Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK”

DOSEN PEMBIMBING :

Ns.Dewi Eka Putri,M.Kep.Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH :

1. Meri Handayani (1611312016)


2. Hertati (1611313007)
3. Kintan resqitha E (1611313010)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
PROPOSAL

PENYULUHAN KESEHATAN

A. Latar belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami anak, baik ketika ia berada dalam
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam
belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh anak-anak yang berkemampuan
kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh anak-anak yang berkemampuan
tinggi. Selain itu, anak-anak yang berkemampuan rata-rata juga mengalami
kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan
kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka
Oleh karena itu dalam praktek Pendidikan Kesehatan, kami akan melakukan
penyuluhan mengenai gangguan tidur yang ditujukan pada penghuni Wisma Anak
dan Remaja RSJ Prof. HB Sa'anin.

B. Tujuan :

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan anak-anak dan remaja penghuni


Wisma Anak dan Remaja Prof. HB Sa'anin mampu memahami gangguan belajar dan
upaya penanganannya.
2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan pasien mengetahui :

1. Pengertian belajar

2. Pengertian gangguan belajar

3. Faktor penyebab gangguan belajar

4. Ciri-ciri gangguan belajar

5. Karakteristik gangguan belajar

6. Jenis-jenis gangguan belajar

7. Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar

8. Cara mengatasi gangguan belajar

C. Pelaksanaan kegiatan :

1. Pokok bahasan : Gangguan Belajar


2. Sasaran dan target : 9 orang pasien Wisma Anak dan Remaja RS Jiwa Prof.
HB. Sa'anin Padang
3. Metode : Ceramah dan tanya jawab
4. Media dan alat :
- Power Point
- Laptop
- Infocus
- Layar
- Lefleat
5. Waktu dan tempat :
- Waktu : Jum’at, 9 November 2018
- Tempat : Wisma Anak dan Remaja RS Jiwa Prof. HB. Sa'anin Padang
6. Pengorganisasian dan fungsinya / uraian tugas
 Moderator : Meri Handayani
• Membuka dan menutup acara.
• Memperkenalkan diri.
• Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
• Menjaga kelancaran acara.
• Memimpin diskusi.
 Presenter : Kintan Resqitha E
• Menyajikan materi penyuluhan
• Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
 Observer : Hertati
• Mengamati jalannya kegiatan.
• Mengevaluasi kegiatan.
• Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
 Fasilitator : Hertati
• Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
• Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
• Menjadi contoh dalam kegiatan.

7. Setting tempat

Keterangan :
= observer

= fasilitator
= audien
= presenter
= moderator
= layar

8. Kegiatan penyuluhan :

No Waktu Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta

1 5 Menit Pembukaan :  Menjawab Salam


 Mendengarkan dan
 Salam terapeutik
memperhatikan
 Perkenalan mahasiswa dan
 Mendengarkan dan
pembimbing
memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan kontrak waktu

2 30 Menit Pelaksanaan :

 Menggali pengetahuan  Mengemukakan


klien tentang pengertian pendapat
belajar
 Memberikan reinforcement
+  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tentang memperhatikan
pengertian gangguan  Mengemukakan
belajar pendapat
 Menggali pengetahuan
klien tentang pengertian
gangguan belajar  Mendengarkan dan
 Memberikan reinforcement memperhatikan
+  Mengemukakan
 Menggali pengetahuan pendapat
klien tentang penyebab dan
gejala gangguan belajar
 Memberikan reinforcement  Mendengarkan dan
+ memperhatikan
 Menjelaskan tentang ciri-  Mengemukakan
ciri gangguan belajar pendapat
 Menggali pengetahuan
klien tentang karakteristik
gangguan belajar  Mendengarkan dan
 Memberikan reinforcement memperhatikan
+  Mengemukakan
 Menjelaskan tentang jenis- pendapat
jenis gangguan belajar
 Menggali pengetahuan
klien tentang cara untuk  Mendengarkan dan
menumbuhkan motivasi memperhatikan
belajar  Mengemukakan
 Memberikan reinforcement pendapat
+

 Mendengarkan dan
memperhatikan

3 10 Menit Penutup :
 Bersama moderator
 Menyimpulkan materi
menyimpulkan
bersama audien materi penyuluhan
 Melakukan evaluasi  Menjawab
 Menutup dan memberi pertanyaan
saran  Menjawab salam

9. Materi (terlampir)

Lampiran 1
GANGGUAN BELAJAR PADA ANAK
1. Defenisi belajar
Menurut M. Sobry Sutikno, pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini, perubahan adalah sesuatu yang dilakukan secara sadar
(disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari
sebelumnya.Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya
fikir, dan kemampuan lainnya.
2. Defenisi gangguan belajar
Secara bahasa gangguan belajar adalah masalah yang dapat mempengaruhi
kemampuan otak dalam menerima, memproses, menganalisis dan menyimpan
informasi. Sedangkan pengertian yang diberikan oleh National Joint
Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengenai gangguan belajar
adalah suatu kumpulan dengan bermacam-macam gangguan yang
mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis,
dan memecahkan persoalan.

Gangguan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis


yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis
atau menyimpan informasi. Anak dengan Gangguan Belajar mungkin
mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi seringberjuang untuk belajar
secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan
mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis,
mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah
dalam matematika.

3. Faktor-faktor penyebab gangguan belajar


Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat
dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri
atas dua macam:
A. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam siswa sendiri.
B. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.

A. Faktor intern siswa


Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik
siswa, yakni:
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)
1. Fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang
sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses
menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain saakit
factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi
menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya.
2. Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku
yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar
tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang
juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak..

B. Faktor ektern siswa


Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3
macam:.
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group)
yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:
1. Social. Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua
mereka di rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang
cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan
perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga
bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang
bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan
pengaruh pada kebiasaan belajar anak
2. Non-social Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah,
kurikulum dan sebagainya.Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap masalah kesulitan
belajar, ditemukan sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya
a. Keturunan
Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan
menemukan rata-rata anggota tersebut mengalami kesulitan dalam membaca,
menulis dan mengija, setelah diteliti secara lebih mendalam, ternyata salah satu
faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.
b. Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami
gangguan pada syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup
sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada
perilaku anak yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar dengan anak
yan ab-normal.
c. Pemikiran
Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam
menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka
tidak dapat mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli
berpendapat bahwa mereka perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan
meningkatkan daya belajarnya.
d. Gizi
Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan
binatang, ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan belajar dengan
kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya
kelambanan atau kesulitan belajar.
e. Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat
nengganggu perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga,
sekolah maupun lingkungan masyarakat. Meskipun faktor ini dapat pengaruhi
kesulitan belajar, tetapi bukan satu-satunya faktor penyebab terjadinya kesulitan
belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut dapat mengganggu ingatan dan daya
konsentrasi anak.

f. Biokimia
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih
menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers
(dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka
pendek dapat mengurangi hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian
penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang
sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi,
perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan
menyebabkan kesulitan belajar.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor yang yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan
gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber,1998)
yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1.        Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.
2.        Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3.        Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa
yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Rebert,
1988).
4. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya

1. Gangguan Persepsi Visual


 Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis,
sehingga seringkali terbalik dalam menuliskannya kembali.
 Sering tertinggal huruf dalam menulis. Menuliskan kata dengan urutan
yang salah misalnya: ibu ditulis ubi.
 Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.
 Bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang.
 Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan,
kaki dan lain-lain).

2. Gangguan Persepsi Auditori


 Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa yang
didengarnya.
 Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.
 Bingung/kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru (sulit
menyaring) sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara mencoba
memahami apa yang sedang didengar, sudah datang suara (masalah) lain.

3. Gangguan Belajar Bahasa


 Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya.
 Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan.

4. Gangguan Perseptual-Motorik
 Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dsb.)
 Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan
canggung dan kaku dalam gerakannya.

5. Hiperaktivitas
 Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu bergerak (tak bisa diam)
 Berpindah-pindah dan satu tugas ke tugas lain tanpa
menyelesaikannya

6. Kacau (distractability)
 Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting
 Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan- urutan dalam proses
pemikiran
 Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan
5. Karakteristik gangguan/kesulitan belajar

Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang


ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan
sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
a. Sejarah kegagalan akademik berulang kali Pola kegagalan dalam
mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya
memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
b. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan
belajar.Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas
atau pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar
yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.
c. Kelainan motivasional Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-
teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-
sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk
belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi
ke kegiatan lain.
d. Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal
dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.
Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti
dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan
semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk
melamun atau tidak memperhatikan.
e. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor
hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak
jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini
disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap
pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih
merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri
f. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap Kesulitan belajar dapat
timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi
yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak
digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya
tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
g. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai Terdapat anak-anak
yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak
mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada
sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan
kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat
dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar

6. Jenis-jenis gangguan belajar

Ada tiga jenis gangguan belajar atau learning disorder yang umum di derita oleh
anak-anak dan orang dewasa, yaitu :
a. Disleksia, adalah keadaan dimana seseorang kesulitan dalam membaca kata atau
kalimat dengan baik.  Ciri-ciri penderita Disleksia adalah sulit membedakan huruf-huruf
alphabet, terutama huruf-huruf yang bentuknya mirip (b-d,p-q) ; tidak dapat mengeja kata
dengan benar meskipun itu mudah ; sering salah ketika membaca teks dan tidak
memahami arti teks tersebut ; membaca teks dengan lambat ; bingung ketika di hadapkan
dengan kata yang memiliki bunyi dan tulisan yang mirip seperti "kali dan tali".
b. Dysgraphia, adalah dimana keadaan seseorang kesulitan untuk menulis dan sulit
untuk mengekspresikan hal-hal yang ia jumpai dalam bentuk sebuah tulisan. Ciri-ciri
penderita Dysgraphia adalah dia tidak mampu menulis ejaan dengan baik bahkan salah
karena hurufnya terbalik-balik ;  spasi penulisan antara huruf dan kata tidak beratutan ;
lambat dan sangat sulit untuk mencatat atau menulis ; terkadang tidak menyelesaikan
kata-kata atau kalimat dalam tulisan tersebut.

c. Dyscalculia, adalah dimana keadaan seseorang kesulitan untuk berhitung, kesulitan


memahami proses matematis, sulit mengerjakan tugas yang memiliki simbol-simbol
matematis atau angka-angka. Ciri-ciri penderita Dyscalculia adalah sulit melakukan
perhitungan matematis, penderita pun sulit melakukan transaksi ketika belanja ; sulit
memahami konsep berhitung sperti mengalikan, membagi, menambah atau mengurangi ;
sulit mengerti ukuran seperti berat, panjang, luas, waktu, usia ; sulit mengingat rumus-
rumus yang berbau hitungan.

7. Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar:
1.       Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.

2.      Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3.      Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4.      Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup tinggi.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para
siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5.      Memberi ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu,
memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka,
maksudnya kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6.      Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7.      Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik.  Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempeartinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9.    Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti  ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10.  Minat
Motivasi sangat erat hubungannyadengan unsur minat. Motivasi muncul karena
ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat
motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:

1.      Membangkitkan adanya suatu kebutuhan


2.      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3.      Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4.      Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar

8. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa


Cara mengatasi mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
1. Tempat duduk siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya
mengambil posisi tempat duduk bagian depan.
2. Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah
dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan
keluarga lainnya.

3. Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu
ditolong dengan melaksanakan program remedial.

4. Bantuan media dan alat peraga


Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu
siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya,  karena
materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.

5. Suasana belajar menyenangkan


Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang
mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.

PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami sampaikan dengan harapan dapat dijadikan sebagai
acuan dalam pelaksanaannya sehingga kegiatan penyuluhan ini sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

Padang,07 November 2018


Ketua kelompok

(Meri Handayani)
NIM:1611312016

Disetujui oleh:

Pembimbing akademik. Pembimbing klinik

(Ns.Dewi Eka Putri,M.Kep.Sp.Kep.J) (Ns. Gusnita,S.Kep)

NIP:197503162005012002 NIP:197708031999032001

Anda mungkin juga menyukai