Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PROFESI

KEPERAWATAN ANAK

Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH

MERI HANDAYANI
2041312008
KELOMPOK C

PROGRAM STUDI PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Mulut

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan


dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang
sempit atau vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi
; 2. Bagian rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan
didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah
a. Gigi
Gigi terdapat 2 macam yaitu
- Gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-7 bulan dan
lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah terdiri atas: 8 buah
gigi seri (dens insisivus),4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi
geraham (molare)
- Gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah terdiri atas: 8 buah gigi susu (dens insisivus),

Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring


untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham
untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
b. Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus
yang bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni . Kelenjar ludah
ada 2 yaitu kelenjar submaksilaris(kelenjar ludah bawah rahang) yang
terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah dan kelenjar
sublingualis (Kelenjar ludah bawah lidah) yang terdapat di bagian
depan dibawah lidah.
c. Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi
menjadi 3 bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua
(punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah
belakang terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalannya
napas pada waktu menelan makanan. Di punggung lidah terdapat
puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian kira-kira di
tengah,jika lidah digerakkan ke atas makan akan terlihat selaput
lendir.Pada pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari glandula
parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi lidah :
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.

 Mekanisme sistem pencernaan di mulut


Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang


dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso –
“membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

3. Lambung

Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus


halus.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
- Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
- Fundus pada bagian puncak
- Antrum di bagian bawah
Bagian lambung terdiri dari:
- Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak
sebelah kiri osteum kardium dan biasaya berisi gas.
- Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah
kurbatura minor.
- Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus.
- Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung,terbentang
dari osteum kardiakm sampai ke pylorus.
- Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak
melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus
inferior. Ligamentum gastrolienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
- Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

 Cara Kerja Lambung


Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan
enzim yaitu:
- Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus
- Pepsin membantu pemecahan protein
- Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan
anak)
- Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung
untuk dicerna.
4. Usus halus (Usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus ini memiliki panjang sekitar 25 cm,berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selpaut lendir yang membukit di sebut papila
vateri.. pada papila vateri bermuara saluran empedu (duktus koledokus)
dan saluran pakreas (duktus wirsungi/ duktus pankreatikus).
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
 Cara Kerja usus duodenum

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari


(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit
untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus,
yang berarti “kosong”.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu .

5. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :


- Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
 Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu. Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum
pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar
10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Apendiks berfungsi dalam sistem limfatik.

- Kolon asendens (kanan)


Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari dari ileum ke bawah hati.
- Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm,membujur dari kolon desendens berada dibawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis.
- Kolon desendens (kiri)
Panjangnya sekitar 25 cm ,terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri bersambung dengan kolon sigmoid
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri,bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum

6. Rektum dan anus

a. Rektum

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah


sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

b. Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan


limbah keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter.

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti


kehendak.
b) Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c) Sfingter ani eksternus ( sebelah bawah), bekerja menuruti
kehendak.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagiannya


lagi dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar) , yang merupakan fungsi utama anus.
2. Defenisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan
tinja berbentuk cair atau setengan padat, dapat disertai frekuensi yang
meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014), diare adalah buang
air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Alimul H, 2006). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Potter & Perry. 2006)
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan
frekwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses
(lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair)
(Brunner&Suddart, 2014). Dapat disimpulkan diare akut adalah
inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah.

3. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
 Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
 Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar

4. Tanda dan gejala


Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
b. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia
dan rasa haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak
efektif (tenemus) setiap kali defekasi.
c. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
d. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus
besar
e. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan
kolitis atau inflamasi
f. Cipratan minyak pada cairan toilet, yang merupakan diagnosis
insufisiensi pancreas dan diare nokturnal, yang merupakan manifestasi
neuropatik diabetik.
5. WOC

Menurut Suryani dan Yuliani (2001) Asuhan Keperawatan Anak


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen
usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

6. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner&Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol
gejala, mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi
penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-
imflamasi) dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)),
defiknosilit (limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi
atau diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau pasien lansia.
f. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
- obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
- antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif
mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik
dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola
makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg
(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan
gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
- Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:


- Autonomy vs Shame and doundt
- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan
orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan
tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
a Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
b Hitungan (GK)
c Meniru membuat garis lurus (GH)
d Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
e Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
i. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2
meningkat, HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
ii. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)

2. Diagnosa keperawatan
-Diare berhubungan dengan proses infeksi dan infalamsi
gastrointestinal
-Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
-Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
-Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare
-Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.

3. Intervensi Keperawatan
N NANDA NOC NIC
O
1 Diare berhubungan Eliminasi usus Manajemen diare
dengan proses Aktifitas:
infeksi dan Defenisi:  Intruksikan pasien
infalamsi pembentukan dan atau anggota kelurga
gastrointestinal pengeluaran usus untuk mencatat
Skala outcome: volume, frekuensi
1: sangat terganggu dan konsistensi tinja.
5: tidak terganggu  Berikan makanan
dalam porsi kecil dan
Indikator: lebih sering serta
050101Pola tingkatkan porsi
eleminasi secara bertahap
050102Kontrol  Anjurkan keluarga
gerakan usus agar dapat
050103Warna feses menghindari
050105Fases lembut makanan pedas dan
dan berbentuk feses menimbulkan gas
0501029Suara bising dalam perut pasien
usus  Identifikasi faktor
yang bisa
Skala outcome: menyebabkan diare
1: berat  Monitor tanda dan
5: tidak ada gejala diare
 Amati trgor kulit
Indikator: secara berkala
050111 Diare
 Timbang pasien
secara berkala
 Intruksikan diet
rendah serat, tinggi
protein, tinggi kalaori
sesuai kebutuhan

2 Gangguan 0601 Manajemen cairan


keseimbangan Keseimbangan cairan Definisi:
cairan dan elektrolit Meningkatkan
berhubungan Definisi: keseimbangan cairan dan
dengan kehilangan Keseimbangan cairan pencegahan komplikasi
cairan skunder didalam ruang yang dihasilkan dari
terhadap diare intraseluler dan tingkat cairan tidak
ektraseluler normal atau tidak
Skala outcome: diinginkan
1: sangat terganggu Aktitiftas:
5: tidak terganggu  Timbang berat
badan setiap hari
dan monitor status
Indikator: pasien
 Jaga intake/asupan
060101Tekanan darah yang akurat dan
060107 keseimbangan catat output
intake dan output  Monitor status
dalam 24 jam hidrasi
060109Berat badan  Monitor tanda-
stabil tanda vital pasien
060116 Turgor kulit  Monitor perubahan
060117Kelembapan berat badan pasien
membran mukosa sebelum dan
setelah dialisis
 Monitor
makanan/cairan
yang dikonsumsi
dan hitung asupan
kalori harian
 Monitor status giizi
 Berikan cairan
dengan tepat

3 Ketidakseimbangan 1004 Status Nutrisi 1100 Manajemen Nutrisi


Nutrisi kurang dari Definisi: Definisi:
kebutuhan tubuh Sejauh mana nutrisi Menyediakan dan
berhubungan dicerna dan diserap meningkatkan intake
dengan diare atau untuk memenuhi nutrisi yang seimbang
output berlebihan kebutuhan metabolik Aktitiftas:
dan intake yang Skala outcome:  Identifikasi status
kurang 1: sangat nutrisi
menyimpang dari  Identifikasi alergi
rentang normal dan intoleresi
5: tidak menyimpang makanan
dari rentang normal  Identifikasi
Indikator: makanan yang
100402 Asupan disukai
makanan  Identifikasi
100405Rasio berat kebutuhan kalori
badan/tinggi badan dan jenis nutrien
100411 Hidrasi  Monitor asupan
makanan
 Monitor berat
badan
 Sajikan makanan
yang menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan jika
diperlukan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan yang mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarakan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kalaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan,
(Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi berisi Subjektif(S), Objektif(O),
Analisis(A), dan Planning (P).
DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
7. EGC. Jakarta.
Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai