KEBUTUHAN ELIMINASI
OLEH
MERI HANDAYANI
2041312008
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................72
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
kebutuhan eliminasi?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
eliminasi.
kebutuhan eliminasi
4
BAB II
a. Mulut
5
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang sempit atau
vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi ; 2. Bagian
rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang bersambung dengan
faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput
lendir (mukosa).
- Gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-7 bulan dan
lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah terdiri atas: 8 buah gigi
seri (dens insisivus),4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi
geraham (molare)
- Gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
terdiri atas: 8 buah gigi susu (dens insisivus),
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong.
• Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni . Kelenjar ludah ada 2 yaitu
kelenjar submaksilaris(kelenjar ludah bawah rahang) yang terdapat di bawah
tulang rahang atas pada bagian tengah dan kelenjar sublingualis (Kelenjar
ludah bawah lidah) yang terdapat di bagian depan dibawah lidah.
Kelenjar ludah dihasilkan didalam rongga mulut. Disekitar rongga mulut
terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
- Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara prosesus
mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktus stensoni. Duktus ini keluar
dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator)
- Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang,duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
- Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar rongga mulut.
• Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi menjadi 3
6
bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah),
apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah belakang terdapat epiglottis
yang berfungsi untuk menutup jalannya napas pada waktu menelan makanan.
Di punggung lidah terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf
pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada
bagian kira-kira di tengah,jika lidah digerakkan ke atas makan akan terlihat
selaput lendir.Pada pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari glandula
parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi lidah :
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.
b. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
7
juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi.
Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus halus.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
8
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
o Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
o Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
o Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
9
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
10
usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan
dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
11
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
12
Rektum
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda buang air besar.
Anus
13
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Buang Air Kecil (BAK)/Miksi
1. GINJAL
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler
dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen
tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar
dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang
memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat
teratur.
14
karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus
yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle,
karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal,
kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
15
bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila
renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari
papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
2. URETER
16
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian
ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan
ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
4. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan
mukosa (lapisan bagian dalam).
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi
urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria,
diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako
lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
17
4. URETRA
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam),dan lapisan mubmukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang
simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm.
Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas
vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran
ekskresi.
18
Toksin
Hormon
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk
120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L)
yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa
endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
rata – rata 6.
2. Reabsorbsi/Penyerapan Kembali
19
Urine yang sudah terbentuk dan terkumpul di rongga ginjal dibuang keluar
tubuh melalui ureter, kandung kemih dan uretra. Proses pengeluaran urine
disebabkan oleh adanya tekanan di dalam kandung kemih. Tekanan pada kandung
kemih selain disebabkan oleh pengaruh saraf juga adanya kontraksi otot perut dan
organ-organ yang menekan kandung kemih. Dan tahap ini merupakan tahap akhir
dari proses pembentukan urine.
20
Diuretik mencegah rebsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk
meningkatkan haluaran urin. Retensi urin dapat disebabkan oleh
penggunaan obat antikolinergik (mis. atropin), antihistamin (mis.
sudafed), antihipertensi (mis. aldomet), dan obat penyekat beta –
adrenergic.
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut control defekasi menurun.
b. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebebkan fases menjadi lebih keras di
sebabkan oleh absorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltik akan mempermudah bahan feses bergerak
sepanjang kolon.
e. Fisiologi
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
g. Gaya hidup
Kebisaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar dan kebiasaan menahan buang air besar.
h. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
i. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umumdapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus kondisi ini dapat berlangsung
selama 24-48 jam.
j. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid
21
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskan di
atas. Masing-masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda.
Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera medulla spinal,
akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/ inkontinensia urin.
Gangguan traumatik pada tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada
medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi
bersama-sama dengan adanya fraktur atau dislokasi. Tanpa kerusakan yang nyata
pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata di
medulla spinallis. Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu
penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada persyarafan berkemih dan
defekasi.
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan
dengan cedera medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagai syok spinal.
Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis
(areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-otot yang dipersyarafi
oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkat lesi menjadi paralisis
komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada. Hal ini mempengaruhi
refleks yang merangsang fungsi berkemih dan defekasi. Distensi usus dan ileus
paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapat diatasi dengan dekompresi
usus (Brunner & Suddarth, 2002). Hal senada disampaikan Sjamsuhidajat (2004),
pada komplikasi syok spinal terdapat tanda gangguan fungsi autonom berupa kulit
kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi
kandung kemih dan gangguan defekasi.
Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan
penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan
dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal
penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan
somatik. Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung
kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih.
Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas
kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher
kandung kemih dan proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan
otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf
parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu
agen kolinergik. Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf
sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke
22
batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari
pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan
pada aliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna.
Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post
operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak menyebabkan retensi
urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan edema
sekunder akibat tindakan pembedahan atau obstetri, epidural anestesi, obat-obat
narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi
episiotomi atau abdominal, khususnya pada pasien yang mengosongkan kandung
kemihnya dengan manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi biasanya membaik
sejalan dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.
23
refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung
kumpulan feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi
konstipasi.
2.5 Komposisi
2.5.1 Komposisi urine
- Air (95 %)
- Larutan/solute (5 %) terdiri dari :
Larutan organik : urea, ammonia, keratin dan asam urat
Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium, sufat,
magnesium, fosfor,
2.5.2 Komposisi feses
Mengandung dari 75% air dan 25% material padat
Feses berwarna coklat karena stercobilin dan urobilin dan aktivitas
bakteri
Feses akibat pengaruh mikroorganisme.
Berkonsistensi lembek namun berbentuk (semi-padat)
Unsur-unsur yang terdapat (tersisa) dalam feses, antara lain adalah
sisa pencernaan, sisa makanan yang tidak diabsorbsi, pigmen
empedu, sel epitel, mukosa, bakteri, selulosa, dan beberapa materi
anorganik.
Umunya, orang dewasa akan mengeluarkan feses sebanyak 150-
300 gram tinja per hari
Setiap 1 gramnya sendiri mengandung 300 - 500 milyar
mikroorganisme
Tinja yang berbau busuk, dihasilkan oleh diet yang kaya daging
terus menerus. Hal ini diakibatkan oleh berbagai jenis protein
dihancurkan oleh bakteri pembusuk menjadi amonia, indole,
skatole dan hidrogen sulfida
Hasilnya tinja berbau seperti telur busuk (rotten eggs). Diet yang
kaya zat tepung atau serat, menyebabkan bakteri lactic acid
memproduksi asam laktat dalam jumlah yang besar, dan tinja pun
menjadi asam
24
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot
sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam
hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
25
b. Inkontinensia urin
1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2). pasien sering mengompol
26
3. Rontgenrafi
2.8.2 Pemeriksaan Penunjang eliminasi urine
Sistem perkemihan ialah salah satu dari beberapa system organ yang
pemeriksaan diagnostiknya dapat akurat dan dan dapat dipertanggung
jawabkan melalui beberapa teknik radiografik
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Urinalisis
- Kultur urine
b. Radiologi
- Rontgenogram Abdomen
- Pielogram intravena
- Pemindaian (scan ginjal)
- Computerized axial Tomography
- Ultrasound ginjal
- Sistoskopi
- Biopsi ginjal
- angiografi
27
globulin tidak saringan masuk ke urine.
dapat disaring
melalui ginjal
urine.
28
Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras, kering Dehidrasi,
agak cair / penurunan
lembek, basah. motilitas usus
akibat
kurangnya serat,
kurang latihan,
gangguan emosi
dan laksantif
abuse.
Diare Peningkatan
motilitas usus
(mis. akibat
iritasi kolon
oleh bakteri).
1. Pengkajian
Pengkajian gangguan eliminasi fekal
29
a. Identitas Pasien
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- No rekam medis
- Diagnose medis
b. Riwayat Keperawatan
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan saat ini
c. Pemeriksaan Fisik Abdomen
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
d. Karakteristik Feses
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Frekuensi
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pengkajiannya meliputi:
a. Pola eliminasi
b. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
c. Masalah eliminasi
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu, diet,
cairan, aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
a. Pemeriksaan fisik
-Data Pasien / biodata
- Riwayat Keperawatan
Pola berkemih
Gejala dari perubahan berkemih
Factor yang mempengaruhi berkemih
30
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal.
Auskultasi dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah
peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi.
Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien terhadap warna, konsistensi,
bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur abdomen.
a. Frekuensi berkemih.
b. Urgensi.
c. Disturia.
d. Poliuria.
e. Urinaria Supresi.
f. Volume urine.
No Usia Jumlah/hari
31
3 10 hari – 2 bulan 250-400ml
- Diet.
- Gaya hidup.
-Tingkat aktivitas.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi
langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-
unsur yang tidak normal.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus,
2. Diare berhubungan dengan malabsorpsi
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontensia urin
4. Rentensi urine berhubungan dengan: Tekanan uretra,tinggi,blockage,
hambatan
32
N DIAGNOSA NOC (Kriteria NIC (Intervensi)
O Hasil)
12345
sepenuhnya kateter
34
Bersihkan daerah sekitar meatus uretra dengan
larutan anti-bakteri, saline steril, atau air steril, sesuai
kebijakan lembaga
Masukkan dengan lurus atau retensi kateter ke
dalam kandung kemih
Gunakan ukuran kateter yang sesuai
Pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh
ke dalam kandung kemih untuk mencegah trauma
pada jaringan uretra dengan inflasi balon
Isi bola kateter untuk menentukan kateter,
berdasarkan usia dan ukuran tubuh sesuai
rekomendasi pabrik (misalnya, de- wasa 10 cc, pada
anak 5 cc)
Hubungkan retensi kateter ke kantung sisi tempat
tidur drai- nase atau pada kantung kaki
Amankan kateter pada kulit dengan plester yang
sesuai
Tempatkan kantung drainase di bawah permukaan
kandung kemih
Pertahankan sistem drainase kemih tertutup dan
terhalang
Monitor intake dan output
Lakukan atau ajarkan pasien untuk membersihkan
selang kateter di waktu yang tepat
Lakukan pengosongan kantung kateter jika
diperlukan Dokumentasi perawatan termasuk ukuran
kateter, dan jumlah pengisian bola kateter
Pastikan pencabutan kateter segera seperti yang
ditunjukkan oleh kondisi pasien
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan
kateter yang tepat
35
Jumlah urin Sediakan privacy untuk eliminasi
Warna urin Stimulasi reflek bladder dengan
Kejernihan urin kompres dingin pada abdomen.
Intake cairan Kateterisaai jika perlu
Mengosongkan
Monitor tanda dan gejala ISK (panas,
kandung kemih
hematuria, perubahan bau dan
sepenuhnya
konsistensi urine)
Mengenali kenginan
berkemih
36
2.11 Tindakan Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
A. Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien yang
tidak mampu buang air besar dan kecil secara sendiri dikamar kecil misalnya,
klien yang mempunyai luka dikaki dan tidak bisa berjalan, klien yang lemah, bad
areas, dll dengan menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar
ditempat tidur.
C. Indikasi
1. Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.
2. Pada pasien yang bedrest total.
3. Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karena terlalu
banyak bergerak
D. Kontra Indikasi.
1. Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri.
2. Pasien dengan fraktur vertebra dan femur
E. Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot
F. Prosedur kerja
a Persiapan Pasien
1. Memberi salam
2. Mengenalkan diri pada klien atau keluarga
3. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
37
5. Posisikan pasien sesuai kebutuhan
b. Persiapan Perawat
1. Mencuci tangan dari lengan dengan sabun di bawah air mengalir.
2. Menilai keadaan umum pasien
c. Persiapan lingkungan
1. Pasang sampiran atau sketsel
2. Pintu dan jendela dalam keadaan tertutup.
d. Persiapan alat :
1. Pispot dan tutupnya atau urinal
2. Sampiran
3. Alas bokong ( perlak dan alasnya)
4. Bell ( bila ada )
5. Tissue
6. Selimut mandi
7. 2 baskom berisi air ( satu untuk bilas sabun ) bila ada
8. 2 waslap
9. Handuk
10. Botol berisi air untuk cebok
11. Sarung tangan bersih
12. Bengkok
13. Sabun
14. Schort
e. Prosedur Pelaksanaan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien.
2. Bawa alat ke dekat pasien.
3. Tutup pintu dan jendela dan pasang sampiran.
4. Cuci tangan, pakai schort, memakai sarung tangan bersih dan berdiri di
sisi klien
5. Pasang selimut mandi dan turunkan selimut pasien.
6. Tinggikan tepi tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
7. Minta klien untuk mengangkat bokongnya atau miring ( bila perlu
dibantu perawat ) lalu bentangkan perlak dan alasnya.
8. Buka pakaian pasien bagian bawah.
9. Anjurkan klien untuk berpegangan di bawah / bagian belakang tempat
tidur sampai menekuk lutut sambil diikuti dengan mengangkat bokong
kemudian pasang pispot perlahan-lahan
38
10. Jika pasien pria, pasang urinal untuk BAK.
11. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena.
12. Tinggalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bell jika sudah
selesai atau memberi tahu perawat.
13. Jika sudah selesai, tarik atau ambil pispot dan letakkan lengkap dengan
tutupnya di atas kursi atau meja dorong.
14. Bersihkan daerah perianal dengan tisu (untuk pasien wanita, bersihkan
mulai dari uretra sampai dengan anus untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme dari rectal ke saluran kemih) kemudian buang tissue ke
dalam pispot.
15. Gunakan waslap untuk mencuci daerah perianal dengan air sabun.
16. Bilas dengan air bersih.
17. Keringkan daerah perianal dengan handuk.
18. Angkat alas bokong.
19. Kembalikan posisi pasien seperti semula.
20. Kenakan kembali pakaian bawah pasien.
21. Angkat selimut mandi dan sekaligus menarik selimut pasien ke atas.
22. Ganti linen (jika kotor karena terkena feses atau urine).
23. Rapikan pasien
24. Buka sampiran, pintu dan jendela.
25. Jika perlu beri pengharum ruangan.
26. Bersihkan pispot.
27. Cuci tangan.
28. Dokumentasikan warna, bau, feses, urine, dan konsistensi feses serta
catat kondisi daerah perianal
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat, misalnya pasien gemuk, maka
di perlukan lebih dari satu orang perawat dan caranya adalah sebagai berikut :
a. Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah kanan dan kiri
pasien,satu orang perawat tangan dan mengangkat dengan dua perawat
yang lainmembantu sambil menyorongkan pispot.
b. Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah kanan kanan
pasiendan satu lagi berdiri di sebehah pasien (sebaliknya) dua orang
perawat mengangkat pasien dan satu orang menyorongkan pispot
sambilmembantu dan mengangkat bokong pasien.
c. Menggunakan pispot yang bersih dan kering.
d. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan anda
segerasebelumdan sesudah melaksanakan prosedur untuk mencegah
penularanpenyakit ke orang lain dan juga ke diri anda sendiri.
39
e. Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman
mungkin selama prosedur tindakan.
f. Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan, berkunjung atau
menerimatamukunjungan(visite)Dokter.
2. Tujuan Tindakan
a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan spesimen urine
c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya
dikosongkan
Komplikasi:
a. Trauma
b. Infeksi
c. Sepsis
d. Bola pecah atau tidak dapat kempis
40
e. Alergi atau sensitive terhadap latex
41
i. Lakukan vulva hygiene atau perineal hygiene
j. Buka set kateter da berikan jelly di ujung kateter
k. Masukkan kateter sampai urin mengalir. Ketika urin mengalir pindahkan
tangan yang dominan dari labia atau dari penis ke kateter, 2 cm dari meatus
untuk menahan kateter agar tidak terdorong ke luar. Tangan yang dominan
menghubungkan ujung kateter dengan urine bag
l. Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter kira-
kira 2,5 cm
m. Lepas sarung tangan steril
n. Plester kateter
1) Pria : ke abdomen bagian bawah
2) Wanita : kea rah paha
o. Bantu klien pada posisi nyaman
p. Cuci tangan
B. Perawatan kateter
1. Definisi
42
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara
kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter
bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter
2. Tujuan:
b. Menjaga kebersihan saluran kencing
c. Mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter
d. Mencegah terjadinya infeksi
e. Mengendalikan infeksi
3. Persiapan alat dan bahan:
- Sarung tangan steril
- Pengalas
- Bengkok
- Lidi kapas steril
- Kapas steril
- Antiseptic (Bethadin)
- Aquadest / air hangat
- Korentang
- Plester
- Gunting
- Alkohol
- Pinset anatomis dan cirugis
4. Pelaksanaan:
- Siapkan alat dan bahan
- Beritahu pasien maksud dan tujuan tindakan
- Dekatkan alat dan bahan yang sudah disiapkan
- Jaga privacy klien
- Cuci tangan
- Buka balutan pada kateter
- Pakai sarung tangan steril
- Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter
- Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah dibasahi
dengan aquadest / air hangat dengan arah menjauhi uretra
- Oles ujung uretra dan kateter memakai lidi kapas + bethadin dengan arah
menjauhi uretra
- Posisikan kateter ke arah perut dan plester
- Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman
bagi pasien
- Kembalikan alat ke tempatnya
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan
43
Catatan:
Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk merawat kateter menetap :
1. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa
mengendap dalam kateter
2. Mengosongkan urine bag secara teratur
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin
tidak mengalir kembali ke buli-buli
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan
antiseptik secara berkala
5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali
C. Melepaskan Kateter
1. Definisi
2. Tujuan
3. Indikasi
4. Persiapan pasien
5. Persiapan alat
- Handschoen
- Pinset cirurgis / anatomis
- Spuit 10cc
- Antiseptic betadin 10%
- Bengkok
- Plester
- Lidi kapas
44
- Sampiran
6. Cara kerja
- Memperkenalkan diri
- Beritahu dan jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan lihat respon
klien
- Pasang sampiran, tutup jendela
- Dekatkan alat ke klien
- Cuci tangan dan pasang handschoen
- Desinfeksi daerah glans dengan betadin 10%
- Keluarkan isi balon dengan spuit sampai benar –benar habis
- Tarik kateter dan anjurkan klien untuk menarik napas panjang sambil
melihat repon klien, kemudian buang kateter pada bengkok
- Olesi area meatus eksterna dengan betadin 10 %
- Bereskan alat dan lepaskan handschoen
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan
45
2.11.3 Memberikan Huknah rendah dan tinggi
A. Pengertian Huknah
Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui
anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah
untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke
dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ),
carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan
mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema
( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ). High enema diberikan
untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar
1000ml larutan orang dewasa dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri
ke posisi dorsal recumbeng dan kemudian ke posisi lateral kanan selama
pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar, cleaning enema paling
efektif jika diberikan dalam waktu 5 – 10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon
sigmoid. Sekitar 500 mL larutan diberikan pada orang dewasa dan klien
dipertahankan pada posisi ke kiri selama pemberian.
B. Tujuan
46
C. Indikasi
D. Kontraindikasi
1. Tumor.
1. HUKNAH RENDAH
a. Defenisi
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal
melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan
pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi.
b. Tujuan
- Mengosokkan usus pada pra – pembedahan untuk mencegah hal – hal yang
tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB.
- Merangsang buang air besar atau merangsang pristaltik usus untuk
mengeluarkan fedses karena kesulitan untuk defekasi ( pada pasien sembelit ).
c. Alat dan bahan
- Pengalas
- Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
- Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5 – 43 C )
- Bengkok
- Jeli
- Pispot
- Sampiran
47
- Sarung tangan
- Tisu
d. Prosedur kerja
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
- Cuci tangan
- Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal
umum.
- Atur posisi pasien dengan posisisi sims kiri.
- Pasang pengalas dibawah area gluteal.
- Siapkan bengkok di dekat pasien.
- Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan
beri jeli pada kanula.
- Gunakan sarung tangan.
- Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens
sambil pasien diminta menarik napas dan pegang irigator setinggi 50 cm dari
tempat tidur dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien
menunjukkan keinginan untuk defikasi.
- Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defikasi dan pasang
pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan
daerah sekitar anus hingga bersih dan keringkan denagn tisu.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
- Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.
48
2. HUKNAH TINGGI
a. Defenisi
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat
dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.
b. Tujuan
Menggosokkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti buang air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan
sebagai tindak diagnostik / pembedahan.
49
- Siapkan bengkok dekat pasien.
- Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan
kanula usus, kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan
mengeluarkan air ke bengkok dan be ikan jeli pada ujung kanula tersebut.
- Gunakan sarung tangan.
- Masukkaan kanula kedalam rektum ke arah kolon asendens (15-20 cm)
sambil pasien diminta menarik nafaspanjang dan pegang irigator setinggi
30cm dari tempat tidur dan buka klem msampai air mengalir dan
menimbulkan rasa ingin defekasi.
- Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan
pasang pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet
bersihkan dengan menyiram daerah parineum hingga bersih dan
keringkan dengan tisu.
- Cuci tangan.
- Catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan
50
BAB III
Kasus :
Seorang mahasiswa perawat, Ners S , bertugas merawat salah seorang pasien
Ny. M perempuan usia 45 tahun dibangsal bedah. Pasien masuk ke RS dua hari yang
lalu dengan keluhan utama benjol pada anus. Pasien didiagnosa Hemorrhoid ekterna
+ interna grade III dan direncanakan akan dilakukan tindakan hemoroidektomi. Ners
S kemudian melakukan pengkajian lebih dalam pada pasien ini, kemudian
mendaptkan data sebagai berikut:
o Dari anamnesa didapatkan data pasien mengatakan sejak kurang lebih 1 bulan
ini , setiap buang air besar disertai dengan rasa nyeri dan darah segar menetes
diakhir BAB disertai dengan keluarnya benjolan dari anusnya yang tidak
dapat masuk dengan sendirinya. Pasien seringkali dalam seminggu buang air
besarnya tidak teratur dan bila buang air besar harus belama-lama jongkok di
kakus dan harus mengejan karena BAB nya keras. Tidak ada demam, tidak
ada mual, tidak ada muntah, tidak adan nyeri perut, tidak ada nyeri ulu hati,
tidak mengeluh nafsu makan menurun dan tidak ada penurunan berat badan.
o TTV TD 120/80 mmHg, N 84 x/menit, RR 20 x/menit, S 36,5 C
o Inspeksi daerah anus : Tampak benjolan arah jam 7 dan jam 9, hiperemi (+),
darah (-)
o Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan Hb 11 gr/dl, leukosit 7 103/ui.
51
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 15 September 2020 klien masuk rumah sakit dengan
keluhan kurang lebih sebulan ini setiap buang air besar disertai rasa nyeri
dan terdapat darah segar yang menetes di akhir BAB disertai keluarnya
benjolan dari anus yang tidak dapat masuk dengan sendirinya. Seringkali
dalam seminggu buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air besar
harus berlama-lama jongkok dikakus dan harus mengejan karena BAB
nya keras, kemudian pasien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit.
- Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri saat BAB, terdapat darah segar yang menetes
diakhir BAB disertai keluarnya benjolan dari anus yang tidak dapat
masuk sendiri , dalam seminggu BAB tidak teratur , harus mengejan
karena yang BAB keras.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa pernah menjalani operasi apendiks yaitu
appendectomy pada tahun 2015
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dikaji, klien mengatakan nyeri pada saat BAB dengan skala
nyeri 4-6, disertai dengan adanya darah segar yang menetes dan
keluarnya benjolan dari anus serta tidak dapat masuk dengan sendirinya,
dalam seminggu BAB tidak teratur , harus mengejan karena yang BAB
keras.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang tidak memiliki riwayat
penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
52
b. Hasil Pemeriksaan Fisik
5. Head to Toe
1) Kepala
2) Mata
3) Telinga
53
- Inspeksi : telinga simetris, tidak ada luka,terdapat sedikit serumen, tidak
terdapat perdangan, tidak terdapat cairan
- Palpasi : tidak ada nyeri
- Pendengaran : baik
4) Hidung
5) Mulut
- Inspeksi : warna bibir pink, tidak terdapat lesi, lidah simetris, kurang
bersih, gigi bersih
- Palpasi : tidak terdapat pembengkakan pada pipi
6) Leher
- Inspeksi : bentuk leher simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitar,
tidak terdapat pembengkakan
- Palpasi : tidak ada masalah pada kelenjer tiroid, tidak ada masalah
pada kelenjer getah bening
7) Dada
Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dada antara kanan dan kiri
simetris
- Palpasi : Fremitus kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor kanan dan kiri
54
- Auskultasi : Bronkovesikuler, tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi maupun wheezing.
Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : tidak terdapat kardiomegali
- Auskultasi : irama jantung reguler, tidak terdapat bising jantung
-
8) Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di ulu hati, tidak ada nyeri perut
- Perkusi : terdengar sedikit kembung
- Auskultasi : bising usus 6x/menit
10) Ekstermitas
- Inspeksi : tidak ada lesi pada ekstremitas, tidak ada deformitas, kekuatan
otot baik
11) Genetalia : baik
12) Kulit :
13) Anus
Inspeksi : tampak benjolan arah jam 7 dan jam 9, hiperemi (+) darah (-)
55
c. Hasil Pemeriksaan Penunjang
2. Analisa Data
- Gelisah
- Skala nyeri 6
P= Hemoroid pada daerah
anal
Q= Menusuk-nusuk
56
R= Berfokus pada satu titik
yaitu anus
S= 6
T= Pada saat BAB
2 Pembesaran Vena Konstipasi
DS : Hemoroidalis
- Kien mengatakan
BAB kurang dari 2
kali dalam seminggu
- Klien mengatakan
harus mengejan saat
BAB
- Pengeluaran fases
lama
DO :
- Feses keras
- Peristaltik usus
menurun
3 Gangguan Resiko Perdarahan
gastrointestinal
DS : (Hemoroid)
- Klien mengatakan
terdapat darah segar
menetes di akhir
BAB ,
- Pasien mengatakan
cemas
DO :
57
- Klien tampak lemas,
- kulit dan membran
mukosa pucat
- Hb 11
58
3. Intervensi Keperawatan (NOC-NIC)
Definisi: Definisi:
pembentukan dan pengeluaran fases Pencegahan dan menghilangkan
konstipasi
Skala outcome: Aktifitas:
1: sangat terganggu Monitor tanda dan gejala
5: tidak terganggu konstipasi .
Indikator: Monitor [hasil produksi]
050101 Pola eliminasi pergerakan usus [feses),
0501012Kontrol gerakan usus meliputi frekuensi, konsistensi,
0501013Warna fases bentuk, volume, dan warna,
050101 5Fases lembut dan berbentuk dengan cara yang tepat
050112 Kemudahan BAB Monitor bising usus
050118 Tekanan sfingter Konsultasikan dengan dokter
050119 Otot untuk mengeluarkan feses mengenai penurunan/pening-
050121 Pengeluaran feses tanpa katan frekuensi bising usus
bantuan
59
Buatlah jadwal untuk BAB,
Skala outcome: dengan cara yang tepat
1: Berat Dukung peningkatan asupan
5: Sangat Berat cairan, jika tidak ada kontra-
indikasi
050108 Suara bising usus Instruksikan pasien/keluarga
050109 Darah dalam fases untuk mencatat warna, volume,
050110 Konstipasi frekuensi, dan konsistensi dari
feses
Instruksikan pasien/keluarga
penggunaan laktasit yang tepat
Instruksikan pasien/keluarga
mengenai hubungan antara diet,
latihan dan asupan cairan
terhadap kejadian konstipasi
Berikan edukasi terkait manfaat
makanan tinggi serat
Evaluasi catatan asupan untuk
apa saja nutrisi [yang telah
60
dikonsumsi]
Infomasikan pada pasien
mengenai prosedure untuk
mengeluarkan fases secara
manual, jika diperluakan
Lakukan enema/irigasi, dengan
tepat
61
pencegahan pencetus
160504 Menggunkan tindakan Pastikan perawatan analgesik
pencegahan (nyeri) tanpa analgesik bagi pasien dilakukan dengan
160505Menggunakan analgesik yang pemantauan yang ketat
direkomendasikan Gali bersama pasien faktor-
160507 Melaporkan perubahan terhadap faktor yang dapat menurunkan
gejala nyeri pada profesional kesehatan atau memperberat nyeri ·
160509 Mengenali apa yang tekait Berikan informasi mengenai
dengan gejala nyeri nyeri, seperti penyebab berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
Kurangi atau eliminasi faktor-
faktor yang dapat mencetus
atau meningkatkan nyeri
(misalnya ketakutan, kelelahan,
keadaan menonton, dan kurang
pengetahuan •
Pilih dan implementasikan
62
tindakan yang beragam
(misalnya,
farmakologi,penurunan nyeri
sesuai dengan kebutuhan
prinsip-prinsip manajemen
nyeri ,nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
sesuai kebutuhan
Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (seperti, biofeed
back, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupressur,
aplikasi panas/dingin dan
pijatan, sebelum, sesudah dan
jika memung kinkan, ketika
63
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri sebelum
nyeri terjadi atau meningkat;
dan bersamaan dengan tindakan
penurun rasa nyeri lainya)
Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
64
041301 Cemas Berikan obat-obatan (minsalnya
041301 Kulit dan membran mukosa antasida) jika diperlukan
pucat Instruksikan pasien untuk
meningkatkan makanan yang kaya
vitamin K
Cegah konstipasi (minsalnya,
memotivasi untuk meningkatkan
asupan cairan dan mengkonsumsi
pelunak feses) jika diperlukan
65
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Memberikan
penyuluhan kesehatan
tentang manfaat
makanan berserat
tinggi
66
Mengajarkan teknik non A :
farmakologi yaitu teknik Masalah
relaksasi nafas dalam belum
untuk mengurangi nyeri teratasi
Memberikan lingkungan P :
yang nyaman agar pasien Interven
dapat beristirahat si
sehingga nyeri berkurang dilanjut
Pemberian analgetik kan
dengan
pemberi
an
analgesi
k dan
teknik
relaksas
i nafas
dalam
18/09/202 Resiko Mengukur TTV pasien S : Klien
0 pendarahan Memberikan obat mengatakan
67
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
68
pada saat BAB feses sulit dikeluarkan atau dibuang, dan terkadang harus
mengedan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu agar dapat
membuang tinja dan menurunya frekuensi buang iar besar dan
meningkatnya waktu buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3
hari sekali atau lebih).
69
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
70
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine
matobolisme tubun baik berupa urine . Buang air besar atau defekasi adalah
suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau
tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika
padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks
eliminasi urine adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan
4.2 Saran
urine dan feses dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengkonsumi air
putih yang cukup, mamakan makanan yang tinggi serat dan olahaga yang
teratur. Untuk mengevaluasi hasil akhir dan respon klien terhadap asuhan
urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus berwarna
71
kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan
DAFTAR PUSTAKA
72
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :
http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
masalah.html
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi
Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2000. NANDA, NIC, NOC. PENERBIT:
MOSBY
Barbara, K, dkk. (2002). Kozier and Erb’s Technique In Clinical Nursing. New
Jersey: Pearsson Education.
Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept,
Process, an Practice. (Terj). Asih, Y., et al. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
73