PENDAHULUAN
Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 % dari wanita yang hamil. Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester 1. Mual bisaanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih terjadi
6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu (Hanifa Wiknjosastro, 2006).
Mual dan muntah terjadi 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dalam
serum pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan itu, meskipun demikian gejala mual
dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Makalah ini disusun agar pembaca dapat menetahui dan memahami apa itu
Hiperemesis Gravidarum
2. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas III.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar esterogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah
yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloremia, serta penemuan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan
hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksik.
3
hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-
Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
1. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan
rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri
epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100x/menit,
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata
cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh
terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan napas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu menurun dan somnolen hingga koma, muntah berhenti,
nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.
4
2.6 Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Hasil akhir perinatal dapat diperbaiki dengan terapi dini untuk mencegah
penurunan berat badan ibu yang signifikan. Banyak studi telah menunjukkan
bahwa insidensi retardasi pertumbuhan janin secara signifikan lebih besar pada
pasien yang mengalami hiperemesis yang mengalami penurunan berat badan lebih
dari 5% berat badan mereka sebelum hamil (Gross et al, 1989). Beberapa kasus
hiperemesis gravidarum yang serius jarang terjadi dan pemulihannya biasanya
cepat saat keseimbangan cairan dan elektrolit diperbaiki.
5
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
2. Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3. Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan linger lactat 5% dengan cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
4. Obat-obat yang diberikan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk
delirium, kebutaan tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy, 2009).
6. Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
6
dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan Selama beberapa hari.
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hieremesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita.
Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).
A. Pengkajian
1. Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
Kaji tentang pandangan ibu mengenai kesehatan terutama
kesehatan dalam kehamilan, bagaimana ibu
7
mempersepsikan proses kehamilan itu sendiri, bagaimana
manajemen kesehatan yang dilakukan ibu selama
kehamilan.
Biasanya ibu akan berusaha mencari informasi seputar
kesehatan kehamilan dengan rajin konsultasi pada tim
kesehatan dan terkadang ibu akan mempunyai keraguan
mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
proses kehamilan.
b) Pola nutrisi-metabolik
Kaji intake output nutrisi dan cairan pada klien sehari-hari.
Klien akan mengalami mual muntah yang berlebihan,
terjadi penurunan berat badan(5 – 10 Kg), intake output
tidak seimbang, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh, rasa haus yang berlebihan, dehidrasi, dan
tidak nafsu makan, nyeri epigastrium, membran mukosa
mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
c) Pola eliminasi
Kaji pola eliminasi klien, frekuensi,konsistensi BAB dan
BAK klien.
Klien akan mengalami perubahan pada konsistensi;
defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis :
peningkatan konsentrasi urine.
d) Pola aktivitas latihan
Kaji aktivitas klien sehari-hari. Apakah ada gangguan atau
tidak. Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-
hari. Apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam
beraktivitas.
Klien mengalami Tekanan darah sistol menurun, denyut
nadi meningkat (> 100 kali per menit). Frekuensi
8
pernapasan meningkat. Suhu kadang naik, badan lemah,
icterus dan dapat jatuh dalam koma
e) Pola istirahat tidur
Kaji bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien sehari-
hari. Berapa lama klien tidur dan istirahat, adakah
penggunaaan obat tidur atau tidak
Klien akan mengalami gangguan dengan pola tidurnya
akibat ketidaknyamanan karena mual dan muntah yang
berlebihan.
f) Pola persepsi-kognitif
Kaji fungsi penginderaan dan kognitif klien. Adakah
gangguan atau tidak dan apakah ada penggunaan alat bantu
atau tidak.
Klien tidak mengalami gangguan dengan pola persepsi
kognitif.
g) Pola Persepsi-konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya sendiri.
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya sendiri.
Klien akan merasa terbebani dengan penyakit yang
dideritanya. Klien akan merasa dirinya hanya merepotkan
orang lain serta sangat menggangggu aktivitasnya sehari-
hari. Juga terjadi perubahan persepsi tentang kondisinya.
h) Pola peran hubungan
Kaji bagaimana klien menjalani peran dan berhubungan
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Klien akan mengalami gangguan dalam berinteraksi
dengan sesama. Klien merasa tidak mau membebani orang
lain, sehingga klien lebih memilih untuk menjalankan
aktivitas dan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Terjadi
konflik interpersonal keluarga,
9
i) Pola coping-toleransi stress
Kaji bagaimana klien mengenal dan menangani stres
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Klien akan cemas dan takut yang berlebihan berhubungan
dengan kesehatannya sendiri dan janin yang dikandungnya
serta efek yang berakibat buruk terhadap kehamilannya.
Namun, klien akan berusaha untuk bertanya dan mencari
informasi tentang bagaimana menangani stres yang
dideritanya.
j) Pola reproduksi seksualitas
Kaji bagaimana pola reproduksi dan seksualitas klien. Kaji
pola menstruasi klien dan hal-hal yang berhubungan proses
reproduksi. Kaji penyakit reproduksi klien.
Klien akan mengalami penghentian menstruasi, bila
keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus
terapeutik
k) Pola nilai keyakinan
Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-hari.
Apakah ada gangguan dalam menjalankan aktivitas atau
tidak.
Biasanya klien akan terganggu dalam menjalankan ibadah
sehari-hari akibat ketidaknyamanan yang tengah
dialaminya.
10
Oliguria,takikardia, mata cekung dan ikterus
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperimesis
gravidarum sebelumnya
Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual muntah
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada
keluarga.
11
5) Data Psikologi
Yang perlu dikaji seperti, keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan,
mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat
memperberat mual dan muntah.
Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu
bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta
dukungan dari keluarga dan perawat.
6) Data Penunjang
Hasil pemeriksaan darah yaitu hemoglobin dan hematokrit
yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang
berkaitan dengan dehidrasi
Hasil pemeriksaan urin yaitu urin yang sedikit dan
konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
asetona di dalam urin.
B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah terus
menerus.
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic.
Batasan karakteristik
Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.
Membrane mukosa pucat
Nyeri abdomen penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan mencerna makanan
Kurang asupan nutrisi
12
2. Kekurangan cairan dan elektrolit yang b.d muntah yang berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, atau
intraselular ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadarnatrium.
Batasan karakteristik
Haus
Kelemahan
Membrane mukosa kering
Penurunan berat badan tiba-tiba
Penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan nadi
Penurunan turgor kulit
Faktor yang berhubungan
Kegagalan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan aktif
13
Faktor yang berhubungan
Agens cedera biologis (mis; infeksi,inskemia, neoplasma)
Agens cedera fisik (mis; abses, amputasi,luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma,olahraga berlebihan)
14
dibutuhkan untuk
mememnuhi
persyaratan gizi
Atur diet yang
diperlurkan
2. Kekurangan cairan Keseimbangan cairan Manajemen elektrolit/cairan
dan elektrolit yang Definisi : keseimbangan cairan di Definisi : pengaturan dan
b.d muntah yang dalam ruang intraseluler dan pencegahan komplikasi dari
berlebihan dan ekstraseluler tubuh. perubahan cairan dan
pemasukan yang Skala target outcome : elektrolit.
tidak adekuat. dipertahankan pada 3 ditingkatkan Aktifitas-aktifitas :
ke 5. Pantau kadar serum
Indikator : elektrolit yang
Tekanan darah abnormal seperti yang
Denyut nadi radial tersedia
Tekanan vena sentral Timbang berat badan
Turgor kulit harian dan pantau
gejala
Berikan cairan yang
sesuai
Tingkatkan intake
cairan per oral (mis;
membrikan cairan oral
sesuai prefensi pasien
ditempat yang mudah
dijangkau,
memberikan sedotan,
dan menyediakan air
segar yang sesuai)
Monitor TTv yang
sesuai
3. Nyeri epigastrum Manajemen nyeri Manajemen nyeri
yang b.d muntah Definisi : tingkat persepsi positif Definisi : pengurangan atau
15
yang berulang terhadap perawatan untuk reduksi nyeri sampai pada
mengurangi rasa sakit. tigkat kenyamanan yang
Skala target outcome : dapat diterima pasien.
dipertahankan pada 3 ditingkatkan Aktivitas-aktivitas :
ke 5. Lakukan pengkajian
Indicator : nyeri komprehensif
Tingkat nyeri dipantau yang meliputi lokasi,
secara reguler karakteristik,durasi,
Efek samping obat frekuensi,kualitas,inte
terpantau sitas atau beratnya
Mengambil tindakan untuk nyeri dan faktor
mengurangi nyeri pencetus
Mengambil tindakan untuk Gali pengetahuan dn
memberikan kenyamanan kepercayaan pasien
Memberikan informasi mengenai nyeri
tentang pembatasan Gunakan strategi
aktivitas komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan peneriaan
pasien terhadap nyeri.
C. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan yang sesuai yang telah direncanakan.
Tindakan keperawatan harusmendatail agar semua tenaga keperawatan
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telap
ditetapkan. Dalam pelaksanaa tindakan keperawatan, perawat dapat
langsung memberikan pelayanan kepada ibu dan juga dilegasikan kepada
orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih
seprofesidengan perawat.
D. EVALUASI
16
Merupakan hasil perkembvangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan
adalah menilai hasilyang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu dan
untuk mengetahui sejauh mana masalah ibu dapat teratasi.
1. Pemeriksaan urine
Urin diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton, pemeriksaan
ini dilakukan saat bangun tidur setiap kali makan atau cemilan tertunda.
Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati
ditingkatkan atau cemilan lain dapat ditambahkan kedalam rencana
makanan sehari-hari
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada pencernaannya tidak
adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan
panas dan energi tubuh terdapat atay kelebihan keton dalam urin
2. Darah rutin
Tujuan dilakukan pemeriksaan hemoglobin : pemeriksaan Hb
secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan rutin untuk mendeteksi
anemia. Pada wanita yang kurang darah lebih sering terjadi hiperemis
gravidarum.
3. Uji glukosa
Untuk memantau glukosa darah dan dapat dilakukan pengontolan
glikemia wanita terutama pada wanita selama kehamilan.
Pada seorang wanita yang mengalami diabetes melitus pada trimester
pertama kadar glukosa darah meningkat dan glikemia meningkat. Pada
wanita diabetes melitus trimester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus.
4. Pemeriksaan tiroid
17
Kehamilan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan tiroksin
yaitu sekitar sepertiganya dan kemungkinan akibat meningkatnya produksi
hormon estrogen. Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan
nausea. Mungkin ini karena hormon estrogen yang meningkat.
5. USG untuk memastikan mola
Pada hiperemesis gravidarum pemeriksaan USG dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
Pada wanita dengan molahidatidosa uterus membesar lebih cepat
dari biasa, penderita mengeluh tentang mual muntah , tidak jarang terjadi
pendarahan pervaginam.
Skor 1 2 3 4 5
Dalam 24 Tidak sama 1 jam atau 2-3 jam 4-6 jam Lebih dari
jam terakhir, sekali kurang 6 jam
berapa lama
anda merasa
mual?
Dalam 24 Tidak sama 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau
jam terakhir , sekali lenbih
berapa kali
anda muntah?
Dalam 24 Tidak sama 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau lebih
jam terakhir,
18
berapa kali sekali
anda muntah
kering tanpa
mengeluarka
n apa-apa
Intrepretasi skor
<6 ringan
7-12 sedang
13-15 berat
19
mengelola ibu-ibu hamil bermasalah untuk sampai ke rumahsakit dan
menjamin pembiayaannya.
7. Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga
ibu-ibu ini dapat sampai di rumah sakit dan mendapat pelayanan. Di
masyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini sebaiknya
didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke
rumahsakit dan melakukan serah terima.
8. Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi
yang selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran dari
rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat.
9. Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok A perlu
mendapat rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah
diprediksi dapat menimbulkan komplikasi apabila ditangani di fasilitas
kesehatan primer atau oleh bidan.
20
penunjang
untuk
laboratorium
dan
konfirmasi
kondisi
kehamilan
Tx : Terapi
cairan dan
tatalaksana
untuk
hiperemesis
rujuk ke RS
PONEK di
RSUD
Yowari bila
tidak
mampu
menangani
Sumber : Manual rujukan maternal dan neonatal dikabupaten jayapura, 2015
21
bertanggung jawab untuk memastikan implementasi benar-benar
dilakukan. Apabila dilakukan kolaborasi dengan dokter dapat mengambil
tanggung jawab mengimplementasi secara kolaborasi.
200 mg vitamin C
(ascorbic acid)
500 mL glucose 200 mg vitamin 50 mL/h
infusion 40% (thiaminchloride)
200 mg vitamin B6
(pyridoxine)
200 ug vitamin B12
22
(cyanocobalamine)
200 mg vitamin C
(ascorbic acid)
Diharapkan saat dilakukan kunjungan rumah keadaan pasien baik,
keluhan mual muntah berkurang, pola makan dan minum ibu sudah tidak
terganggu.
BAB III
23
ANALISIS JURNAL
24
makan baru minum air, waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur pola makan yang lengkap dan seimbang, minum
yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah, istirahat
yang cukup, menghisap peppermint bermanfaat mengurangi mual,
hindari minum kopi, alkohol karena hal ini dapat menghalangi
penyerapan zat besi dari makanan dan dapat menyebabkan sakit
kepala juga pusing, pertahankan kadar gula darah dengan
menyantap makanan tinggi protein dan karbohidrat, minumlah teh
jahe yang terbuat dari akar jahe parut yang direbus dalam air
mendidih, konsultasi ke dokter kandungan anda jika mual muntah
masih berlanjut.
Hiperemesis gravidarum ini ditandai dengan terus mual dan
muntah sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan barat badan 5-10
kg, kulit menjadi kering dan kadang-kadang timbul ikterus
malahan dapat jatuh koma.
Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah
berlebih dan dehidrasi ringan, penderita emesis gravidarum
sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis
gravidarum.
Dari penelitian ini ditemukan teori baru tentang hiperemesis
gravidarum yaitu dengan memakan sabun dan tanah napal,
mual muntah yang dialami oleh partisipan semakin berkurang
hingga hilang.
25
sehari-hari. Agar tidak terserang mual dan muntah secara
berlebihan ibu hamil harus tau bagaimana cara mengatasinya. Cara
tersebut bisa membuat ibu hamil terbebas dari dehidrasi dan
kekurangan tenaga. Ibu hamil juga harus tetap menjaga nutrisi nya
saat kehamilan tidak hanya untuk dirinya tapi juga janin.
Mual dan muntah pada ibu hamil trimester pertama di
masyarakat masih terjadi dan cara penanggulangannya sebagian
besar masih dengan terapi farmakologis. Akan lebih baik jika ibu
hamil mengatasi mual dan muntah dengan terapi pelengkap non
farmakologis terlebih dahulu.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk
mengetahui efektifitas pemberian daun mint terhadap rasa mual
dan muntah dengan hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit
Daerah Haji Makassar Tahun 2017.
Metodologi penelitian
26
Populasi seluruh ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit daerah haji makassar mulai tahun 2016
s.d tahun 2017 jumlahnya sebanyak 15 orang
Sampel yang diteliti seluruh ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum menggunakan daunt mint untuk menghilangkan rasa
mual dan muntah
Langkah-langkah
Dari 15 responden 10 responden menggunakan daun mint
sebagai aromaterapi dan 5 responden menyukai daun mint sebagai
teh mint.
Hasil
Distribusi frekuensi umur responden yang mengalami mual
dan muntah paling tinggi adalah responden yang berumur 20-35
tahun tahun sebanyak 10 responden, responden yang mengalami
mual dan muntah terbanyak berpendidikan SD yaitu sebnayak 9 ,
yang IRT sebanyak 9 responden , yang paling banyak ibu hamil
trimester 1 sebanyak 11 responden, ibu hamil multigravida 8
reponden.
Berdasarkan frekuensi mual dengan hiperemesis
gravidarum yang paling tinggi adalah responden yang mualnya
berhenti 5 responden
Berdasarkan distribusi frekuensi muntah dengan
hiperemesis gravidarum yang pakling tinggi adalah responden
yang muntahnya berhenti 3 responden.
Berdasarkan uji chi square disimpulkan bahwa tidak ada
hubungannya pemberian daun mint dengan hiperemesis graviarum.
BAB IV
27
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 % dari wanita yang hamil. Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester 1.
DAFTAR PUSTAKA
28
Mitrayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
https://indonesia.unfpa.org>pub-pdf
Jurnal.stikmakassar.ac.id
29