Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 % dari wanita yang hamil. Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester 1. Mual bisaanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih terjadi
6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu (Hanifa Wiknjosastro, 2006).

Mual dan muntah terjadi 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dalam
serum pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan itu, meskipun demikian gejala mual
dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.

Pencegahan terhadap Hyperemesis Gravidarum perlu dilaksanakan dengan


jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan 1 2 sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering waktu bangun pagi jangan segera
turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman sebaliknya disajikan dalam keadaan panas
atau sangat dingin (Ova Risanto, 2008).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum


2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
4. Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum
5. Diagnosis Medis Hiperemesis Gravidarum
6. Prognosis Hiperemesis Gravidarum
7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
8. Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum
9. Skrining Hiperemesis Gravidarum
10. Sistem Rujukan Hiperemesis Gravidarum
11. Kolaborasi Manajemen Medis

1.3 Tujuan

1. Makalah ini disusun agar pembaca dapat menetahui dan memahami apa itu
Hiperemesis Gravidarum
2. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas III.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga


mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan
trimester I. kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar
60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih
berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan.

2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun


diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :

1. Faktor predisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan


kehamilanganda.
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi,
perubahan metabolik akibat kehamilan, dan resistensi ibu yang menurun.
3. Faktor psikologi

2.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar esterogen yang meningkat
dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah
yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia,
hipokloremia, serta penemuan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan
hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksik.

Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak


tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak

3
hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-
Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

2.4 Manifestasi Klinis

Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi


menjadi tiga tingkatan.

1. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan
rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri
epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100x/menit,
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata
cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh
terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi, dan napas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu menurun dan somnolen hingga koma, muntah berhenti,
nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

2.5 Diagnosa Medis Hiperemesis Gravidarum

Definisi teknis hiperemesis gravidarum adalah muntah yang sulit


dikendalikan yang dimulai sebelum kehamilan minggu ke-20 dan dapat
mengakibatkan gangguan status nutrisi. Gangguan keseimbangan elektrolit,
dehidrasi, penurunan berat badan sebanak 5% atau lebih dari berat badan sebelum
hamil, ketosis, dan asetonuria memberikan tanda-tanda klinis status gangguan
nutrisi (Long et al, 1993).

Uji diagnostik yang tepat harus dilakukan untuk mendeteksi penyebab


yang mendasari mual dan muntah, seperti gastrointeritis, hepatitis, kolesitis, atau
ulkus peptikum, yang mungkin berperan pada keadaan hiperemetik wanita hamil.

4
2.6 Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Hasil akhir perinatal dapat diperbaiki dengan terapi dini untuk mencegah
penurunan berat badan ibu yang signifikan. Banyak studi telah menunjukkan
bahwa insidensi retardasi pertumbuhan janin secara signifikan lebih besar pada
pasien yang mengalami hiperemesis yang mengalami penurunan berat badan lebih
dari 5% berat badan mereka sebelum hamil (Gross et al, 1989). Beberapa kasus
hiperemesis gravidarum yang serius jarang terjadi dan pemulihannya biasanya
cepat saat keseimbangan cairan dan elektrolit diperbaiki.

2.7 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


Penatalaksanaan medis bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan
berat badan yang signifikan, mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
dan mengatasi asidosis atau alkalosis. Tujuan intervensinya adalah sebagai
berikut:
 untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian guyurcairan parenteral (rata-
rata 3000 mL dalam 24 jam)
 untuk mengatasi kelaparan dengan memberikan glukosa intervena (IV)
dan tiamin klorida lewat subkutan dan, jika diperlukan, dengan
memberikan diet cairan yang tinggi kalori dan tinggi vitamin per enteral
(siang nasogastrik) atau dengan metode pemberian hiperalimentasi
parenteral
 untuk menghentikan muntah dengan memberikan antiemetic
 untuk mengatasi aspek emosional dengan sikap memahami (tindakan
pendukung.
Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat mencegah
hiperemesis gravidarum.  Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan,
penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum.
1. Melakukan isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik tidak diberikan makan/minum selama 24-28 jam. kadang-

5
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
2. Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3. Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan linger lactat 5% dengan cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per
hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
4. Obat-obat yang diberikan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan yang lebih berat diberikan
antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti
histamin ini juga dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk
delirium, kebutaan tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy, 2009).
6. Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang

6
dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan Selama beberapa hari.
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bergizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hieremesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita.
Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).

`Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan,


dengan tahapan sebagai berikut.
a) ibu diidolasi didalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
c) Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan
minuman sedikit demi sedikit.
d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
e) Pada keadaan lebih berat, berikan antiemetik seperti metoklopramid,
disklomin hidroklorida, atau klorpromazin.
f) Berikan terapi psikologis ynag meyakinkan ibu bahwa penyakitnya
bisa disembuhkan serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan
dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.

2.8 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

A. Pengkajian
1. Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
 Kaji tentang pandangan ibu mengenai kesehatan terutama
kesehatan dalam kehamilan, bagaimana ibu

7
mempersepsikan proses kehamilan itu sendiri, bagaimana
manajemen kesehatan yang dilakukan ibu selama
kehamilan.
 Biasanya ibu akan berusaha mencari informasi seputar
kesehatan kehamilan dengan rajin konsultasi pada tim
kesehatan dan terkadang ibu akan mempunyai keraguan
mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
proses kehamilan.
b) Pola nutrisi-metabolik
 Kaji intake output nutrisi dan cairan pada klien sehari-hari.
 Klien akan mengalami mual muntah yang berlebihan,
terjadi penurunan berat badan(5 – 10 Kg), intake output
tidak seimbang, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh, rasa haus yang berlebihan, dehidrasi, dan
tidak nafsu makan, nyeri epigastrium, membran mukosa
mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
c) Pola eliminasi
 Kaji pola eliminasi klien, frekuensi,konsistensi BAB dan
BAK klien.
 Klien akan mengalami perubahan pada konsistensi;
defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis :
peningkatan konsentrasi urine.
d) Pola aktivitas latihan
 Kaji aktivitas klien sehari-hari. Apakah ada gangguan atau
tidak. Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-
hari. Apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam
beraktivitas.
 Klien mengalami Tekanan darah sistol menurun, denyut
nadi meningkat (> 100 kali per menit). Frekuensi

8
pernapasan meningkat. Suhu kadang naik, badan lemah,
icterus dan dapat jatuh dalam koma
e) Pola istirahat tidur
 Kaji bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien sehari-
hari. Berapa lama klien tidur dan istirahat, adakah
penggunaaan obat tidur atau tidak
 Klien akan mengalami gangguan dengan pola tidurnya
akibat ketidaknyamanan karena mual dan muntah yang
berlebihan.
f) Pola persepsi-kognitif
 Kaji fungsi penginderaan dan kognitif klien. Adakah
gangguan atau tidak dan apakah ada penggunaan alat bantu
atau tidak.
 Klien tidak mengalami gangguan dengan pola persepsi
kognitif.
g) Pola Persepsi-konsep diri
 Kaji bagaimana klien memandang dirinya sendiri.
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya sendiri.
 Klien akan merasa terbebani dengan penyakit yang
dideritanya. Klien akan merasa dirinya hanya merepotkan
orang lain serta sangat menggangggu aktivitasnya sehari-
hari. Juga terjadi perubahan persepsi tentang kondisinya.
h) Pola peran hubungan
 Kaji bagaimana klien menjalani peran dan berhubungan
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
 Klien akan mengalami gangguan dalam berinteraksi
dengan sesama. Klien merasa tidak mau membebani orang
lain, sehingga klien lebih memilih untuk menjalankan
aktivitas dan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Terjadi
konflik interpersonal keluarga,

9
i) Pola coping-toleransi stress
 Kaji bagaimana klien mengenal dan menangani stres
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
 Klien akan cemas dan takut yang berlebihan berhubungan
dengan kesehatannya sendiri dan janin yang dikandungnya
serta efek yang berakibat buruk terhadap kehamilannya.
Namun, klien akan berusaha untuk bertanya dan mencari
informasi tentang bagaimana menangani stres yang
dideritanya.
j) Pola reproduksi seksualitas
 Kaji bagaimana pola reproduksi dan seksualitas klien. Kaji
pola menstruasi klien dan hal-hal yang berhubungan proses
reproduksi. Kaji penyakit reproduksi klien.
 Klien akan mengalami penghentian menstruasi, bila
keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus
terapeutik
k) Pola nilai keyakinan
 Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-hari.
Apakah ada gangguan dalam menjalankan aktivitas atau
tidak.
 Biasanya klien akan terganggu dalam menjalankan ibadah
sehari-hari akibat ketidaknyamanan yang tengah
dialaminya.

2. Data riwayat Kesehatan


a) Riwayat kesehatan sekarang
 Mual dan muntah yang terus menerus
 Merasa lemah dan kelelahan
 Merasa haus dan tersa asam dimulut
 Kontipasi dan demam
 Dapat juga ditemukan berat badan yang menurun
 Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit

10
 Oliguria,takikardia, mata cekung dan ikterus
b) Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperimesis
gravidarum sebelumnya
 Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual muntah
c) Riwayat kesehatan keluarga
 Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada
keluarga.

1) Data Fisik Biologis


 Mamae yang membengkak
 Hiperpigmentasi pada areola mamae
 Terdapat kloasma gravidarum
 Muklosa membran dan bibir kering
 Mengalami pusing dan kehilangan kesadaran.
2) Riwayat Menstruasi
 Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun
 Siklus 28-30 hari
 Lamanya 5-7 hari
 Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari
 Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri,sakit
kepala, dan muntah.
3) Riwayat Perkawinan
 Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Hamil muda : ibu pusing,mual dan muntah, serta tidak ada
nafsu makan
 Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai
naiknya berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.

11
5) Data Psikologi
 Yang perlu dikaji seperti, keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan,
mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat
memperberat mual dan muntah.
 Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu
bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta
dukungan dari keluarga dan perawat.
6) Data Penunjang
 Hasil pemeriksaan darah yaitu hemoglobin dan hematokrit
yang meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang
berkaitan dengan dehidrasi
 Hasil pemeriksaan urin yaitu urin yang sedikit dan
konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya
asetona di dalam urin.

B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah terus
menerus.
 Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic.
 Batasan karakteristik
 Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal.
 Membrane mukosa pucat
 Nyeri abdomen penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat tonus otot menurun
 Faktor yang berhubungan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Kurang asupan nutrisi

12
2. Kekurangan cairan dan elektrolit yang b.d muntah yang berlebihan dan
pemasukan yang tidak adekuat.
 Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, atau
intraselular ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadarnatrium.
 Batasan karakteristik
 Haus
 Kelemahan
 Membrane mukosa kering
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan turgor kulit
 Faktor yang berhubungan
 Kegagalan mekanisme regulasi
 Kehilangan cairan aktif

3. Nyeri epigastrum yang b.d muntah yang berulang


 Definisi : pengalaman sensori dan mosional tidak menyenangkan
yamng muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau
yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
di antisipasi atau diprediksi
 Batasan karakteristik
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (mis;
neonatal infant pain scale, pain assessment checklist for senior
with limited ability to communicate)
 Ekspresinwajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakkan mata berpencar, atau tetap pada satu focus,
meringis)
 Perubahan selera makan

13
 Faktor yang berhubungan
 Agens cedera biologis (mis; infeksi,inskemia, neoplasma)
 Agens cedera fisik (mis; abses, amputasi,luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma,olahraga berlebihan)

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Perubahan nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
kurang dari Definisi : sejauh mana nutrisdi di Definisi : menyediakan dan
kebutuhan tubuh b.d cerna dan diserap untuk memenuhi menuingkatkan imtake nutrisi
mual muntah terus kenbutuhan metabolic. yang seimbang.
menerus. Skala target outcome : Aktifitas-aktifitas:
dipertahankan pada 3 ditingkatkan  Tentukan status gizi
ke 5. pasien dan
Indicator : kemampuan pasien
 Asupan gizi untukmemenuhi
 Asupan makanan kebutuhan gizi
 Asupan cairan  Tentukan apa yang
 Asupan energy menjadi preferensi

 Rasio berat badan atau makanan bagi pasien

tinggi badan hidrasi  Instruksikan pasien


mengenai kebutuhan
nutria
 Bantu pasien dalam
menentukan pedoman
atau piramida
makanan yang paling
cocok dalam
memenuhi kebutuhan
nutrisi
 Tentukan jumlah
kalori dan jhenis
nutrisi yang

14
dibutuhkan untuk
mememnuhi
persyaratan gizi
 Atur diet yang
diperlurkan
2. Kekurangan cairan Keseimbangan cairan Manajemen elektrolit/cairan
dan elektrolit yang Definisi : keseimbangan cairan di Definisi : pengaturan dan
b.d muntah yang dalam ruang intraseluler dan pencegahan komplikasi dari
berlebihan dan ekstraseluler tubuh. perubahan cairan dan
pemasukan yang Skala target outcome : elektrolit.
tidak adekuat. dipertahankan pada 3 ditingkatkan Aktifitas-aktifitas :
ke 5.  Pantau kadar serum
Indikator : elektrolit yang
 Tekanan darah abnormal seperti yang
 Denyut nadi radial tersedia
 Tekanan vena sentral  Timbang berat badan
 Turgor kulit harian dan pantau
gejala
 Berikan cairan yang
sesuai
 Tingkatkan intake
cairan per oral (mis;
membrikan cairan oral
sesuai prefensi pasien
ditempat yang mudah
dijangkau,
memberikan sedotan,
dan menyediakan air
segar yang sesuai)
 Monitor TTv yang
sesuai
3. Nyeri epigastrum Manajemen nyeri Manajemen nyeri
yang b.d muntah Definisi : tingkat persepsi positif Definisi : pengurangan atau

15
yang berulang terhadap perawatan untuk reduksi nyeri sampai pada
mengurangi rasa sakit. tigkat kenyamanan yang
Skala target outcome : dapat diterima pasien.
dipertahankan pada 3 ditingkatkan Aktivitas-aktivitas :
ke 5.  Lakukan pengkajian
Indicator : nyeri komprehensif
 Tingkat nyeri dipantau yang meliputi lokasi,
secara reguler karakteristik,durasi,
 Efek samping obat frekuensi,kualitas,inte
terpantau sitas atau beratnya
 Mengambil tindakan untuk nyeri dan faktor
mengurangi nyeri pencetus
 Mengambil tindakan untuk  Gali pengetahuan dn
memberikan kenyamanan kepercayaan pasien
 Memberikan informasi mengenai nyeri
tentang pembatasan  Gunakan strategi
aktivitas komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan peneriaan
pasien terhadap nyeri.

C. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan yang sesuai yang telah direncanakan.
Tindakan keperawatan harusmendatail agar semua tenaga keperawatan
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telap
ditetapkan. Dalam pelaksanaa tindakan keperawatan, perawat dapat
langsung memberikan pelayanan kepada ibu dan juga dilegasikan kepada
orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih
seprofesidengan perawat.
D. EVALUASI

16
Merupakan hasil perkembvangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan
adalah menilai hasilyang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu dan
untuk mengetahui sejauh mana masalah ibu dapat teratasi.

2.9 Skrining Resiko Tinggi

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit


hiperemesis gravidarum

1. Pemeriksaan urine
Urin diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton, pemeriksaan
ini dilakukan saat bangun tidur setiap kali makan atau cemilan tertunda.
Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati
ditingkatkan atau cemilan lain dapat ditambahkan kedalam rencana
makanan sehari-hari
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada pencernaannya tidak
adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan
panas dan energi tubuh terdapat atay kelebihan keton dalam urin
2. Darah rutin
Tujuan dilakukan pemeriksaan hemoglobin : pemeriksaan Hb
secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan rutin untuk mendeteksi
anemia. Pada wanita yang kurang darah lebih sering terjadi hiperemis
gravidarum.
3. Uji glukosa
Untuk memantau glukosa darah dan dapat dilakukan pengontolan
glikemia wanita terutama pada wanita selama kehamilan.
Pada seorang wanita yang mengalami diabetes melitus pada trimester
pertama kadar glukosa darah meningkat dan glikemia meningkat. Pada
wanita diabetes melitus trimester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus.
4. Pemeriksaan tiroid

17
Kehamilan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan tiroksin
yaitu sekitar sepertiganya dan kemungkinan akibat meningkatnya produksi
hormon estrogen. Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan
nausea. Mungkin ini karena hormon estrogen yang meningkat.
5. USG untuk memastikan mola
Pada hiperemesis gravidarum pemeriksaan USG dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
Pada wanita dengan molahidatidosa uterus membesar lebih cepat
dari biasa, penderita mengeluh tentang mual muntah , tidak jarang terjadi
pendarahan pervaginam.

Tingkat keparahan mual dan muntah pada kehamilan dapat dikukur


dengan sebuah scoring system seperti skor PUQE ( Pregnancy Unique
Quantification of Emesis)

Tabel PUQE indek

Skor 1 2 3 4 5

Dalam 24 Tidak sama 1 jam atau 2-3 jam 4-6 jam Lebih dari
jam terakhir, sekali kurang 6 jam
berapa lama
anda merasa
mual?

Dalam 24 Tidak sama 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau
jam terakhir , sekali lenbih
berapa kali
anda muntah?

Dalam 24 Tidak sama 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 atau lebih
jam terakhir,

18
berapa kali sekali
anda muntah
kering tanpa
mengeluarka
n apa-apa

Intrepretasi skor

 <6 ringan
 7-12 sedang
 13-15 berat

2.10 Sistem rujukan hiperemesis gravidarum

Detail pelayanan umum

1. Sarana pelayanan kesehatan melaporkan daftar ibu-ibu hamil ke Dinas


Kesehatan melalui lapor an K1-K4.
2. Dinas Kesehatan menyerahkan data ibu-ibu ke RS PONEK 24 jam
untuk persiapan pelayanan medis sesuai pedoman pelayanan klinis
(PPK) atau clinical guidelines yang dikembangkan oleh tim klinik.
3. Dilakukanwaan persalinan di RS PONEK oleh tim rujukan. Pertemuan
perencanaan minimal dilakukan sebulan sekali, sekaligus sebagai
monitoring.
4. Perencanaan persalinan dilakukan berdasarkan jenis penyulit yang ada
di BPJS.
5. Dilakukan koordinasi dengan Dokter Spesialis yang memimpin rapat-
rapat teknis medik di RS untuk menyiapkan tindakan kepada ibu-ibu
yang akan masuk ke RS.
6. Dinas Kesehatan menyiapkan sumber dana untuk pengelolaan ibu-ibu
ini dari berbagai sumber: APBN, APBD, dan masyarakat. Dengan
demikian Dinas Kesehatan bertindak seperti travel agent yang

19
mengelola ibu-ibu hamil bermasalah untuk sampai ke rumahsakit dan
menjamin pembiayaannya.
7. Pada hari yang ditentukan ibu-ibu yang bermasalah diantar sehingga
ibu-ibu ini dapat sampai di rumah sakit dan mendapat pelayanan. Di
masyarakat perlu ada tim pengantar. Tim pengantar ini sebaiknya
didanai oleh masyarakat. Bidan desa akan mengantar sampai ke
rumahsakit dan melakukan serah terima.
8. Setelah mendapat pelayanan persalinan di rumahsakit, ibu dan bayi
yang selamat akan kembali ke rumah dengan pengantaran dari
rumahsakit atau dijemput kembali oleh masyarakat.
9. Dengan demikian Ibu-ibu yang termasuk ke dalam kelompok A perlu
mendapat rujukan terencana, karena merupakan kasus yang telah
diprediksi dapat menimbulkan komplikasi apabila ditangani di fasilitas
kesehatan primer atau oleh bidan.

Tabel kasus hiperemesis Gravidarum

Gejala utama Tanda/gejala klasifikasi tindakan Rujuk Sumber


ke/rawat anggaran
di tindakan
Muntah > 10 Nadi dan nafas -stabilisasi
kali cepat, produksi pasien, -BPJS
urin berkurang pasang infus -Jamkespa
TANYAKA -rujuk ke -Jamkesda
N HIPEREMESIS PONED -Mandiri
-Mual Pemeriksaan GRAVIDARUM terdekat
muntah>10 fisik : (puskesmas
kali/hari  Nilai sentani,
tingkatan Genyam dan
dehidrasi Demta)
untuk PONED
melakukan
pemeriksaan

20
penunjang
untuk
laboratorium
dan
konfirmasi
kondisi
kehamilan

Tx : Terapi
cairan dan
tatalaksana
untuk
hiperemesis
rujuk ke RS
PONEK di
RSUD
Yowari bila
tidak
mampu
menangani
Sumber : Manual rujukan maternal dan neonatal dikabupaten jayapura, 2015

2.11 Kolaborasi manajemen medis

Tindakan segera pada kasus hiperemesis gravidarum yaitu


perbaikan keadaan umum dan kolaborasi dengan dokter untuk
memberikan terapi intravena. Keadaan umum pasien lemah yang
menunjukkan dibutuhkan tindakan segera pemasangan infus dan terapi
intravena. Sebuah rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
melibatkan kondisi pasien, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi
bagi ibu atau keluarga tentang kemungkinan apa yang terjadi selanjutnya.
Saat melakukan tindakan perawat/bidan atau tim kesehatan lainnya

21
bertanggung jawab untuk memastikan implementasi benar-benar
dilakukan. Apabila dilakukan kolaborasi dengan dokter dapat mengambil
tanggung jawab mengimplementasi secara kolaborasi.

Dilakukan terapi psikosomatis melibatkan dialog dengan ibu hamil


untuk mengevaluasi situasi psikologi pada sekitar 90% dari semua wanita
dirawat inap untuk hiperemesis gravidarum, gejala memperbaiki tanpa
intervensi terapi lebih lanjut. Hal ini mungkin kaarena dukungan
keperawatan rawat inap, serta jauh dari lingkungan penyebab. Kolaborasi
dengan ahli psikiatri jika diperlukan, untuk mengetahui adanya
kemungkinan faktor psikologis yang lebih berat sebagai penyebab
masalah.

Dan dilakukan kunjungan rumah untuk melihat perkembangan


pasien. Menurut manajement atau pengelolaan perawatan khusus sesuai
dengan standar nursing care for a pregnant woman in the antenatal
period dilakukan observasi berat badan dua hari setelah dirawat.
Parenteral nutrition via venous access

Main infusion Adjuvants (daily dose) Speed of operation


500 mL glucose 200 mg vitamin 50 mL/h
infusion 5% (thiaminchloride)
200 mg vitamin B6
(pyridoxine)
200 ug vitamin B12
(cyanocobalamine)

200 mg vitamin C
(ascorbic acid)
500 mL glucose 200 mg vitamin 50 mL/h
infusion 40% (thiaminchloride)
200 mg vitamin B6
(pyridoxine)
200 ug vitamin B12

22
(cyanocobalamine)

200 mg vitamin C
(ascorbic acid)
Diharapkan saat dilakukan kunjungan rumah keadaan pasien baik,
keluhan mual muntah berkurang, pola makan dan minum ibu sudah tidak
terganggu.

BAB III

23
ANALISIS JURNAL

1. Jurnal konsep hiperemesis gravidarum


Rahmi Fitria : Pengalaman Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum di
Rumah Bersalin Sehat Bondar Kecamatan Tambusai Kabupaten
Rokan Hulu, 2017
Penelitian ini dilakukan terhadap wanita yang pernah hamil dan
mengalami Hyperemesis gravidarum (muntah yang berlebihan) dilakukan
di Rumah Bersalin Sehat Bondar Kec. Tambusai, Kab. Rokan Hulu, Riau.
Waktu dalam penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2014 hingga
November 2014.
 Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara umum
partisipan mengalami hiperemesis gravidarum, dimana semua
pertisipan mengalami mual-muntah lebih dari sepuluh kali setiap
hari berlangsung terus menerus, muntah terjadi sampai usia
kehamilan tiga bulan dan bahkan lebih dari tiga bulan.
 Diperkirakan 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual-muntah
dan 5% ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian
cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah
khas kehamilan terjadi selama trimester pertama disebabkan oleh
peningkatan HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan pada
indera penciuman dan perasa pada awal kehamilan.
 Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis, memberikan keyakinan pada ibu bahwa
mualmuanta dapat diatasi, sedikit-sedikit tetapi sering. Berikan
makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh hangat
saat bangun pagi dan sebelum tidur, hindari makan berminyak dan
berbau, menghindari asap rokok atau parfum yang berbau
menyengat, jangan segera berbaring setelah makan, sebaiknya
duduk tegak selama beberapa saat agar tidak kembung atau mual,
hindari banyak minum saat makan, tunggulah 30 menit setelah

24
makan baru minum air, waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur pola makan yang lengkap dan seimbang, minum
yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah, istirahat
yang cukup, menghisap peppermint bermanfaat mengurangi mual,
hindari minum kopi, alkohol karena hal ini dapat menghalangi
penyerapan zat besi dari makanan dan dapat menyebabkan sakit
kepala juga pusing, pertahankan kadar gula darah dengan
menyantap makanan tinggi protein dan karbohidrat, minumlah teh
jahe yang terbuat dari akar jahe parut yang direbus dalam air
mendidih, konsultasi ke dokter kandungan anda jika mual muntah
masih berlanjut.
 Hiperemesis gravidarum ini ditandai dengan terus mual dan
muntah sampai 4-8 minggu, hingga kehilangan barat badan 5-10
kg, kulit menjadi kering dan kadang-kadang timbul ikterus
malahan dapat jatuh koma.
 Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah
berlebih dan dehidrasi ringan, penderita emesis gravidarum
sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis
gravidarum.
 Dari penelitian ini ditemukan teori baru tentang hiperemesis
gravidarum yaitu dengan memakan sabun dan tanah napal,
mual muntah yang dialami oleh partisipan semakin berkurang
hingga hilang.

2. Judul : Efektifitas Daun Mint Terhadap Hiperemesis Gravidarum di


Rumah Sakit Daerah Haji Makassar Tahun 2007
Jurnal Mitrasehat, Volume VII Nomor 2, November 2017
Penulis : Imelda Iskandar , Akademi Kebidanan Yapma makassar
 Latar belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan

25
sehari-hari. Agar tidak terserang mual dan muntah secara
berlebihan ibu hamil harus tau bagaimana cara mengatasinya. Cara
tersebut bisa membuat ibu hamil terbebas dari dehidrasi dan
kekurangan tenaga. Ibu hamil juga harus tetap menjaga nutrisi nya
saat kehamilan tidak hanya untuk dirinya tapi juga janin.
Mual dan muntah pada ibu hamil trimester pertama di
masyarakat masih terjadi dan cara penanggulangannya sebagian
besar masih dengan terapi farmakologis. Akan lebih baik jika ibu
hamil mengatasi mual dan muntah dengan terapi pelengkap non
farmakologis terlebih dahulu.

Daun mint merupakan salah satu rempah-rempah yang


dapat dimanfaatkan dalam keadaan yang masih segar maupun
keadaan kering. Teh mint dengan kandungan mint didalamnya
dapat mengatasi rasa mual dan muntah pada ibu hamil.mint
memiliki kandungan menthol yang berasa dingin, raa dingin pada
menthol, rasa dingin pada menthol lebih bisa diterima oleh usus
dibanding dari teh rasa biasa.

Sebelumnya di penelitian Dwi Risma, tentang pengaruh


Aromaterapi Blended Pepermint dan Ginger Oil terhadap rasa mual
pada ibu hamil trimester satu di puskesmas rengel Kabupaten
Tuban 2013, dapat kesimpulannya bahwa. Sebagian ibu hamil
trimester satu mengalami mual dan muntah ringan setelah
diberikan daun min sebagian ibu tidak mengalami mual dan
muntah.

 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk
mengetahui efektifitas pemberian daun mint terhadap rasa mual
dan muntah dengan hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit
Daerah Haji Makassar Tahun 2017.
 Metodologi penelitian

26
Populasi seluruh ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit daerah haji makassar mulai tahun 2016
s.d tahun 2017 jumlahnya sebanyak 15 orang
Sampel yang diteliti seluruh ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum menggunakan daunt mint untuk menghilangkan rasa
mual dan muntah
 Langkah-langkah
Dari 15 responden 10 responden menggunakan daun mint
sebagai aromaterapi dan 5 responden menyukai daun mint sebagai
teh mint.
 Hasil
Distribusi frekuensi umur responden yang mengalami mual
dan muntah paling tinggi adalah responden yang berumur 20-35
tahun tahun sebanyak 10 responden, responden yang mengalami
mual dan muntah terbanyak berpendidikan SD yaitu sebnayak 9 ,
yang IRT sebanyak 9 responden , yang paling banyak ibu hamil
trimester 1 sebanyak 11 responden, ibu hamil multigravida 8
reponden.
Berdasarkan frekuensi mual dengan hiperemesis
gravidarum yang paling tinggi adalah responden yang mualnya
berhenti 5 responden
Berdasarkan distribusi frekuensi muntah dengan
hiperemesis gravidarum yang pakling tinggi adalah responden
yang muntahnya berhenti 3 responden.
Berdasarkan uji chi square disimpulkan bahwa tidak ada
hubungannya pemberian daun mint dengan hiperemesis graviarum.

BAB IV

27
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mual muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 % dari wanita yang hamil. Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester 1.

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga


mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan
trimester I. kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar
60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih
berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

28
Mitrayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Reeder, Sharon J, Leonide L. Martin dan Deborah Koniak-Griffin. 2012. Volume


2 Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga Edisi 18.
Jakarta : EGC

Herdman, T.Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan


definisi dan klasifikasi edisi 10. Jakarta : EGC

Bulechek, Gloria M. dkk. 2013. Nursing Interventions Clasification(NIC).


Yogyakarta : Moco Media

Moorhead, sue dkk. 2013. Nursin Outcomes Clasification (NOC). Yoyakarka :


Moco Media

jurnal.ibijabar.org >uploads> 2017 / 03

e-journal.upp.ac.id >article> download

https://indonesia.unfpa.org>pub-pdf

Jurnal.stikmakassar.ac.id

29

Anda mungkin juga menyukai