PENDAHULUAN
Gagal ginjal merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun. Ginjal memainkan peran-peran kunci dalam
fungsi tubuh, tidak hanya ddengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk
sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tikat-tikat elektrolit didalam tubuh,
mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel darah merah.
Gagal ginjal terjadi karena organ ginjal mengalami penurunan kerja dan fungsinya,
hingga menyebabkan tidak mampu bekerja dalam menyaring elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh (sodium dan kalium) dalam darah atau produksi
urine.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi gagal ginjal
2. Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal
3. Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal
4. Untuk mengetahui manifestasi gagal ginjal
5. Untuk mengetahui stadium gagal ginjal
6. Untuk mengetahui cara penatalaksanaa gagal ginjal
7. Untuk mengetahui komplikasi pada gagal ginjal
8. Untuk mengetahui bagaimana perawatan paliatif pada klien gagal ginjal kronik
terminal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun) (Price, 2006).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progesif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (FKUI, 2006).
2.2 Etiologi
Menurut Sylvia Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi akibat
infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita batu. Gejala–gejala umum seperti
demam, menggigil, nyeri pinggang, dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip
dengan pielonefritis akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal (Elizabeth,
2000).
2
keadaan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi maligna), dimana
arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di dalam ginjal mengalami kerusakan dan dengan
segera terjadi gagal ginjal.
2.3 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.
Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang
rusak. Nefron yang tersisa meningkat kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya serta
mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron
yang tersisa menghadapi tugas yang semkain berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut
rusak dan akhirnya mati. Sebagaian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring
dengan penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
darah ginjal mungkin berkurang (Elizabeth, 2001).
3
Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus
diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah, kendati
jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif.
Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam
usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan
filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk
seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme
adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75%
massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap
nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus (keseimbangan antara
peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat lagi
dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat
terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat mengubah
keseimbangan yang rawan tersebut, karena makin rendah GFR (yang berarti maikn sedikit
nefron yang ada) semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya
kemampuan memekatkan atau mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine tetap
pada nilai 1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan penyebab
gejala poliuria dan nokturia (Price, 2006).
4
parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran
gastrointestinal.
4. Perubahan neuromuskular : perubahan tingkat kesadaran, kacau mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
5. Perubahan hematologis : kecenderungan perdarahan.
6. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum.
7. Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk; karakter pernafasan menjadi
Kussmaul ; dan terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik)
atau kedutan otot.
5
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut FKUI (2006) meliputi :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
2.7 Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut O’Callaghan (2006) yaitu:
1. Komplikasi Hematologis
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin yang tidak
adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau intravena.
Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan pasien dalam
keadaan baik. Sangat jarang terjadi, antibodi dapat terbentuk melawan eritropoietin yang
diberikan sehingga terjadi anemia aplastik.
2. Penyakit vascular dan hipertensi
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik.
3. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat nefron.
4. Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi.Keluhan ini sering
timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta dapat disebabkab oleh deposit
kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan
dengan krim yang mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan presipitat kristal ureum
pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit dapat timbul dan anemia
dapat menyebabkan pucat.
5. Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi pada
pasien gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun gejala mual, muntah,
anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis serta angiodisplasia lebih
tinggi, keduanya dapat menyebabkan perdarahan. Insidensi pankreatitis juga lebih tinggi.
Gangguan pengecap dapat berkaitan dengan bau napas yang menyerupai urin.
6
6. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi,
dan penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan
libido, berkurangnya ovulasi, dan infertilitas. Siklus hormon pertumbuhan yang abnormal
dapat turut berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan pada anak dan
kehilangan massa otot pada orang dewasa.
7
c. Terapi Farmakologis
Perawatan paliatif yang pertama adalah terapi farmakologis. Dalam perawatan ini, ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu kontrol tekanan darah, kontrol gula daarah
pada pasien yang menderita diabetes melitus, kontrol anemia, hiperfosfatemia,
asidosis metabolik, hiperkalemia, dan sebagainya.Terapi ini perlu dilakukan karena
memang beberapa hal yang disebutkan di atas berhubungan dan mempengaruhi
kinerja ginjal. Jika kadar masing-masingnya tidak normal, maka dikhawatirkan bisa
memperparah atau mempercepat kerusakan ginjal.
d. Transplantasi ginjal merupakan upaya terakhir dalam perawatan penderita gangguan
ginjal. Hal ini terutama dilakukan apabila fungsi ginjal yang tersisa sangat sedikit
bahkan tidak ada. Prinsip utama nya adalah mengganti ginjal yang rusak dengan
ginjal yang sehat lewat proses operasi.
8
2. Bentuk Dukungan
a. Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
b. Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, sarana atau umpan balik
tentang situasi dan kondisi individu.
c. Dukungan emosional
Membuat individu memiliki perasaan nyaman, yaki, di perdulikan dan di cintai oleh
sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalahnya dengan lebih baik.
d. Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat,
persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan individu lain.
e. Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya.
b. Dukungan Spiritual
1. Anjurkan klien untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2. Ajak keluarga untuk mengikuti ibadah bersama dengan klien.
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan ibadah di masyarakat, misalnya pengajian
9
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Berdasarkan
proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya akan terjadi kerusakan
nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan
terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam
fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi.
Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu
dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium sederhana,
dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika sudah terjadi gagal ginjal
terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi ginjal.
Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya kematian.
Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan cara
penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya tindakan medis tetapi
penanganan pada psikis penderita (meningkatkan kualitas hidup penderita) dan keluarga,
serta dapat melakukan komunikasi terapeutik.
3. 2 Saran
1. Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan
tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi pemicu untuk melakukan
tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit Gagal Ginjal Kronis.
2. Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi tambahan
mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana informasi bagi klien/ masyarakat
dalam memberikan pendidikan kesehatan.
3. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan promosi
kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal Kronis kepada masyarakat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11