibu dalam keluarga dan ia

merasa stress.

g. Pola seksualitas

Klien saat ini sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak.

h. Pola koping terhadap stres

Klien mengatakan bahwa jika ia sedang stress ia lebih banyak berdoa dan

menceritakan kepada keluarganya.

i. Pola system nilai dan kepercayaan

Klien mengatakan ia menganut agama Kristen protestan dan percaya bahwa

Tuhan melindunginya serta keluarganya. Ia juga mengatakan saat ini lebih

banyak membaca Alkitab dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

6. Head to Toe

1) Kepala

a. Lingkar kepala : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi

b. Rambut :

- kebersihan : bersih
- warna : Hitam
- tekstur : Halus

Sistem Kardiovaskuler | 65
- distribusi rambut : Merata seluruh kepala
- kuat / mudah tercabut : kuat
c. Wajah : Bentuk simetris, kulit kering, tampak lemah dan pucat.
2) Mata

Simetris : Ya

Sklera : pucat

Konjungtiva : merah

Pupil : ukuran : 2mm, bentuk : bundar , reaksi cahaya : miosis

3) Telinga

Simetris : simetris

Serumen : baik

Pendengaran : baik

4) Hidung

Septum simetris : simetris

Sekret : normal

Polip : tidak ada polip

Cuping hidung : Tidak terlihat adanya pernapasan cuping hidung

5) Mulut

Kebersihan : kurang bersih

Warna bibir : merah muda kelembapan : mukosa bibir kering

Lidah : bersih

Gigi : kekuningan dan banyak plak

6) Leher

a. kelenjer getah bening : tidak bermasalah

b. kelenjer tiroid : tidak bermasalah

c. JVP : tidak terdapat JPV

Sistem Kardiovaskuler | 65
7) Dada

a. inspeksi : Gerakan dada simitris, tidak ada lesi, tidak ada


jaringan parut, tidak terdapat otot bantu napas, kedalaman napas normal,
retraksi supra sternal +/+, retraksi intercoste +/+

b. Palpasi : perkusi resonan

c. perkusi : dalam batas normal

d. auskultasi : rhonchi +/+ pada daerah basal minimal, wheezing


-/-, vocal fremitus kuat dan simitris.

8) Jantung: Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan
ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan. perkusi dullness. Bj s1 & s2
tunggal, gallop tidak ada. capillary refill 2-3 detik

9) Abdomen

a. inspeksi : bentuk datar, tidak ada asites, tidak ada jaringan


parut, tidak ada lesi

b. Palpasi : terdapat nyeri tekan di ulu hati

c. Perkusi : terdengar sedikit kembung

d. Auskultasi : terdapat bising usus (+)

10) Punggung : Bentuk : simetris

11) Ekstermitas

Kekuatan dan tonus otot : baik

Reflek-reflek :

a. Atas : Bentuk simetris, jari lengkap, kulit lengket, ada

edema, tangan kanan terpasang Infus RL (20 Tpm), vaskularisasi hangat, tidak

ada clubbing finger, akral teraba dingin,CRT 2-3 detik.

b. Bawah : Bentuk simetris, jari lengkap, tidak ada edema,

vaskularisasi hangat.

Sistem Kardiovaskuler | 65
12) Genetalia : baik

13) Kulit :

Warna : pucat

Turgor : kering dan keriput

Integritas : kering

Elastisitas : tidak elastis

c. Hasil Pemeriksaan Penunjang

a.   hasil Laboratorium:


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi

Natrium (Na) 136mmol/l 135-145 Normal

Kalium (K) 3,9 mmol/l 3,5-5,0 Normal

Kalsium 7,9mg/dl 8-25 Turun

klorida (Cl) 108 mmol/l 94-111 Normal

b.   EKG: HR: 80x/I, P wave interval, PR interval 0,08, QRS durasi 0,04 st
elevasi, T inverted II,III, AvF, LVH (-), RVH (-)

3) Prinsip-prinsip legal etis yang perlu diperhatikan perawat dalam


mempersiapakan pasien untuk tindakan operasi
a. Veracity (Kejujuran)
Memberikan informasi terkait tindakan operasi yang akan dilakukan secara
akurat dan objektif kepada pasien sehingga mengetahui manfaat dan resiko
tindakan operasi yang akan dijalani
b. Benefience (Manfaat)
Memberikan semua informasi terkait manfaat dan efek tindakan yang akan
dilakukan pasien
c. Autonimo (Kebebasan)

Sistem Kardiovaskuler | 65
Memberikan keputusan sepenuhnya kepada pasien dan keluarga terkait
pilihan yang akan diambil setelah memberikan informasi terkait manfaat
dan efek tindakan operasi nantinya
d. Informed Concent.
“informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang
diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta
resiko yang berkaitan dengannya. pasien dapat mengambil keputusan
untuk dilkukan tindakan tersebut atau tidak. Pasien juga mendapatkan
hak untuk mengetahui resiko dan manfaat dari tinndakan yang diberikan.
4) Edukasi yang perlu diberikan terkait kondisi dan hal-hal yang perlu dilakukan
pasien pasca operasi

a. Pasien diberitahu posisi berbaring datar dan tidak boleh menaikan posisi
kepala
b. Pasein diberitahu untuk menjaga posisi kali lurus saat berbaring yang
bertujuan untuk mencegah perdarahan di anjurakan posisi ini ke pasien
selama 2-6 jam paska operasi
c. Pasien penting diberitahukan untuk tidak duduk dan berdiri dulu
d. Pasien segera di edukasikan untuk diperbolehkan makan/minum dari diet
yang disediakan rumah sakit dan ajurkan untuk banyak minum untuk
menghilangkan kontras dari tubuh selama operasi
e. Beritahu pasien untuk melapor jika terasa nyeri dan adanya perdarahan
disekitar penusukan
f. Memberitahukan tindakan perawatan ini selama 3 hari kepada pasien dan
jika tidak ada keluhan yang dirasakan pada hari ketiga rawatan sudah
diperbolehkan pulang

5) Rencana Asuhan Keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan (NANDA), Data Objektif, dan Data Subjektif

1. Penurunan curah jantung

Sistem Kardiovaskuler | 65
2. Nyeri akut
3. Intoleransi aktifitas
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
/TGL
DS: Perubahan faktor- Penurunan
-Pasien mengatakan nyeri tidak faktor listrik, curah jantung
hilang dengan isirahat penurunan
Data fokus tambahan karakteristik
- P : Nyeri dada akibat iskemi miokard
- Q : tertekanatau tertimpa
benda berat
- R : pada bagian dada
- S:6
- T : setiap waktu
DO:
-Gambaran EKG:
Perubahan pada
elektrokardiogram (EKG): ST
elevasi, T inverted II, III, Avf
(iskemia)

DS: Agen cedera Nyeri akut


-Pasien mengeluh nyeri dada biologis (infark
-Pasien mengatakan nyeri tidak miokard)
hilang dengan istirahat
-Skala nyeri 6
DO:
-Catat adanya perubahan pada
TTV
-TD: 107 mmHg
-N: 76x/mnt
-P: 20x/mnt
-S: 36,50C
-Pengkajian nyeri
- P : Nyeri dada akibat iskemi
- Q : tertekanatau tertimpa
benda berat

Sistem Kardiovaskuler | 65
- R : pada bagian dada
- S:6
- T : setiap waktu
Data fokus tambahan
-Ekspresi wajah meringis
-menunjukkan ekspresi gelisah
-Sikap melindungi area nyeri
-Perubahan posisi untuk
mengindari nyeri

DS: Ketidakseimbangan Intoleransi


Data fokus tambahan suplai dan aktivitas
- Pasien mengatakan lebih kebutuhan oksigen
banyak beraktivitas di tempat
tidur
- Pasien mengatakan tidak
ingin bergerak karena nyeri
dada yang dirasakan
- Pasien mengatakan tidak
nyaman
DO:
-TD: 107 mmHg
-N: 76x/mnt
-P: 20x/mnt
-Gambaran EKG:
ST elevasi, T inverted II, III, Avf
Data tambahan
-Kaji Status kesadaran pasien :
Compos Mentis; E : 4 ; M: 6 ; V:
5
-Kaji kemampuan ADL pasien
selama rawatan
- Pasien tidak mampu
bergerak dengan leluasa
(keterbatasan dalam
bergerak)
- Pasien tampak gelisah
- Gerakan terbatas

Sistem Kardiovaskuler | 65
B. Intervensi Keperawatan (NOC-NIC)

No NANDA NOC NIC

1. 00029 0400 Cardiac Care


Penurunan curah jantung Keefektifan pompa jantung Aktifitas:
Definisi : Definisi : - Evaluasi adanya nyeri (intensitas,
Ketidakadekuatan daerah yang dipompa Kecukupan volume darah yang lokasi, durasi).
oleh jantung untuk memenuhi dipompakan dari ventrikel kiri untuk - Catat adanya disritmia jantung
kebutuhan metabolik tubuh mendukung tekanan perfusi sistemik - Catat adanya tanda & gejala
Scala outcome penurunan cardiac output
1 = deviasi kisaran normal - Monitor status kardiovaskular
5 = tidak ada deviasi - Monitor status pernafasan yang
Tekanan darah sistol menandakan gagal jantung
1 2 3 4 5 - Monitor abdomen sebagai
Tekanan darah diastole indicator penurunan perfusi
1 2 3 4 5 - Monitor balance cairan
Denyut jantung apical - Monitor adanya perubahan tekana
1 2 3 4 5 darah
Denyut nadi perifer - Monitor respon pasien terhadap
1 2 3 4 5 efek pengobatan antiaritmia
Tekanan vena sentral - Etur periode latihan & istirahat
1 2 3 4 5 untuk menghindari kelelahan.
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspne, fatique,

Sistem Kardiovaskuler | 65
0401 takipneu, & ortopneu
Satus Sirkulasi - Anjurkan pasien untuk
Definisi : menurunkan stress.
Aliran darah yang searah dan tidak
terhambat dengan aliranyang tepat melalui Vital Sign Monitoring
pembuluh darah besar sirkuit sistemik dan Aktifitas:
paru - Monitor TD, nadi Suhu dan RR
Skala outcome - Catat adanya fluktuasi tekanan
1 = deviasi kisaran normal darah
5 = tidak ada deviasi - Monitor VS saat pasien berbaring,
Tekanan nadi duduk atau berdiri
1 2 3 4 5 - Auskultasi TD pada kedua lengan
Tekanan darah rata-rata dan bandingkan
1 2 3 4 5 - Monitor TD, nadi, suhu dan RR
Tekanan vena sentral sebelum dan sesduah aktivitas
1 2 3 4 5 - Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulpus paradoksus
0802 - Monitor adanya pulpus alterans
Tanda-tanda vital - Monitor jumlah & irama jantung
Definisi : - Monitor bunyi jantung
Tingkat suhu, denyut nadi, respirasi, dan - Monitor frekuensi dan irama
tekanan darah berada dalam kisaran normal pernafasan
Skala outcome - Monitor adanya cushing triad
1 = deviasi kisaran normal (tekanan nadi yang meleba,
5 = tidak ada deviasi bradikardia, peningkatan sistolik).

Sistem Kardiovaskuler | 65
Suhu tubuh - Monitor suhu, warna, dan
1 2 3 4 5 kelembaban kulit.
Irama jantung apical - Identifikasi penyebab dadi
1 2 3 4 5 penurunan vital sign
Denyut jantung radial
1 2 3 4 5
Tingkat pernapasan
1 2 3 4 5
Irama pernapasan
1 2 3 4 5
1 000132 1605 2210
Nyeri Akut Kontrol Nyeri Pemberian analgesik
Definisi : Definisi : Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional tidak Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri Penggunaan agen farmakologi untuk
menyenangkan yang muncul akibat Scala outcome mengurangi atau menghilangkan
kerusakan jaringan aktual atau potensial 1 = tidak pernah menunjukan nyeri
atau yang digambarkan sebagai 5 = secara konsisten menunjukkan Aktivitas :
kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau Mengenali kapan terjadi nyeri  Tentukan lokasi, karakteristik,
lambat dari intensitas ringan hingga 1 2 3 4 5 kualitas dan keparahan nyeri
berat dengan akhir yang dapat Menggambarkan faktor penyebab nyeri sebelum mengobati
diantisipasi atau diprediksi 1 2 3 4 5  Cek printah pengobatan meliputi
Menggunakan jurnal harian untuk dosis, obat,dan frekuensi obat
memonitor gejala dari waktu ke waktu yang diberikan
1 2 3 4 5  cek riwayat alergi
Menggunaakan tindakan pencegahan  evaluasi kemampuan berperan
1 2 3 4 5 serta dalam pemilihan analgesik
Melaporkan perubahan terhadap gejala

Sistem Kardiovaskuler | 65
nyeri pada profesional kesehatan  pilih analgesik berdasarkan tipe
1 2 3 4 5 dan keparahan
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol  tentukan pilihan obat analgesik
pada profesional kesehatan  pilih rute intravena
1 2 3 4 5  tinggalkan obat narkotik dan obat
Menggunakan sumber daya yang tersedia lain yang dibatasi
1 2 3 4 5  monitor tanda vital sebelum dan
Mengenali apa yang terkait tentang gejala sesudah pemberian
nyeri  berikan kebutuhan nyaman dan
1 2 3 4 5 aktivitas lain
Melaporkan nyeri yang terkontrol
 berikan analgesik sesuai waktu
1 2 3 4 5
paruh
 susun harapan positif mengenai
keefektifan analgesik
 pertimbangkan pengguanaan infus
terus-menerus
 perbaiki kesalahan mitos/
pengertian yang dimiliki pasien
 evalusasi keefektifan analgesik
dengan interval teratur
 dkumentasi respon terhadap
analgesik dan efek samping
 evaluasi dan dokumentasi tingkat
sedasi
 lakukan tindakan menguragi efek
samping
 kolaborasikan dengan dokter

Sistem Kardiovaskuler | 65
tentang pemberian analgesik
 ajarkan tentabg penggunaan
analgesic
3. 00092 0005 Perawatan Jantung
Intoleransi aktifitas Toleransi terhadap aktivitas
Definisi : Definisi : Aktivitas :
Ketidakcukupan energi psikologis atau Respon fisiologis terhadap pergerakan - Pastikan tingkat aktivitas pasien
fisiologis untuk mempertahankan atau yang memerlukan energy dalam aktivitas yang tidak membahayakancurah
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari jantung atau memprovokasi
sehari-hari yang harus atau yang ingin Skala outcome serangan jantung
dilakukan 1=sangat terganggu - Dorong peningkatan aktivitas
5=tidak terganggu bertahap ketika kondisi sudah
Tekanan darah sistolik saat aktivitas distabilkan (misalnya dorong
1 2 3 4 5 aktivitas yang lebih ringan atau
Tekanan darah diastolic saat aktivitas waktu yang lebih singkat denga
1 2 3 4 5 waktu istirahat yang sering dalam
Temuan/hasil EKG melakukan aktivitas).
1 2 3 4 5 - Intruksikan pasien tentang
Kemudahan dalam melakukan aktivitas pentingnya untuk segera
hidup harian (ADL) melaporkan bila merasakan nyeri
1 2 3 4 5 dada; evaluasi episode nyeri dada
Kemampuan untuk berbicara ketika (intensitas, lokasi, radiasi, durasi
melakukan aktivitas fisik dan faktor pemicu serta
1 2 3 4 5 meringankan nyeri dada).
- Monitor EKG, adakah perubahan

Sistem Kardiovaskuler | 65
segmen ST , sebagaimana
mestinya.
- Lakukan penilaian komprehensif
pada sirkulasi perifer (missal cek
nadi perifer, edema, pengisian
ulang kapiler, warna dan suhu
ekstremitas) secara rutin.
- Monitot TTV secara rutin.
- Monitor nilai laboraturium yang
tepat (enzim jantung dan nilai
elektrolit).

Sistem Kardiovaskuler | 65
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pemaparan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata yaitu jantung dan pembuluh darah dan

3 komponen yaitu salah satunya adalah hemoglobin dalam darah yang juga

berperan dalam sistem sirkulasi. Factor yang menyebabkan timbulnya gangguan

system kardiovaskuler terbagi menjadi dua, yaitu yang tidak dapat diubah (usia,

jenis kelamin, dan riwayat keluarga dengan infark miokard) dan yang dapat

diubah (merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, kadar lemak yang tinggi,

diabetes, dan hipertensi). Manifestasi klinias gangguan system kardiovaskuler

adalah dyspnea, nyeri dada, sesak napas,kelelahan atau kepenatan, palpitasi,

pusing dan pingsan, sinkop, edema, dan sianosis. Gangguan system

kardiovaskuler terbagi menjadi 3yaitu gangguan fungsi jantung

(artherosklerosis, angina pectoris, kardiomiopati, CHF, IMA), gangguan

struktur jantung (demam rheumatic, endocarditis, miokarditis, dan kelainan

katup jantung), dan gangguan system vaskuler (hipertensi).

B. Saran

Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu

kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali memahai anatomi sistem

kardiovaskuler secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu dirumah sakit

maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi tubuh akibat

Sistem Kardiovaskuler | 65
kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung

sebagai pusat kehidupan.

Sistem Kardiovaskuler | 65
DAFTAR PUSTAKA

Bullechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.


Oxford : Elsevier.
Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6.
Jakarta: EGC
Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Morhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Oxford :
Elsevier.
Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta:EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4.
Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI

Sistem Kardiovaskuler | 65

Anda mungkin juga menyukai