PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang disebabkan oleh corona virus, yang menjadi krisis kesehatan dunia
terjadi pada bulan Desember 2019, wabah virus ini pertama kali terjadi di
kota Wuhan di Provinsi Hubei Tengah Cina (Holshue et al, 2020). Pada
yaitu pada seorang pria berusia 61 tahun, yang terpapar saat ke pasar
pertama di luar China yaitu pada seorang pria yang berasal dari Tiongkok di
yaitu sebanyak 81.077 kasus dan total kematian sebanyak 3.218, sedangkan
dengan total kematian sebanyak 3.388 pada 150 negara dan di Indonesia
total kasus COVID-19 yaitu sebesar 8.882 kasus dengan total kematian
sebanyak 743 orang. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tanggal
28 April 2020 total kasus COVID-19 di Kota Padang sebesar 96 kasus
diantaranaya yaitu resiko terinfeksi dan menginfeksi orang lain, terutama jika
yang diperkirakan akan meningkat hari demi hari selama epidemi ini (Roy et
al, 2020). Menurut WHO, 2020 masalah kesehatan mental yang terjadi pada
Meningkatnya stres dan kecemasan pada pandemi ini disebabkan oleh media
yang tidak akurat atau berlebihan dari media, sehingga dapat memengaruhi
masyarakat merasa tertekan dan lelah secara emosional (Roy et al, 2020).
adanya interaksi antara sumber daya yang ada dalam diri individu dengan
2014).
adanya tuntutan dalam suatu situasi yang menjadi beban serta diluar batas
Kecemasan atau ansietas merupakan rasa takut yang tidak jelas disertai
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tidak berdaya dan keinginan bunuh
tahun ke atas yaitu sebesar 6 %, dan di Provinsi Sumatera Barat sebesar 4,5
kejadian depresi di Sumatera Barat yaitu 8,2 % atau 13.683 penduduk. Data
pada kesehatan jiwa akibat pendemi COVID-19 yaitu lansia, orang dengan
penyakit kronis, anak dan remaja , disabilitas fisik, ODMK (Orang dengan
berada pada tahap remaja akhir yakninya usia 18-20 tahun dan dewasa awal.
dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa ( r= 0,327, P < . 001), hal ini
ini dikaitkan dengan tempat tinggal mereka, sumber pendapatan orang tua,
apakah tinggal bersama orang tua atau tidak dan apakah memiliki kerabat
< . 001) .
bekerja (Wang et al, 2020). Sejalan dengan Rajkumar, 2020 jenis kelamin
perempuan, status siswa, gejala fisik tertentu dan status kesehatan yang
lebih besar dari wabah dan tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang
dengan sampel 662 yang terdiri dari 51,2% adalah perempuan dan 48,6%
pendapatan orang tuanya yang tidak tetap sedangkan yang lainnya tidak,
dengan kondisi saat ini, 6 orang mahasiswa mengatakan merasa putus asa
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini yaitu :
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan
2. Bagi Peneliti
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja
1. Defenisi Remaja
usia remaja adalah 10-14 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah
masa peralihan dari masa puberitas menuju masa dewasa serta menglami
idealis dan logis. Menanggapi perubahan yang terjadi maka orang tua
dengan dirinya.
kematian COVID-19 yang pertama kali yaitu pada seorang pria yang
berusia 61 tahun, yang terpapar saat ke pasar makanan laut (WHO, 2020).
kematian pertama di luar China yaitu pada seorang pria yang berasal dari
2. Defenisi COVID-19
yang disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan (WHO, 2020).
virus yang diselimuti RNA (Burrell et al., 2017). Patogen dari virus ini
umumnya terjadi pada hari ketiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan
dengan gejala seperti hidung tersumbat, pilek dan diare pada beberapa
bernapas yang jelas dan dating dengan hipoksemia dalam kasus yang
parah, dyspnea dana tau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu
setelah onset penyakit dan yang lebih buruk dapat dengan cepat
lain-lain. Edisi ini menekan bahwa pasien dengan kondisi sakit rinngan
COVID-19 dapat muncul dalam 2 sampai 14 hari setelah infeksi. Selain itu
dalam beberapa kasus, penyakit ini muncul setelah 27 hari. Namun peneliti
setelah infeksi coronavirus. Itu tergantung pada usia kondisi kesehatan dan
pernapasan, gagal dan bahkan kematian ( Huang et al, 2020, Hui et al,
2020, Ren et al, 2020). Resiko COVID-19 lebih besar pada orang tua,
lebih besar dari COVID-19 jika ada sesak napas, batuk kering dan
dengan COVID-19 daerah yang terkena dampak. Dalam situasi seperti itu,
4. Transmisi COVID-19
Biasanya virus ini masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, dan mata
menginfeksi seseorang pada jarak sekitar radius 6 kaki (1.8 meter). Virus
ini dapat bertahan selama 2 jam hingga beberapa hari dalam batuk dan
menyentuh benda atau permukaan yang sudah memiliki virus tetapi bukan
jalan utama infeksi. Model infeksi seluler sangat mirip dengan SARS-
CoV. Target utama virus ini adalah paru-paru dan paku virus (domain
pengikat) yang menempel pada reseptor sel paru-paru (Wan et al. 2020).
5. Pencegahan Covid-19
11) Jika memang terpaksa harus berpergian saat batuk dan bersin maka
gunakan tisu serta langsung buang tisu ke tempat sampah dan suci
tangan atau jika tidak ada tisu saat batuk dan bersin maka tutupi
Distancing).
tranportasi publik.
b. Bekerja di rumah
dokter/fasilitas lainnya
f. Jika sakit hendaklah tidak mengunjungi orang tua atau lanjut usia.
6. Dampak COVID-19
yang diperkirakan meningkat hari demi hari selama pandemi ini ( Roy et
kecemasan, hal itu merupakan respon umum terhadap situasi stres apa pun
(Roy et al, 2020). Pada saat yang sama media social terus-menerus
lebih tinggi.
C. Konsep Stres
1. Defenisi stres
tuntutan dalam suatu situasi yang menjadi beban serta diluar batas
Menurut Sunaryo, 2004 stres merupakan gangguan pada tubuh serta pada
merespons serta melakukan tindakan (Potter dan Perry, 2005). Jadi stres
adalah suatu respon yang dalam diri seseorang maupun dari luar berupa
yaitu faktor fisik dan biologis, faktor psikologis dan faktor lingkungan
1) Genetika
obatan analgetik
2) Case history
Penyakit masa lalu akan memiliki efek psikologis pada masa depan
4) Diet
yang tinggi.
5) Postur tubuh
6) Penyakit
1) Persepsi
itu bertindak pada stres serta persepsi individu pada stressor yang
2) Emosi
3) Situasi psikologis
4) Pengalaman hidup
kebangkrutan.
c. Faktor lingkungan
1) Lingkungan fisik
kotor.
2) Lingkungan biotik
alergi.
3) Lingkungan sosial
Hubungan sosial dengan orang tua, bos, rekan kerja, kerabat, serta
3. Gejala stres
2009) :
1. Gejala kognitif
memahami informasi/instruksi.
2. Gejala fisik
3. Gangguan emosional/afektif
berkelahi.
5. Gejala sosial
a. Stres ringan
Stres ringan yaitu stressor yang dirasakan semua orang secara teratur,
b. Stres sedang
Stres sedang bisa terjadi lebih lama dari pada stres ringan, dapat
antara teman dan rekan kerja, anak yang sedang sakit dan
2005).
c. Stres berat
D. Kecemasan
1. Definisi kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas di sertai
amanan (Stuar, 2016). Menurut Nasir dan Muthith, 2011 kecemasan bisa
berupa perasaan khawatir, perasaan kurang nyaman, dan tidak pasti atau
merasa sangat takut akibat dari suatu ancaman atau perasaan yang
mengancam dimana sumbernya nyata dari kecemasan tersebut tidak
terancam.
1. Tanda fisik
a. Cemas ringan:
1) Gemetar
2) Keterangan otot
4) Mudah leleah
b. Cemas sedang:
1) Sering kaget
c. Cemas berat:
1) Takikardi
2) Nafas pendek, hiperventilasi
3) Berpeluh
5) Panik
2. Gejala psikologis
tersinggung.
g. Libido menurun.
dinataranya:
1. Sifat stresor
dampaknya bagi fungsi tubuh jika terjadi stresor yang kecil maka
3. Lama stresor
5. Tingkat perkembangan
4. Tingkat kecemasan
kelompok :
a. Kecemasan ringan
b. Kecemasan sedang
banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak nyaman.
c. Kecemasan berat
berat meliputi:
menyempit.
d. Panik
orang lain.
hubungan interpersonal.
kecemasan dan depresi merupakan dua jenis gangguan kejiwaan yang satu
1. Defenisi Depresi
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta keinginan untuk bunuh
diri (Made , 2010). Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat
mendalam yang biasanya terjadi setelah kejadian luar biasa atau rasa
2. Tingkat Depresi
Adapun tingkat depresi di kelompokkan sebagai berikut:
a. Depresi ringan (mild depression atau depression dan
dystymicdisorder).
sakit punggung, nyeri dada dan gejala lain yang terkait dengan
(Prabowo, 2014).
2009).
dapat dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, faktor psikososial dan
sosial.
d. Faktor Biologi
patofiologi depresi.
e. Faktor Genetik
f. Faktor psikososial
fungsi pernikahan, struktur keluarga serta pola asuh orang tua berperan
1. Respon kognitif
pikiran, adanya masalah dalam berkonsentrasi, takut mati, dan pikiran atau
sering mengalami keluhan fisik yang tidak jelas, bosan atau lesu, merasa
tidak berdaya, kemarahan, ansietas, kekesalan, mengingkari perasaan,
patah semangat, perasaan bersalah, harga diri rendah, sering atau mudah
kegiatan di pagi hari atau sulit bangun dari tempat tidur, mudah
3. Respons Fisiologis
4. Respons Perilaku
5. Respon Sosial
Remaja yang mengalami depresi juga mengalami penurunan tingkat
merespon pada pujian atau reward. Depresi yang diawali dari masalah
masalah.
6. Mekanisme koping
a. Respons emosional
c. Supresi emosi
fisiologis.
F. HUBUNGAN STRES, KECEMASAN DAN DEPRESI
seperti gagal ginjal dan stroke (Sukadiyanto, 2011). Hubungan antara stres
dan depresi merupakan hubungan dua arah yang dan dipengaruhi oleh
sifat stres misalnya interpersonal (stres yang terkait dengan konflik atau
kesulitan dengan keluarga, teman sebaya, atau signifikan lainnya) dan non
Joiner, 1995 dalam Uliaszek et al, 2013). Menurut Jamil, 2015 kecemasan
dan depresi merupakan dua jenis gangguan kejiwaan yang satu dengan
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
yang disebabkan oleh corona virus yang baru ditemukan (WHO, 2020).
Menurut Cao et al, 2020 pandemi COVID 19 ini tidak hanya membawa
terjadi lebih besar pada wabah ini diantarnya tingkat stres, kecemasan, dan
2020).
(WHO, 2020).
tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan
adalah atau ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan
hidup, merasa tidak berguna, kekecewaan yang mendalam, rasa putus asa,
Sesuai dengan judul penelitian, maka dapat dijabarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Pendemi COVID 19
Mahasiswa
Stress Kecemasan
Depresi
Kategori : Kategori :
Kategori :
1. Normal 1 Normal
1. Normal
2. Ringan 2 Ringan
2. Ringan
3. Sedang 3 Sedang
3. Sedang
4. Berat 4 Berat
4. Berat
5. Sangat berat 5 Sangat berat
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
47
2. Sampel
besar serta peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
dkk, 2011).
n= N
1+Ne2
Keterangan :
N=jumlah populasi
ditolerir/ditetapkan (5 %)
n= N = 20.744
1+Ne2 1+ 20.744 (0,05)2
n= x x Ni
Keterangan:
N= Jumlah populasi
Ni= Sampel
TOTAL 392
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
antidepresan
(Lovi
bond
&
Lovib
ond,
1995)
(Lovi
bond
&
Lovib
ond,
1995)
7.
E. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner A
fakultas.
b. Kuesioner B
pertanyaan tentang depresi dengan skala likert dengan kisaran skor 0-3
F. Etika Penelitian
a. Self determination
b. Informed concent
responden.
c. Fair treatment
Yaitu responden berhak mendapat perlakuan adil baik sebelum,
diskriminasi.
d. Privacy
dengan inisial
a. Data primer
b. Data sekunder
wakil dekan III fakultas serta ketua jurusan dan studi kepustakaan untuk
(Notoatmodjo, 2010).
(Notoatmodjo, 2010).
5) Tabulating
a. Analisa univariat
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-7 Juli 2020 di seluruh Fakultas yang ada
di Universitas Andalas. Banyak responden pada penelitian ini adalah 392 mahasiwa dengan
Pertenakan 29 orang, Fakultas Teknik 46 orang, FIB 27 orang, Fisip 35 orang, Fakultas
Farmasi 10 orang, Fateta 17 orang, FKM 16 orang, Fkep 11 orang, FKG 5 orang, dan FTI 9
orang.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner DASS 21. Penelitian
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner secara online kepada responden. Sebelum
dilakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta izin pegambilan data dari kepala
LPTIK dan Dekan Fakultas serta melakukan koordinasi dengan bagian kemahasiswaan dan
ketua himpunan mahasiswa. Setelah itu peneliti memberiakan kuesioner melalui ketua
himpuanan mahasiswa atau salah satu anggota mahasiswa dari fakultas tersebut dengan
tautan formulir online. Selanjutnya ketua himpunan mahasiswa atau mahasiswa yang
mewakili menyebarkan tautan formulir online tersebut pada seluruh fakultas angkatan 2016,
2017, 2018, 2019. Setelah pengisian kuesioner telah sesuai dengan jumlah sampel maka
peneliti melakukan pengolahan data yang telah didapat. Hasil penelitian disajikan dalam
analisa univariat.
B. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin, umur, angkatan,
semester, fakultas, tempat tinggal dan yang menanggung biaya hidup. Hal ini dapat dilihat
73
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Universitas
Karakteristik responden F %
Jenis kelamin
a. Laki-laki 106 27,0
b. Perempuan 286 73,0
Umur
a. 18 tahun 22 5,6
b. 19 tahun 95 24,2
c. 20 tahun 102 26,0
d. 21 tahun 77 19,6
e. 22 tahun 96 24,5
Angkatan
a. 2016 101 25,8
b. 2017 75 19,1
c. 2018 108 27,6
d. 2019 108 27,6
Fakultas
a. Ekonomi 61 15,6
b. Farmasi 10 2,6
c. Fateta 17 4,3
d. Pertanian 27 6,9
e. Pertenakan 35 8,9
f. Teknik 11 2,8
5 1,3
16 4,1
9 2,3
31 7,9
28 7,1
28 7,1
39 9,9
29 7,4
46 11,7
Tempat Tinggal
a. Dengan orang tua 227 57,9
b. Dengan saudara 24 6,1
c. Kos 141 36,0
Biaya Hidup Ditanggung
a. Beasiswa 55 14,0
b. Diri sendiri 6 1,5
c. Orang tua 322 82,1
d. Saudara 9 2,3
Berdasarkan tabel 5.1 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 286 (73,0%) orang, berusia 20 tahun sebanyak 102 (26,0%) orang, berasal dari
angkatan 2018 dan 2019 sebanyak 108 (27,6%) orang, tinggal dengan orang tua sebanyak
227 (57,9%) orang, dan sebanyak 322 (82,1%) responden dengan biaya hidup ditanggung
C. Analisa Univariat
1. Stres
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 112 (28,6%) mahasiswa dalam rentang
tingkat stres yang normal, 81 (20,7 %) mahasiwa berada dalam rentang tingkat stres
ringan dan sebanyak 118 (30,1%) mahasiswa berada pada tingkat stres sedang,
sebanyak 63 (16,1%) mahasiswa berada pada tingkat stres berat, dan sebanyak 18
2. Kecemasan
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 42 (10,7%) mahasiwa berada pada tingkat
tingkat kecemasan berat, dan sebanyak 135 (34,4%) mahasiswa pada tingkat kecemasan
sangat berat.
3. Depresi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Mahasiswa Universitas Andalas Juli
Tahun 2020 (n= 392)
Pada tabel 5.4 didapatkan sebanyak 131 (33,4%) mahasiswa dengan tingkat depresi normal,
76 (19,4%) mahasiswa dengan tingkat depresi ringat, 109 (27,8%) mahasiswa dengan
tingkat depresi sedang, 43 (11,0%) mahasiswa dengan tingkat depresi berat, dan 33 (8,4%)
1. Stres
Tingkat Stres
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Total
Karaktersitik Berat
F % F % F % F % F % F %
Jenis Laki-laki 36 34,6 27 26,0 28 26,9 7 6,7 6 5,8 104 100
Kela Perempuan 76 26,4 54 18,8 90 31,2 56 19,4 12 4,2 288 100
min
Angk 2016 34 33,7 15 14,9 28 27,7 16 15,8 8 7,9 101 100
atan 2017 24 32,0 14 18,7 20 26,7 12 16,0 5 6,7 75 100
2018 28 25,9 23 21,3 42 38,9 14 13,0 1 9 108 100
2019 26 24,1 29 26,9 28 25,9 21 19,4 4 3,7 108 100
Temp Dengan orang 67 29,6 49 21,7 69 30,5 32 14,2 9 4,0 226 100
at tua
tingg Dengan saudara 6 25,0 5 20,8 5 20,8 7 29,2 1 4,2 24 100
al Kos 39 27,5 27 19,0 44 19,0 24 16,9 8 5,6 142 100
Biaya Orang tua 94 29,2 68 21,1 94 29,2 51 15,8 15 4,7 322 100
hidup Beasiswa 7 13,7 10 19,6 21 41,2 11 21,6 2 3,9 51 100
ditan Saudara 7 50,0 2 14,3 3 21,4 1 7,1 1 7,1 14 100
ggun Diri sendiri 4 80,1 1 20,0 0 0 0 0 0 0 5 100
g
Tabel 5.5 menunjukkan reponden terbanyak yang mengalami stres berat yaitu berjenis kelamin
perenpuan dimana masing-masingnya 56 (19,4%) orang. Angkatan yang memiliki stres berat
tertinggi adalah angkatan 2019 yaitu sebanyak 21 (19,4%). Tempat tinggal responden yang
memiliki tingkat stres berat tertinggi adalah dengan orang tua yaitu sebanyak 32 (14,2%) orang.
Responden dengan biaya hidup dari orang tua memliki tingkat stres berat tertinggi yaitu dengan
Tingkat Kecemasan
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Total
Karaktersitik Berat
F % F % F % F % F % F %
Jenis Laki-laki 14 13,5 18 17,3 28 26,9 21 20,2 23 22,1 104 100
Kelamin Perempuan 28 9,7 37 12,8 54 18,8 57 19,8 112 38,9 288 100
Angkata 2016 12 11,9 11 10,9 13 12,9 29 28,7 36 35,6 101 100
n 2017 8 10,7 10 13,3 13 17,3 12 16,0 32 42,7 75 100
2018 9 8,3 18 16,7 30 27,8 23 21,3 28 25,9 108 100
2019 13 12,0 16 14,8 26 24,1 14 13,0 39 36,1 108 100
Tempat Dengan orang tua 24 10,6 29 12,8 45 19,9 48 21,1 80 35,4 226 100
tinggal Dengan saudara 4 16,7 1 4,2 6 25,0 3 12,5 10 41,7 24 100
Kos 14 9,9 25 17,6 31 21,8 27 19,0 45 31,7 142 100
Biaya Orang tua 33 10,2 46 14,3 64 19,9 66 20,5 113 35,1 322 100
hidup Beasiswa 8 15,7 8 15,7 10 19,6 7 13,7 18 35,3 51 100
ditanggu Saudara 1 7,1 1 7,1 7 50,0 4 28,6 1 7,1 14 100
ng Diri sendiri 0 0 0 0 1 20,0 1 20,1 3 60,0 5 100
Tabel 5.6 menunjukkan reponden terbanyak yang mengalami kecemasan sangat berat yaitu berjenis
kelamin perenpuan yaitu sebanyak 112 (38,9%). Angkatan yang memiliki kecemasan sangat berat
yang paling banyak adalah angkatan 2019 yaitu sebanyak 39 (36,1%) orang. Tempat tinggal
responden yang memiliki tingkat kecemasan sangat berat yang paling banyak adalah dengan orang
tua yaitu sebanyak 80 (35,4%) orang. Responden dengan biaya hidup dari orang tua memliki tingkat
Tingkat depresi
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Total
Karaktersitik Berat
F % F % F % F % F % F %
Jenis Laki-laki 43 41,3 20 19,2 28 26,9 5 4,8 8 7,7 104 100
Kelam Perempuan 87 30,2 57 19,8 80 27,8 38 13,2 26 9,0 288 100
in
Angka 2016 32 31,7 18 17,8 33 32,7 6 5,9 12 11,9 101 100
tan 2017 25 33,3 16 21,3 16 21,3 11 14,7 7 9,3 75 100
2018 40 37,0 21 19,4 26 24,1 16 14,8 5 4,6 108 100
2019 33 30,6 22 20,4 33 30,6 10 9,3 10 9,3 108 100
Temp Dengan orang tua 70 31,0 46 20,4 65 28,8 25 11,1 20 8.8 226 100
at Dengan saudara 8 33.3 6 25.0 4 16.7 5 20.8 1 4.2 24 100
tingga Kos 52 36.6 25 17.6 39 27.5 13 9.2 13 9.2 142 100
l
Biaya Orang tua 105 32,6 66 20,5 88 27,3 35 10,9 28 8,7 322 100
hidup Beasiswa 17 33,3 9 17,6 14 27,5 6 11,8 5 9,8 51 100
ditang Saudara 6 42,9 2 14,3 4 28,6 1 7,1 1 7,1 14 100
gung Diri sendiri 2 40,0 0 0 2 40,0 1 20,0 0 0 5 100
Tabel 5.7 menunjukkan reponden terbanyak yang mengalami depresi sangat berat yaitu berjenis
kelamin perenpuan yaitu sebanyak 26 (9,0%). Angkatan yang memiliki depresi sangat berat yang
paling banyak adalah angkatan 2016 yaitu sebanyak 12 (11,9%) orang. Tempat tinggal responden
yang memiliki tingkat kecemasan sangat berat yang paling banyak adalah dengan orang tua yaitu
sebanyak 20 (8,8%) orang. Responden dengan biaya hidup dari orang tua memliki tingkat depresi
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik responden
kelamin perempuan yaitu sebanyak 286 (73,0%) orang. Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan Wang et al, 2020 selama tahap awal pendemi Coronavirus
bertempat tinggal dengan orang tua yaitu sebanyak 227 (57,9%) orang. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Husky et al., 2020 pada mahasiswa di Prancis
selama pandemi COVID-19. Berdasarkan biaya hidup responden lebih dari saparuh
biaya hidup ditanggung oleh orang tua yaitu sebanyak 322 (82,1%) orang.
2. Stres
yaitu tingkat stres sedang sebanyak 118 (30,1 %) orang, sedangkan tingkat stres berat
dan sangat berat sebanyak 63 (16,1 %) dan 18 (4,6 %). Menurut penelitian Wang et
al, 2020 pada tahap awal pendemi Coronavirus 2019 (COVID-19) di Tiongkok pada
mahasiswa dan penduduk Cina, yang terdiri dari 1.210 responden (67,3%
mengalami stres ringan, 5,5 % mengalami stres sedang, 2,6 % mengalami stres
berat.
stimulus yang merugikan secara fisik, mental atau emosional, internal atau eksternal
yang menggangu fungsi dan keinginan alamiah seseorang sehingga menjadikan
sesorang itu menghindar. Stres sedang berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
stres ringan, biasanya berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.
Tingkat stres sedang menimbulkan gejala seperti mudah marah, mudah tersinggung,
tidak sabaran, sulit beristirahat, mudah lelah serta cemas. Stres berat disebut juga
dengan stres kronik yang berlangsung beberapa minggu hingga tahun karena stresor
yang berlanjut. Tingkat stres berat memiliki gejala berupa perasaan tertekan, tidak
bisa merasakan hal positif, mudah putus asa, perasaan tidak berharga dan perasaan
hidup tidak bermanfaat. Stres sangat berat disebabkan oleh situasi kronik yang
berlangsung dalam beberapa bulan hingga waktu yang tidak ditentukan . individu
yang mengalami stres berat tidak memiliki motivasi hidup dan seakan berada dalam
perempuan cenderung mengalami tingkat stres dibanding laki-laki yaitu 50,3 % dan
4,9 %. Saat terpapar dengan suatu stressor yang sama, perempuan mempunyai respon
yang berbeda dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan respon laki-
laki dan perempuan saat menghadapi suatu persolaan. Otak perempuan memiliki
kewaspadaan negatif terhadap suatu konflik dan stres. Konflik dapat memicu hormon
negatif sehingga memunculkan stres, perasaan gelisah serta rasa takut. Sedangkan
dan Kedokteran lebih banyak mengalami stres berat dan sangat berat dibandingkan
dengan fakultas lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yussoff et al
dibandingkan mahasiwa hukum, ekonomi dan fisika. Penyebab stres pada mahasiswa
kedokteran yaitu adanya perubahan kebiasaan atau siklus tidur akibat jadwal kegiatan
yang padat, kurangnya waktu libur dan waktu luang, proses pembelajran di kampus.
Hasil penelitian menunjukkan stres berat dan sangat berat banyak dialami
muka menjadi sistem daring mengakibatkan mahasiswa menjadi stres. Stres pada
(bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, adanya tuntutan orang tua untuk
mahasiswa mengikuti pelajaran) (Heyman dan Kariv, 2005). Stres yang tidak mampu
dikendalikan serta diatasi oleh individu akan menyebabkan dampak negatif kognitif
(sulit memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustasi, dsb),
fisiologis (gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun, sering pusing, badan
terasa lesu, lemah, dan insomnia), dan perilaku( menunda-nunda penyelesaian tugas,
malas kuliah, penyalahan obat dan alkohol) (Heyman dan Kariv, 2005).
COVID-19 yaitu tugas pembelajaran, bosan berada di rumah saja, tidak dapat bertemu
Hasil penelitian menunjukkan stres berat dan sangat berat banyak dialami
oleh mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Menurut Sutjiato,M dkk,. 2015 tidak
ada hubungan tempat tinggal dengan stres mahasiswa dikarenakan mahasiswa yang
tinggal kost belum tentu lebih mudah mengalami stres dibanding yang tinggal dengan
keluarga atau saudara . Hal ini disebabkan di tempat kost banyak teman-teman sebaya
yang bisa menolong serta memberikan masukan saat ada masalah di kampus.
Begitupun dengan responden yang tinggal dengan keluarga, belum tentu mereka tidak
mengalami stres, bisa jadi justru karena di rumah mereka mengalami banyak tekanan
yang mungkin didapat dari orang tua yang terlalu memberi tekanan.
Hasil penelitian menunjukkan stres berat dan sangat berat banyak dialami
oleh mahasiswa yang biaya hidupnya di tanggung orang tua. Peng et al., 2012 dalam
Coa et al., 2020 mengatakan adanya wabah, beberapa keluarga akan kehilangan
sumber pendapatan mereka. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menjadi
penyebab mahasiswa yang biaya hidup yang ditanggung orang tua merasa lebih stres
Menurut Hamadi dkk, 2013 mahasiswa dengan biaya hidup sendiri memiliki
tingkat stres yang labih tinggi dibandingkan mereka dengan biaya hidup dari
orangtua. Hal ini dikarenakan adanya tekanan untuk membagi waktu antara kuliah
dan bekerja. Linawaty, 2009 mengatakan faktor pendapatan atau penghasilan keluarga
dapat mempengaruhi tingkat kecemasan anggota keluarga karena adanya beban moril
yang harus ditangguang setiap anggota kelaurga untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarga. Keluarga yang memiliki pekerjaan dan pendapatan akan menjadi sistem
pertanyaan yang paling banyak sesuai dengan keadaan yang dirasakan mahasiswa
yaitu pertanyaan nomor 4 yaitu “ saya merasa mudah gelisah” dan pertanyaan yang
paling sedikit yang dirasakan mahasiswa yaitu “saya merasa sulit untuk bersantai”.
Hal ini dikarenakan gelisah merupakan respon alami seseorang saat mengalami stres.
Menurut penelitian yang dilakukan Wahyuni, 2017 untuk mengelola stres pada
3. Kecemasan
mahasiswa yaitu tingkat kecemasan sangat berat 135 (34,4 %) mahasiswa, sedangkan
penelitian Wang et al, 2020 selama tahap awal pendemi Coronavirus 2019 (COVID-
19) di Tiongkok pada mahasiswa dan penduduk Cina, yang terdiri dari 1.210
responden (67,3% perempuan) dari 194 kota di Cina, didapatkan 7,5 % mengalami
Penelitian yang dilakukan Cao et al, 2020 dengan sampel sebanyak 7143
untuk hidup, namun apabila tingkat cemas berat akan dapat mengganggu kehidupan
secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu
keadaan tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada obyek yang spesifik sehingga
yang buruk akan terjadi dan pada umunya disertai gejalagejala otonomik yang
maupun dari dalam diri, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar (Gunarsa dan
Yulia, 2012).
cenderung memikirkan hal-hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit
pada area lain. Respon-respon fisiologis kecemasan berat yaitu napas pendek, nadi
dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan.
Respon kognitif orang mengalami kecemasan berat yaitu lapang persepsi yang
sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Adapun respon perilaku dan
emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan
sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan
diri lagi dan sulit melakukan apapun walau dia sudah diberikan pengarahan. Respon-
respon fisiologis kecemasan berat adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada,
pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respon-
respon kognitif penderita panik adalah lapangan persepsi yang sangat sempit sekali
dan tidak mampu berpikir logis. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat
kecemasan berat dan sangat berat dibandingkan laki-laki. Menurut Kaplan dan
Sadock, 2005 kecemasan terjadi lebih banyak pada perempuan, hal ini diakibatkan
reaksi saraf otonom yang berlebihan dengan naiknya sistem simpatis, naiknya
regulasi serotonergik yang abnormal. Menurut Sutjiato,M dkk, 2015 perempuan akan
nafsu makan.
suatu persoalan sedangkan laki-laki dituntut lebih kuat dari pada perempuan sehingga
laki-laki lebih menggunakan akalnya dibanding perasaanya. Selain itu secara biologis
adanya oksitosin yang merupakan hormon penenang yang muncul bersamaan dengan
homone estrogen. Perempuan lebih peka terhadap emosi yang pada akhirnya peka
peristiwa yang dialaminya dari segi detil sedangkan laki-laki cenderung global atau
tidak detail.
adalah mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Tetapi menurut Husky,M.M,. et al
2020 hidup dengan orang tua dikaitkan secara signifikan dapat menurunkan tingkat
akademik, secara positif berkaitan dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa. Hal
pendapatan mereka, dan mahasiswa mungkin merasa cemas untuk membayar biaya
tempat tinggal mereka, sumber pendapatan orang tua, apakah tinggal bersama orang
tua atau tidak dan apakah memiliki kerabat atau kenalan yang terinfeksi COVID-19
kehidupan sehari-hari.
pertanyaan yang paling banyak sesuai dengan keadaan yang dirasakan mahasiswa
yaitu pertanyaan nomor 12 yaitu “ saya merasa mudah panik“ dan pertanyaan yang
tentang COVID-19 mungkin terkait dengan efek virus pada studi mereka dan
pekerjaan di masa depan. Di sisi lain, kecemasan siswa mungkin disebabkan oleh
semakin meningkatnya jarak antar orang dihasilkan dari karantina. Diketahui jika
gangguan kecemasan lebih mungkin terjadi dan memburuk dengan tidak adanya
komunikasi antarpribadi (Xiao, 2020; Kmietowicz et al., 2020). Menurut Cao et al,
dengan ekonomi dan kehidupan sehari-hari, serta stresor yang terkait dengan
salah salah satu fakor penyebab dari adanya kecemasan terutama pada mahasiswa
karena pada keadaan yang bisa menyebabakan perubahan pada kehidupan yang
datang. lingkungan belajar yang berubah juga bisa menjadi salah satu pencetus
kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan juga bisa mempengaruhi hasil belajar pada
4. Depresi
yaitu tingkat depresi sedang sebanyak 109 (27,8 %) mahasiswa. Sedangkan tingkat
depresi sangat berat yaitu 33 (8,4%) mahasiswa. Menurut penelitian Wang et al, 2020
mahasiswa dan penduduk Cina, yang terdiri dari 1.210 responden (67,3%
perempuan) dari 194 kota di Cina, didapatkan 13,8 % mengalami depresi ringan,
12,2% depresi sedang, 4,3% depresi berat, dan 4,3 % depresi sangat berat. Menurut
penelitian (Cheung et al, 2016) lain yang di cina pada mahasiswa kesehatan
kemurungan, kelesuan, tidak ada gairah hidup, merasa tidak berguna, kekecewaan
yang mendalam, rasa putus asa, pikiran kematian, dan keinginan bunuh diri (Hawari,
2010). Gejala yang terjadi pada individu yang merasakan depresi diantaranya
kehilangan kemauan terhadap semua atau hampir semua kegiatan, kehilangan berat
badan yang cepat, mengalami insomnia atau hipersomnia sampai setiap hari,
lelah serta kehilangan kemampuan hingga setiap hari, timbulnya perasaan tidak
berharga serta bersalah yang berlebihan hingga setiap hari, menurunya kemampuan
untuk berpikir atau berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, berulang kali timbulnya
pikiran kematian.
dibandingkan pada laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kadar hormon
seperti esterogen dan progesteron, yang dapat mempengaruhi bagian sistem saraf
yang berhubungan dengan suasana hati. Depresi yang terjadi pada mahasiswa
untuk bercerita dan mengekpresikan tekanan yang mereka alami, yang mengakibtkan
kurangnya dukungan dan keseimbangan sosial. Selain itu depresi juga dapat
Gangguan depresi berkaitan dengan mood dan emosi. Mood merupakan emosi
subjektif yang ditampkkan oleh individu serta bisa diamati oleh orang di sekitar.
Sedangkan emosi merupakan kondisi perasaan yang sangat lengkap serta mencakup
situasi psikis, somatis, serta perilaku yang berkaitan dengan afek dan mood. Emosi
yang tetap pada seorang individu dapat memengaruhi persepsi individu tersebut pada
situasi di sekitarnya. Emosi itu berupa perasaan positif (minsalnya senang, bangga,
cinta, kagum) dan perasaan negatif (minsalnya curiga, sedih, marah, kecewa,
bersalah). Emosi adalah perasaan yang dirasakan seseorang dalam kesadaran , selain
itu afek di untuk dorongan-dorongan yang lebih mendalam, baik disadari maupun
tidak disadari. Sedangkan mood adalah subjektivitas emosi yang bisa dikatakan oleh
individu dan terobservasi oleh orang lain, misalnya perilaku marah (Ismail & Siste,
2013)
pertanyaan yang paling banyak sesuai dengan keadaan yang dirasakan mahasiswa
yaitu pertanyaan nomor 16 yaitu “ saya merasa sulit untuk meingkatkan inisiatif
dalam melakukan sesuatu“ dan pertanyaan yang paling sedikit yang dirasakan
mahasiswa yaitu pertanyaan nomor 21 “ saya merasa bahwa hidup tidak berarti) “.
energi pada tubuh serta mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.
Kurang lebih 80 persen orang dengan masalah depresi juga mengalami gangguan
tidur, contohnya sering terbangun tengah malam dan mereka kembali teringat
dengan masalah yang di alaminya. Individu dengan gangguan depresi juga mengalami
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan tetapi beberapa pasien justru ada
Depresi berat juga bisa memicu terjadinya gejala psikotik, yakninya waham
dan halusinasi. Waham dan halusinasi yang timbul umumnya berkaitan dengan dosa
dan perasaan bersalah pada sseorang. Jika tidak ada dukungan dari keluarga dan
teman terdekat gejala tersebut dapat menjadi bertambah berat (Dobsons & Dozois,
2008). Ditemukan lebih dari dua pertiga orang yang mengalami depresi di seluruh
dunia yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri, 10-15 persen dari jumlah tersebut
bahkan tidak menyadari depresinya pada dirinya serta tidak mengeluhkan suatu
Individu dengan gangguan depresi dengan dipulihkan dengan menggunakan obat anti
depresan dan terapi kognitif perilaku. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada
modifikasi fungsi pikir, merasa, serta bertindak dengan menekankan peran otak dalam
pemikiran yang irasional yang akan menyebabkam munculnya gangguan emosi dan
negatifnya ke positif dengan mengubah status pikiran serta perasaan. Terapi kognitif
perilaku adalah pendekatan terapeutik yang memodifikasi pikiran, asumsi, serta sikap
yang ada pada individu tersebut. Terapi kognitif perilaku pada dasarnya dengan
kognitif, dan respon yang saling berkait dan membentuk semacam jaringan pada otak
manusia. Proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelasakn bagaimana
Konseling merupakan salah satu perawatan yang efektif dari kodisi depresi
jika dibandingkan dengan obat-obaan. Konseling terapi kognitif adalah salah satu cara
paling efektif untuk mengatasi depresi. Mahasiswa yang mengalami depresi dapat
pencerahan kepada klien agar dapat memahami dirinya, mengenal situasinya, melihat
2014).
Universitas Indonesia merupakan perguruan tinggi yang mempunyai fasilitas
mahasiswa yang mengalami masalah akademis, pribadi dan atau keluarga. Konseling
memberikan arahan kepada mahasiswa untuk menemukan solusi dari persoalan atau
masalah yang sedang dialami. Data dari keseluruhan kunjungan pada tahun 2011 yaitu
psikologis dalam menjaga kesehatan mental. Layanan utama yang diberikan berupa
konseling pada mahasiswa agar masalah kesehatan mental seperti stres, cemas dan
A. Kesimpulan
pandemi COVID -19 dengan total sampel 392 orang responden maka ditarik
kelamin perempuan yaitu sebanyak 286 (73,0 %) orang, tinggal dengan orang tua
sebanyak 227 (57,9 %) orang, serta biaya hidup ditanggung oleh orang tua
B. Saran
Andalas
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar mahasiswa menambah wawasan terkait
strategi koping dan meningkatkan strategi koping yang dimiliki terutama dalam
menghadapi pandemi COVID-19 karena dengan koping yang baik akan menjadikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk melakukan penelitian lebih
lanjut pada lingkup keperawatan dan disarankan kepada institusi pendidikan terkait
Seluruh informasi yang telah dibahas dalam penelitian ini diharapkan agar dapat
dikembangkan dan dibahas oleh peneliti selanjutnya. Dan diharapkan untuk peneliti