Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


KARDIOVASKULER

"Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis Hipertensiʺ

Diajukan Sebagai Tugas Partofolio Mata Kuliah Keperawatan Medikal


Bedah

OLEH

MERI HANDAYANI

2041312008

PROGRAM STUDI PROFESI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem kardiofaskuler untuk
memenuhi tugas profesi siklus ‘Keperawatan Medikal Bedah'.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing pada
siklus KMB ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kelompok harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teoritis Hipertensi 7
B. Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan 29

BAB III STUDI ASUHAN KEPERAWATAN


A. Studi Kasus..............................................................................................37
B. Asuhan Keperawatan ..............................................................................46

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................55
B. Saran........................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................56

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi
adalahsuatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik ( bagian atas ) dan
diastolic( bagian bawah ) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan
alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (
sphygmomanometer ) ataupun alat digital lainnya. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit paling mematikan didunia. Sebanyak 1 milyar orang
didunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.hipertensi
secara tidak langsung membunuh penderitaannya, melainkan memicu
terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta
memberi gejala yang berlanjut untuk organ tubuh, seperti stroke untuk
otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah dan otot jantung
(Murwani, 2009 ).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh
dunia dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular tersering, serta
belum terkontrol optimal diseluruh dunia.Namun, hipertensi dapat dicegah
dan penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan
serangan jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2, didefinisikan
sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140
mmHg atau tekanan darah diastolic lebih daari atau sama dengan 90
mmHg .hipertensi mengakbatkan pada ½ penyakit janrung koroner dan
sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular. Banyak masalah penyakit
kardiovaskular sekarang terjadi di negara berpendapatan rendah sampai
menangah.Negara-negara ini berjuang menghadapi penyakit
kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti penyakit jantung
rematik, fibrosis endomiokardial, infeksi human imundeficiency virus
(HIV), perikarditis tuberkolosis, dan penyakit chagas.Kombinasis dan
keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang tindih beberapa
penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor risiko tidak

4
menular dan penyakit terkait.Delapan puluh persen kematian
kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di negara penghasilan rendah sampai
menengah dan dalam perbandingan dengan negara penghasilan tinggi,
kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda,
berdampak pada keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak
menular dari penyakit kardiovaskular akan menjadi penyebab utama
kematian dan disabilitas seluruh dunia pada tahun 2020. Secara signifikan,
hipertensi sebagai keadaan yang mendahului penyakit kardiovaskular yang
bisa dimodifikasi menyebab kematian lebih banyak dibandingkan yang
lain, termasuk merokok, obesitas, dan gangguan lipid. (Pikir dkk, 2015, p.
1)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitunya“ Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien Ny. R dengan hipertensi? ”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Ny. R dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengkaji pasien dengan diagnosa medis hipertensi
b. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan
diagnosa medis hipertensi.

5
BAB II

KONSEP DASAR TEORITIS

A. Konsep Teoritis Hipertensi


1. Defenisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana


tekanan darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,
2001).
Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012). Berdasarkan pengertian oleh
beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik,
dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih
dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan faktor resiko utama bagi
penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.

6
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (hipertensi ensesial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. factor yang mempengaruhinya yaitu: genetic,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system renin, angiotensin dan
peningkatan Na+ Ca intraseluler. factor- faktor yang meningkatkan
resiko yaitu: obesitas, merokok, alcohol polisitemia, asupan lemak
jenuh dalam jumlah besar, dan stres.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi: koarktasio aorta, stenosis
arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, pamakaian preparat kontrasepsi
oral, kokain, epoetin alfa dan hipertensi yang ditimbulkan oleh
kehamilan (Nurarif, 2015).

3. Faktor Resiko

a. Faktor resiko yang bisa dirubah

 Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap
hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi pula
resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung(Triyanto,
2014).
 Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf simpatis,
dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

7
 Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan atau


obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal (Triyanto, 2014)

 Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan


katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial serta
terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,
2012).

 Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai anti-
adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot jantung
dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun
dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah(Blush, 2014).

b. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah


 Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka kejadian
hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 % lebih banyak
pada kembar monozigot (satu telur) dari pada heterozigot (beda telur).
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu
seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut
penyakit turunan (Triyanto, 2014).
 Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma yang rendah

8
mengurangi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium
yang berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
4. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia

5. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai
dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National

9
Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood
Pressure “(JNC – VII, 2003) sebagai berikut

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun
keatas

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Pre-hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120

Sumber: Kemenkes RI (2017).

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin. yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Indivindu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula

10
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisiol dan steroit lainya, yang dapat memperkuat
respons vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian di ubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstrikor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Pertimbangan Gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
atriosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddarth, 2015).

11
PATHWAY
Obesitas Stress Kelebihan Na Pertambahan usia Rokok/alkohol

Insulin Kotakolamin Hormon Permeabilitas Larut lemak


natriuratik pembuluh darah
Merusak sistem
Difussi <
Masuk pembuluh
darah

hidohialinosis HIPERTENSI
G3 rasa
Tekanan
Aliran darah G3 disfusi O2 Vasokontriksi Rasistensi nyaman
intra kranial
nyeri
Suplai O2 G3 sirkulasi darah
G3 pertukaran gas G3 perfusi jaringan
keseluruh tubuh
Islemik jar. otak

Infark G3 suplai darah ke G3 suplai darah ke G3 suplai darah ke Transport O2 ke sel


Aliran darah diginjal
ginjal arteri koronaria arteri opialmika
Stroke
G3 metabolisme
Pelepasa ranin G3 fungsi ginjal Mempengaruhi
Iskemik jaringan otak
jantung sistem saraf optikus Metabolisme
Pembentukan G3 reabsopsi ginjal anaerob
Iskemik jar. ginjal ongiotensin II ratinopati
Infark mokard
Diuresis osmotik Akumulasi hasil
Diubah menjadi Gagal jantung G3 panglihatan metabolisme
Infark ongiotensi II ≠ cairan elektrolit
Asam laktat
Gagal ginjal Sekresi Resti penurunan
Kekurangan volume curah jantung
aldosteran Kelelahan
cairan
Retensi Na dan air Intervensi aktivitas
Parmeabilitas pembuluh
Vol. Intravakuler darah otak

edema Tahanan perifer


Pembuluh darah
Tekanan Perdarahan diotak SKH
ruptur

12
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
a. Terapi non farmakologi
Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya hipertensi derajat
satu, maka yang pertama dilakukan adalah mencari factor risiko apa yang
ada. kemudian dilakukanlah upaya untuk menurunkan factor resiko yang
ada. Dilakukan upaya untuk menurunkan factor risiko yang ada dengan
memodifikasi gaya hidup, sehingga dapat dicapai tekanan darah yang
diharapkan. Bila dalam waktu 1 (satu) bulan tidak tercapai tekanan darah
normal, maka terapi obat diberikan. Bila hipertensi derajat dua maka
intervensi obat diberikan bersamaan dengan memodifikasi gaya hidup.
b. Terapi farmakologi

Tatalaksanaan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan


perubahan pola hidup tekanan darah belum mencapai target (masih ≥
140/90 mmHg) atau > 130/80 mmHg pada diabetes atau gagal ginjal
kronik. Pemelihan obat berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. bila
tidak ada indikasi khusus pilihan obat tergantung dari derajat hipertensi.
Terdapat 9 kelas obat antihipertensi dam obat ini baik sendiri atau
kombinasi, harus digunakan untuk mengobati pasien. kebayakan pasien
dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah yang di inginkan. Penambahan obat kedua
dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat dosis tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. apabila tekanan
darah melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk
memulai terapi dengan dua obat (Kemenkes, 2017).
8. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak pembuluh
darah sehingga mempercepat terjadinya penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah arteri. komplikasi dari hipertensi termaksut rusaknya
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
hipertensi adalah factor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attact), penyakit arteri coroner (infark
myocard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. menurut
studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan
risiko yang bermakna untuk penyakit coroner, stroke, penyakit arteri
perifer, dan gagal jantung (Kowalak, 2016).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan pasien serta memudahkan dalam
perumusan diagnose keperawatan ( Doengoes, 2009).
Pengkajian pada pasien dengan hipertensi (Muttaqin, 2008 ), yaitu :
a. Pengumpulan data
- Identitas Meliputi nama,usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis
akelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku,bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
- Keluhan Utama
Sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sakit kepala berdenyut disertai rasa berat di tengkuk, pusing.
P (Prevetif) : penyebab sakit kepala nya ?
Q (Quality) : ada dimana sakitnya ?
R (Region) : lokasi sakitnya dimana ?
S (Skala) : skala sakitnya berapa ? (1-3 Ringan, 4-6 Sedang, 7-10 Berat)
T (Time) : waktu sakitnya kapan saja ?

- Riwayat Penyakit sekarang


Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan
gejala. Gejala yang di maksud adalah sakit kepala, pendarahan di hidung,
pusing,wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada penderita

14
hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahan tidak di obati, bisa
timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak nafas, pandangan
menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma.

- Riwayat kesehatan dahulu / sebelumnya


Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok,
pengunaan alkohol dan pengguna obat kontrasepsi oral dan lain – lain.
- Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
- Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta sebagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
2. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Sistem pernafasan / Breathing)


Adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea,
penggunaan otot pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels/mengi).
Pemeriksaan pada sistem pernafasan sangat mendukung untuk
mengetahui masalah pada pasiendengan gangguan kardiovaskuler.
- Inspeksi : untuk melihat seberapa berat gangguan sistem
kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:
 Bentuk dada thoraks en beteau ( thoraks dada burung ).

 Bentuk dada thoraks emsisematous ( dada berbentuk seperti


tong ).
 Bentuk dada thoraks phfisis ( panjang dan gepeng ).
- Palpasi rongga dada Tujuannya :
 Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks.

 Menyatakan adanya tanda penyakit paru dan pemeriksaan

15
sebagai berikut :
 Gerakkan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi. Untuk
getaran suara : Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksaan
yang diletakkan pada dada pasien mengucapkan kata – kata.
- Perkusi
 Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang
terakhir dan sebagian falang kedua jaritengah pada tempat yang
hendak di perkusi. Ketukan ujung jari tengah tangan kanan pada jari
kiri tersebut dan lakukan gerakkan bersumbu pada pergelangan
tangan Posisi pasien duduk atau berdiri.
- Auskultasi
Suara nafas normal :
a. Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trackea
seperti meniup pipa besi. Suara nafas lebih keras dan pendek saat
inspirasi.
b. Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi, yaitu di
sternum atas ( torakal ).
c. Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat inspirasi
dan ekspirasi sama.

2) B2 (Sistem kardiovaskuler / blood)

Kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan

tekanan darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan

regimen obat), takirkadi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3

(CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel

kiri). Murmur stenosis valvurar. Desiran vascular terdengar diatas

karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (Distensi

Vena Jugularis).

3) B3 (Sistem persyarafan / Brain)

16
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan

genggam tangan atau refrek tendon dalam, keadaan umum, tingkat

kesadaran.KKK

4) B4 (sistem perkemihan / Blendder)

Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan

(susah bak, sering berkemih pada malam hari).

5) B5 (Sistem pencernaan / bowel)

Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, nyeri pada abdomen /

massa (feokromositoma).

6) B6 (sistem muskoloskeletal / bone)

Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan

rutin, perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot muka tegang

(khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit

17
N
DIANGOSA
O TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
DX
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah
v  Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness §  - Evaluasi adanya nyeri dada
denganpeningkatan v  Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
afterload, vasokonstriksi,v  Vital Sign Status §  - Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas Kriteria Hasil: §  - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikuler, iskemia
§  - Tanda Vital dalam cardiac putput
miokard rentang normal
§  - Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah,
§  - Monitor status pernafasan yang
Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung
§  - Dapat mentoleransi §  - Monitor abdomen sebagai indicator
aktivitas, tidak ada penurunan perfusi
kelelahan §  - Monitor balance cairan
§  - Tidak ada edema §  - Monitor adanya perubahan tekanan darah
paru, perifer, dan §  - Monitor respon pasien terhadap efek
tidak ada asites pengobatan antiaritmia
§  - Tidak ada penurunan §  - Atur periode latihan dan istirahat untuk
kesadaran menghindari kelelahan
§  - Monitor toleransi aktivitas pasien
§  - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
§  - Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
§  - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§  - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§  - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
§  - Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
§  - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
§  - Monitor kualitas dari nadi
§  - Monitor adanya pulsus paradoksus
§  - Monitor adanya pulsus alterans

18
§  - Monitor jumlah dan irama jantung
§  - Monitor bunyi jantung
§  - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§  - Monitor suara paru
§  - Monitor pola pernapasan abnormal
§  - Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
§  - Monitor sianosis perifer
§  - Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§  - Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan v  Energy conservation Energy Management
dengankelemahan, v  Self Care : ADLs §  - Observasi adanya pembatasan klien dalam
ketidakseimbangan Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
suplai dan kebutuhan §  - Berpartisipasi dalam§  - Dorong anal untuk mengungkapkan
oksigen. aktivitas fisik tanpa perasaan terhadap keterbatasan
disertai peningkatan §  - Kaji adanya factor yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR §  - Monitor nutrisi  dan sumber energi
§  - Mampu melakukan tangadekuat
aktivitas sehari hari§  - Monitor pasien akan adanya kelelahan
(ADLs) secara fisik dan emosi secara berlebihan
mandiri §  - Monitor respon kardivaskuler  terhadap
aktivitas
§  - Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
§  - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
§  - Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
§  - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
§  - Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan

19
§  - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
§  - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
§  - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
§  - Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
§  - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
§  - Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
§  - Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan peningkatan v  Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler serebralv  Pain control, §  - Lakukan pengkajian nyeri secara
v  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Mampu dan faktor presipitasi
mengontrol nyeri
§  - Observasi reaksi nonverbal dari
(tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu §  - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggunakan tehnik untuk mengetahui pengalaman nyeri
nonfarmakologi pasien
untuk mengurangi §  - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mencari nyeri
bantuan) §  - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§ -- Melaporkan bahwa §  - Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri berkurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
dengan kontrol nyeri masa lampau
menggunakan §  - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
manajemen nyeri dan menemukan dukungan
§ -- Mampu mengenali §  - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
intensitas, frekuensi pencahayaan dan kebisingan
dan tanda nyeri) §  - Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ -- Menyatakan rasa §  - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyaman setelah nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
berkurang personal)
§ -- Tanda vital dalam §  - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

20
rentang normal menentukan intervensi
§  - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§  - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§  - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  - Tingkatkan istirahat
§  - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§  - Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
§  - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  - Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
§  - Cek riwayat alergi
§  - Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§  - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
§  - Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
§  - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
§  - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
§  - Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
§  - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis situasional tindakan §  - Gunakan pendekatan yang menenangkan
sekunder adanya keperawatan selama§  - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
hipertensi yang diderita 3 x 24 jam,   cemas pelaku pasien
klien pasien §  - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
berkurang dengan dirasakan selama prosedur
kriteria hasil: §  - Temani pasien untuk memberikan
v Anxiety Control keamanan dan mengurangi takut
v Coping §  - Berikan informasi faktual mengenai
v Vital Sign Status diagnosis, tindakan prognosis
- Menunjukan teknik§  - Dorong keluarga untuk menemani anak

21
untuk mengontrol§  - Lakukan back / neck rub
cemas è teknik nafas§  - Dengarkan dengan penuh perhatian
dalam §  - Identifikasi tingkat kecemasan
-- Postur tubuh pasien§  - Bantu pasien mengenal situasi yang
rileks dan ekspresi menimbulkan kecemasan
wajah tidak tegang §  - Dorong pasien untuk mengungkapkan
-- Mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
cemas berkurang §  - Instruksikan pasien menggunakan teknik
§ TTV dbn relaksasi
TD = 110-130/ 70-§  - Barikan obat untuk mengurangi
80 mmHg kecemasan
RR = 14 – 24 x/
menit
N   = 60 -100 x/
menit
S    = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan
v  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process §  - Berikan penilaian tentang tingkat
tentang proses penyakit v  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
Behavior penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil : §  - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
§  - Pasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan dengan
menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
- pemahaman tepat.
tentang penyakit,
§  - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
kondisi, prognosis muncul pada penyakit, dengan cara yang
dan program tepat
pengobatan §  - Gambarkan proses penyakit, dengan cara
§  - Pasien dan keluarga yang tepat
mampu §  - Identifikasi kemungkinan penyebab,
melaksanakan dengna cara yang tepat
prosedur yang
§  - Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan cara yang tepat
benar §  - Hindari harapan yang kosong
§  - Pasien dan keluarga
§  - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuan pasien dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan §  - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
perawat/tim mungkin diperlukan untuk mencegah
kesehatan lainnya. komplikasi di masa yang akan datang dan

22
atau proses pengontrolan penyakit
§  - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
§  - Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
§  - Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
§  - Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
§  - Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

23
BAB III
STUDI KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Ny R .(P)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
No. MR : -
MEDIKAL BEDAH
Tanggal Lahir/usia: 24 Februari 1960/60 t

Ruang : - Tgl. MRS : - Tgl. Pengkajian: 16 Oktober 2020 Pukul :


A. PENGKAJIAN
DATA DASAR
Kesadaran: √ CM □ Apatis □ Delirium □ Somnolen □ Soporocoma □ Coma
TTV: TD 160/100 mmHg, N 90 X/mnt, S 37,5 C, P 24 X/mnt Nyeri: Ya √
Tidak
Gol Darah: O Rh: + TB: 145 BB: 55 (Perkiraan) LILA...........
Penanggung jawab:-. Pembiayaan: -
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Diagnosis Medis: Hipertensi
1. Riwayat Kesehatan
1) RKS
Pada saat dikaji pasien mengeluhkan kepala terasa sakit pada bagian
belakang dan pusing. Nyeri pada kepala terasa menusuk-nusuk dan bersifat
hilang timbul. Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan yaitu 4 , nyeri
kepala bertambah saat Ny. R emosi dan banyak pikiran.
2) RKD
Ny. R mengatakan pernah mengalami hipertensi sebelumnya dengan TD
170/120 mm/Hg . Sebelumnya Ny R suka memakan daging yang berlemak,
gulai dan minum kopi 2 kali sehari.
3) RKK
Anggota keluarga Ny R ada yang mengalami hipertensi yaitu ibu Ny R.
Anggota keluarga tidak ada yang menderita DM.

24
Genogram

Ket

O:
perempuan,
□ : laki-laki,
†:
meninggal,
: pasien

X:meninggal
Ny R merupakan anak tunggal, Ibu Ny R juga mengalami hipertensi. Ibu Ny
R meninggal karena sudah berusia lanjut.

2. Pengkajian Fungsional Gordon


a. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan

Persepsi terhadap penyakit : Ny.Z memiliki pola hidup yang kurang sehat
karena suka minum kopi, suka masakan yang asin, makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging yang berlemak. Pasien tidak
mengkonsumsi obat hipertensi, tapi hanya menggunakan obat warung berupa
bodrex saat sakit kepalanya timbul. Sebelum sakit jika ada keluhan Ny. R
berobat ke puskesmas.

Kebiasaan: □ Merokok : √ Tidak □ Ya, bungkus…..... / hr,


lamanya ..........…

25
□ Minum Alkohol : √ Tidak □ Ya, berapa botol …............./ hr, lama.........

□ Obat- Obatan: √ Tidak □ Ya, nama obat ……………...............................
□ Lain- lain : …………………....................
Reaksi Alergi: Tidak ada Tindakan:

b. Pola Nutrisi/Metabolisme: Keluhan: tidak ada keluhan

Diet/Suplemen Khusus: tidak ada . Perubahan BB 6 Bulan Terakhir: Ada: 3


kg. (↓). Asupan nutrisi: √ Oral □ NGT □ Parenteral □Gastrostomi
Riwayat Masalah Kulit/Penyembuhan: Tak ada
Pantangan/Alergi: Tidak ada
Gambaran diet pasien dalam sehari (komposisi& ukuran):

Makan & Minum Saat ini


(jenis, porsi yg dihabiskan)

Pagi: 1 gelas kopi, 1 porsi nasi goreng


Siang: Makan 1 porsi nasi, 1 potong
tempe, 1 potong ikan
Malam: 1 gelas kopi, Makan 1 porsi
nasi, 1 potong gulai ikan
Minum = 1500 cc

Pasien tidak mematuhi diet hipertensi, dan tetap mengkonsumsi makanan yang
asin serta minum kopi.

c. Pola Eliminasi: Keluhan : tidak ada masalah ……………….


………….......................................……..

Pola Defekasi Pola Urinasi


Frekwensi 1x sehari Konsistensi lunak Frekwensi - Warna kekuningan
Warna kekuningan. Bau aromatik Kandungan (darah/protein/dll) tidak ada
Banyaknya - gr/perhari Bau amoniak Banyaknya : -jam
Stoma tidak ada Alat bantu: -

26
Alat bantu : -

d. Pola Aktivitas /Olah Raga: Keluhan : tidak ada keluhan yang dialami
pasien, pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Kemampuan Perawatan Diri (0 = Mandiri, 1 = Dengan Alat Bantu, 2 =
Bantuan dari orang lain , 3 = Bantuan peralatan dan orang lain, 4 =
tergantung/tdk mampu)

0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Berpakaian/berdanda √
n
Toileting √
Mobilisasi ditempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Pemeliharaan rumah √

ALAT BANTU: ___Tdak ada _____Kruk Pispot ditempat tidur


_____Walker____Tongkat ______Belat/Mitela ________Kursi roda. Kekuatan
Otot :√
Kesimpulan......................................................................

5 5

5 5
e. Pola Istirahat Tidur: Keluhan: Ny.R memiliki kebiasan tidur sekitar jam 9
malam dan bangun jam 5 subuh, Ny.R mengatakan bahwa saat ini waktu
tidurnya berkurang karena sakit kepala yang kadang-kadang ia rasakan .

Kebiasaan : 8 jam/malam
Merasa segar setelah tidur _____ Ta √ Tidak.
Lain-lain/kesimpulan: pola istirahat terganggu karena sakit kepala yang Ny.
R rasakan

27
f. Pola Kognitif –Persepsi: Keluhan: Ny.R mengalami nyeri pada kepala ,
nyeri yang dirasakan Ny. R seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri yang dirasakan
Ny.R ialalah 4, ketika nyeri timbul yang dilakukan Ny.Z hanya meringis. Saat
sakit kepalanya datang Ny. R tahu bahwa itu gejala tekanan darahnya yang
tinggi tetapi dia hanya memilih meminum obat dari warung
g.

Status mental: √Sadar _____Afasia reseptif _____Mengingat cerita buruk


_____ Terorientasi _____Kelam Pikir _____Kombatif _____Tak responsif
Bicara: √Normal _____Tak Jelas _____Gagap _____Afasia ekspresif
Bahasa sehari-hari ______Indonesia √Daerah ______Lain-
lain________________
Kemampuan membaca, bahasa Indonesia √ Ya _______ Tidak
Berkomunikasi: √Ya/Tidak __________ Memahami: √ Ya /Tidak________
Tingkat Ansietas: Sedang (Ringan / Sedang / Berat /Panik)
Keterampilan Interaksi: Tepat
Pendengaran : √DBN _____Kerusakan (Kanan /Kiri___)
____Tuli(Kanan/Kiri___)
Alat bantu dengar ______
Penglihatan : √DBN _____Kacamata _____Lensa Kontak
_____ Kerusakan _____Kanan/Kiri _____Buta _____Kanan/
Kiri_____
_____ Katarak _____ Kanan / Kiri_____ Glaukoma_____
_____ Protesis _____ Kanan / Kiri_____ Ya / Tidak_____
Vertigo:
Ketidak nyamanan/Nyeri: _____Tdak ada √ Akut Kronik _____
Deskripsi______________________________________________
Penatalaksanaan Nyeri: bodrex
Kesimpulan:__________________________________________________

h. Pola Peran Hubungan: Keluhan tidak ada

Pekerjaan: Ibu rumah tangga


Status Pekerjaan: √ Bekerja ______ Ketidakmampuan jangka pendek

28
______ Ketidakmampuan jangka panjang Tidak Bekerja
Sistem Pendukung: Pasangan ______Tetangga/Teman _____Tidak ada √
Keluarga serumah ______ Keluarga tinggal berjauhan______
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS: -
Kegiatan sosial :Tidak ada

i. Pola Seksualitas/Reproduksi: Keluhan: tidak ada

Tanggal Menstruasi Akhir (TMA): -


Masalah Menstruasi: ______ Ya √ Tidak ________________
Pap Smear Terakhir: _____________________________________
Pemeriksaan Payudara/Testis Mandiri Bulanan:_____ Ya √Tidak
Masalah Seksual B/D Penyakit: tidak ada
Kesimpulan : pasien sudah menopouse

j. Pola Koping-Toleransi Stres: Keluhan: tidak ada

Masalah (finansial, perawatan diri): tidak ada


Kehilangan/perubahan besar di masa lalu: ______ Tidak √ Ya ___________
Hal yang dilakukan saat ada masalah: menceritakan pada anak-anaknya
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres: tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari hari:__ santai √ tegang
Kesimpulan: tidak ada masalah

k. Pola Keyakinan-Nilai : Keluhan tidak ada keluhan

Agama: islam Pantangan Keagamaan: Tidak


Ibadah selama sakit : tidak terganggu
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini: __ Ya √Tidak
Kesimpulan: tidak ada masalah dalam beribadah

29
PEMERIKSAAN FISIK

Gambaran

Tanda Vital TD : 160/100 mmHg S : 37,50,C


N: 90 x/mnt P : 24x/mnt
Ny.R memiliki kulit sawo matang, kulit tampak
Kulit
kering dan mulai keriput

Inspeksi : wajah simetris, tampak gelisah,


Kepala
bentuk tengkorak normal, distribusi rambut tipis,
beruban, tidak ada bekas luka

Palpasi : rambut bersih , tidak terdapat


pembengkakan , tidak ada nyeri tekan

Leher - Inspeksi : bentuk leher simetris, warna kulit sama


dengan kulit sekitar, tidak terdapat
pembengkakan kelenjer tiroid
- Palpasi : tidak ada masalah pada kelenjer
tiroid, tidak ada masalah pada kelenjer getah
bening

Toraks
I: bentuk dada simetris, pergerakan dada antara
- Paru
kanan dan kiri simetris
Pa: Fremitus kanan dan kiri
Pe: Sonor kanan dan kiri

A:vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

30
- Jantung I: iktus cordis tidak terlihat
Pa: iktus cordis tidak teraba
Pe: tidak terdapat kardiomegali

A: irama jantung reguler, tidak terdapat bising


jantung

Abdomen I: bentuk datar, tidak ada jaringan parut, tidak ada


lesi

Pa: tidak ada nyeri tekan

Pe: timpani
A: bising usus 10x/menit

Genitalia tidak ada masalah


Rectal tidak ada masalah

Ekstremitas - Ekstermitas Atas : tidak terdapat udema, akral

Muskuloskeletal/Sendi hangat,tidak terdapat lesi


- Ekstermitas Bawah : tidak terdapat udema, tidak
terdapat luka
Lain-lain

Lokasi Luka/nyeri/injuri*:

31
Keterangan:*Diarsir bagian tubuh
yang mengalami. Apabila luka
dilengkapi dengan ukuran & jenis
luka

ANALISA DATA

NO Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1 Data subjektif : Agen pecedera Nyeri akut b.d
- Pasien mengatakan nyeri fisiologis agen pecedera
pada kepala bagian belakang fisiologis
seperti tertusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakannya menjalar
ke pundak dengan skala
nyeri 4
- Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri
kepala bertambah saat
banyak pikiran dan emosi

32
Data Objektif :
- Pasien tampak meringis bila
sakit kepala nya datang

TTV : TD 160/100 mmHg, N


90 X/mnt, S 37,5 C, P 24
X/mnt

2 Data Subjektif : Ketidakadekuatan


pemahaman(Kuran Ketidakpatuhan
- Pasien mengatakan belum
g motivasi )
menjalani pengobatan
hipertensi
- Pasien mengatakan masih
mengkonsumsi makanan
yang asin, gulai, daging
yang berlemak, dan minum
kopi

Data Objektif :
- Pasien tampak
menunjukkan perilaku
yang tidak sesuai anjuran
seperti minum kopi

- Pasien tidak manjalani diet


hipertensi sesuai yang
dianjurkan

33
NANDA, NOC,NIC

N NANDA NOC NIC


o
1 Nyeri akut bd agen 1605 Kontrol 1400 Manajemen nyeri
pecedera fisiologis nyeri Definisi:
Definisi: Penggunaan atau reduksi
Tindakan pribadi nyeri sampai pada tingkat
untuk mengontrol kenyamanan yang dapat
nyeri diterima oleh pasien.
Skala outcome: Aktitiftas:
1: tidak pernah  Lakukan pengkajian
menunjukkan nyeri komprehensif
5: Secara konsisten yang meliputi lokasi,
menunjukkan karakteristik,
Indikator: onset/durasi,
160502 Mengenali frekuensi, kualitas,
kapan nyeri terjadi intensitas atau
160501 beratnya nyeri dan
Menggambarkan faktor pencetus
faktor penyebab  Gali bersama pasien
160503 faktor-faktor yang

34
Menggunkan dapat menurunkan
tindakan atau memperberat
pencegahan nyeri ·
160504  Ajarkan penggunaan
Menggunkan teknik non
tindakan farmakologi (seperti,
pencegahan (nyeri) relaksasi, terapi
tanpa analgesik musik)
160507  Dukung istirahat/tidur
Melaporkan yang adekuat untuk
perubahan terhadap membantu penurunan
gejala nyeri pada nyeri
profesional  Mengajarkan latihan
kesehatan aerobik Brisk walking
160509 Mengenali exercises (latihan
apa yang tekait aktivitas sedang pada
dengan gejala nyeri pasien hipertensi
dengan menggunakan
tehnik jalan cepat
selama 20-30 menit
dengan rerata
kecepatan4-6 km/jam)

2 Ketidakpatuahn bd 1600 Perilaku 5602 Pengajaran proses


ketidakadekuatan patuh penyakit
pemahaman(Kuran
g motivasi ) Definisi: tindakan Definisi: membantu pasien
inisiatif sendiri untuk memahami informasi
untuk yang berhubungan dengan
meningkatkan proses penyakit secara
kesejahteraan, spesifik
pemulihan dan
rehabilitasi secara Aktivitas-aktivitas
optimal  Kaji pengetahuan pasien
terkait dengan proses
Skala outcome: penyakit yang spesifik
 Jelaskan tanda dan gejala
1=tidak pernah yang umum dari
dilakukan penyakit,sesuai kebutuhan
5=dilakukan  Jelaskan mengenai proses
secara konsisten penyakit,sesuai kebutuhan
 Diskusikan perubahan
160001 gaya hidup yang mungkin
menanyakan diperlukan untuk
pertanyaan terkait mencegah komplikasi
kesehatan dimasa yang akan datang
160002 mencari dan/atau mengontrol
informasi proses penyakitnya

35
kesehatan dari  Jelaskan alasan dibalik
berbagi sumber manajemen/terapi/penang
160004 anan yang
mempertimbangka direkomendasikan
n resiko/keutungan  Edukasi pasien mengenai
dari perilaku sehat tindakan untuk
160008 mengontrol/meminimalak
menggunakan n gejala sesuai kebutuhan
strategi untuk
mengemilasi
perilaku tak sehat
160009 5602 Pengajaran:
menggunkan peresapan diet
strategi untuk
mengoptimalkan Aktivitas-aktivitas
kesehatan
 Kaji tingkat
pengetahuan pasien
mengenai diet yang
disarankan
 Kaji pola makan
pasien saat ini dan
sebelumnya, termasuk
makanan yang disukai
dan pola makan saat
ini
 Ajarkan pasien nama-
nama makanan yang
sesuai dengan diet
yang disarankan
 Jelaskan pada pasien
mengenai tujuan
kepatuahan terhadap
diet yang disarankan
terkait dengan
kesehatan secara
umum
 Intruksikan pasien
untuk menghindari
makanan yang
dipantang dan
mengkonsumsi
makanan yang
dibolehkan
 Bantu pasie n untuk
memilih makanan
kesukaan sesuai
dengan diet yang

36
disaranakan

CATATAN PERKEMBANGAN

Inisial Nama Klien: Ny R

Diagnosa Medis:Hipertensi

Ruang Rawat :-

No Tgl Dx Diagnosa Implementasi Evaluasi


Dx Keperawatan
(Paraf⁕)

1 16 Nyeri akut bd agen  Melakukan pengkajian S : klien


Oktober pecedera fisiologis nyeri komprehensif mengatakan
2020 P : akibat hipertensi kepalanya
Q :nyeri seperti masih sedikit
nyeri
tertusuk-tusuk O:
R : di daerah kepala  klien
belakang masih
tampak

37
S : skala nyeri 4 sedikit
T :saat stres dan emosi meringis
 Skala nyeri
 Mengukur TTV pasien
:2
 Mengajarkan A : Masalah
penggunaan teknik non hampir
farmakologi (relaksasi teratasi
nafas dalam )
TTV : TD
160/100
mmHg, N 90
X/mnt, S 37,5
C, P 24
X/mnt

Ketidakpatuahn bd S : Pasien
mengatakan
ketidakadekuatan Memberikan pendidikan telah
17 paham
pemahaman(Kurang kesehatan mengenai tentang
Oktober motivasi ) hipertensi hipertensi
2020
O : Pasien
dapat
menyebutkan
pengertian
hipertensi
,tanda dan
gejalanya
A: Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
tentang diet
pasien
dilanjutkan

18 Ketidakpatuahn bd Memberikan pendidikan S : Pasien


Oktober ketidakadekuatan kesehatan mengenai diet mengatakan
2020 pemahaman(Kurang hipertensi telah paham
tentang diet
motivasi )
hipertensi

38
O : Pasien
dapat
menyebutkan
makanan yang
harus dihindari
panderita
hipertensi
A: Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

BAB lV

PEMBAHASAN

Berdasarkan teori yang menyebabkan seseorang mengalami


hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu faktor resiko yang dapat dirubah yaitu
usia, lingkungan/stres, obesitas, rokok, kopi (Triyanto, 2014). Sedangkan
faktor resiko yang tidak adapat dirubah yaitu genetik, ras. Menurut teori
diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien hipertensi dintaranya resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral, cemas berhubungan dengan krisis situasional
sekunder adanya hipertensi yang diderita klien, kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.

39
Pada kasus ditemukan masalah keperawatan yaitu Nyeri akut b.d
agen pecedera fisiologis dan Ketidakpatuahan bd ketidakadekuatan
pemahaman (Kurang motivasi). Pada diagnosa nyeri akut ditemukan data
bahwa pasien mengalami nyeri pada kepala bagian belakang serta menjalar
ke pundak , nyeri kepala pasien bertambah saat pasien stres dan emosi, dari
data pasien tampak meringis. Menurut Nanda nyeri akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Menurut teori
tanda dan gejala yang terjadi pada pasien hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah > 140/90 mm/hg ,  sakit kepala,  pusing / migraine, rasa berat
ditengkuk, penyempitan pembuluh darah, sukar tidur,  lemah dan lelah,
nokturia, azotemia dan sulit bernafas saat beraktivitas. Pada diagnosa ke dua
yaitu Ketidakpatuahn bd ketidakadekuatan pemahaman(Kurang motivasi ).
ditemukan data bahwa pasien belum menjalani pengobatan dan diet
hipertensi dengan baik . Menurut NANDA ketidakpatuahan adalah perilaku
individu dan/atau pemberi asuahan tidak mengikuti rencana
perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga
menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.

40
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder,
terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali
dapat diperbaiki (Marilynn E. Doenges, dkk, 1999). Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).

Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak pembuluh

41
darah sehingga mempercepat terjadinya penyempitan dan pengerasan
pembuluh darah arteri. komplikasi dari hipertensi termaksut rusaknya
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
hipertensi adalah factor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attact), penyakit arteri coroner (infark
myocard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi. menurut
studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan
risiko yang bermakna untuk penyakit coroner, stroke, penyakit arteri
perifer, dan gagal jantung (Kowalak, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi.
Jakarta: EGC Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M, (Eds). 2008.
Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby. St.Louis.

NANDA, NIC & NOC, 2010, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.

Mubarak. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik: EGC: Jakarta

42
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sub Pokok Bahasan : Diit hipertensi

Sasaran : Ny R

Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Oktober 2020


Jam : 08.00

Penyaji :Meri Handayani

Tempat :Rumah Ny. R

Waktu : 10 menit

43
A. LATAR BELAKANG
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang
sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan
terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan
mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya


interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian
telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya
hipertensi.Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Masyarakat mampu menjalankan pola hidup sehat agar terhindar
dari hipertensi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Masyarakat Mampu :

a. Menyebutkan pengertian Hipertensi


b. Menyebutkan penyebab Hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
d. Menyebutkan akibat Hipertensi
e. Menyebutkan pencegahan Hipertensi
f. Menyebutkan bagaimana pengobatan dan diit hipertensi

C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi

44
4. Akibat hipertensi
5. Pencegahan hipertensi
6. Pengobatan dan Diit hipertensi

D. KEGIATAN PENYULUHAN
No
Acara Kegiatan Wakt
. Evaluasi
u
1. Pembukaa - Mengucapkan salam 5 menit - Menjawab
n - Memperkenalkan diri dan salam
anggota kelompok - Mendengarka
- Menjelaskan tujuan n
penyuluhan - Memperhatik
- Menyebutkan materi/pokok an
bahasan yang akan
disampaikan
2. Pelaksana - Menggali pengetahuan 10 menit - Mengemuk
n masyrakat tentang pengertian akan pendapat
presenter hipertensi - Mendengar
- Memberikan reinforcement kan dan
dan meluruskan konsep memperhatika
- Menjelaskan pengertian pola n
hidup sehat dan hipertensi - Mendengar
- Menjelaskan tentang kan dan
penyebab,tanda dan memperhatika
gejala,akibat,pencegahan,peng n
obatan dan dii hipertensi - Mendengar
- Memberikan kesempatan kan dan
pada masyarakat untuk memperhatika
bertanya n
- Memberikan reinformen (+) - Mengajuka
dan menjawab pertanyaan n pertanyaan
- Mendengar

45
kan dan
memperhatika
n
3. Penutup - Presenter bersama 10 menit - Bersama
masyarakat menyimpulkan presenter
materi menyimpulka
- Presenter mengadakan n materi
evaluasi - Menjawab
- Presenter memberi salam pertanyaan
- Moderator menyimpulkan - Menjawab
hasil diskusi salam
- Moderator memberi salam - Mendengar
kan dan
memperhatika
n
- Menjawab
salam

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. MEDIA
1. Powerpoint
2. Leaflet
G. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji :
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan
proses penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya

46
H. SETTING TEMPAT

P M

Keterangan :

m = Ny. M

P = Penyaji

I. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
- Selama proses berlangsung diharapkan Ny. R dapat mengikuti seluruh
kegiatan

2. Evaluasi Hasil
- Ny.R dapat menyebutkan pengertian takanan darah tinggi
- Ny.R dapat menyebutkan tanda tekanan darah tinggi
- Ny.R dapat menyebutkan diit hipertensi
Lampiran

Hipertensi

Defenisi Pola Hidup Sehat

Pola hidup sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar sadar, mau serta mampu melakukan perilaku hidup sehat. Gaya hidup sangat
mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet muda dan panjang umur atau
sebaliknya.. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda
dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat.

47
Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah


atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu berada.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi,
hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah diatas nilai normal.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi


dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu
pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

  Mengukur Tekanan Darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg,
dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai
usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.

Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg
(millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan
diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada waktu
jantung sedang menguncup atau sedang melakukan kontraksi. Diastolik adalah
angka yang terendah pada waktu jantung mengembang berada di dalam akhir
relaksasi.

48
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan
tekanan diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :

a.     Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan
darah ke dalam batang pembuluh nadi.

b.     Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.

c.     Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.

Klasifikasi tekanan darah

No Klasifikasi Sistolik Diastolik

1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg

Tekanan darah normal

Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada keadaan
dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah normalpun
bervariasi.

49
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg ke
atas dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang baik, hal
tersebut kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa orang dengan
tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan yang disebut normal.
Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar normal dan anggapan bahwa
semakin bertambah usia tekanan darah lebih tinggi tidak menjadi masalah, adalah
anggapan yang perlu diluruskan, karena berdasarkan data statistik orang tua yang
tekanan darahnya berkisar di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke
rendah. Periksa tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap
kali ke dokter/ fasilitas kesehatan.

Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :

a.     Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak


diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak dari
gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b.     Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit dari
penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari sistem hormon.

WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada


organ tubuh lain, yaitu :

a.     Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.

b.     Hipertensi dengan pembesaran jantung.

c.     Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :

a.     Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95
mmHg.

b.     Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.

50
c.     Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120
mmHg.

d.     Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.

  Penyebab hipertensi

Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.

a.     Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.

b.     Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.


Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.

Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :

1.   Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.

 2.   Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya


usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat
mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda
bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas
atas yang normal.

 3.   Garam

51
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4.   Kolesterol

Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah


Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.

 5.   Obesitas/Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30


persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.

6.   Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.

7.   Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan


darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus
dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang
sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
jantung dan darah.

8.   Kafein

Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun


minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9.   Alkohol

52
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga
menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

  Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa


menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang
berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.

  Tanda dan Gejala hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada ).

Gejala-gejala hipertensi, antara lain :

a.     Sebagian besar tidak ada gejala.

b.     Sakit pada bagian belakang kepala.

c.     Leher terasa kaku.

d.     Kelelahan.

e.     Mual.

f.      Sesak napas.

g.     Gelisah.

h.     Muntah.

i.      Mudah tersinggung.

j.      Sukar tidur.

53
k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita


hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala, mudah
tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya menunjukkan angka
tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui ada tidaknya
hipertensi hanya dengan mengukur tekanan darah.

Akibat-akibat hipertensi

Komplikasi/bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi :

1.   Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan
kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan
mata kabur.

2.   Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama
dapat menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan
bahkan menyebabkan kematian yang mendadak.

3.   Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada
ginjal.

4.   Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O 2 berkurang bisa
menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

    Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial),


dapat dikurangi dengan cara :

54
a.     Memeriksa tekanan darah secara teratur.

b.     Menjaga berat badan ideal.

c.     Mengurangi konsumsi garam.

d.     Jangan merokok.

e.     Berolahraga secara teratur.

f.      Hidup secara teratur.

g.     Mengurangi stress.

h.    Jangan terburu-buru.

i.      Menghindari makanan berlemak.

Pencegahan Primer :

           Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.

           Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.

           Kurangi konsumsi alkohol.

           Konsumsi minyak ikan.

           Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi
kalsium juga cukup membantu.

Pencegahan Sekunder

           Pola makanam yamg sehat.

           Mengurangi garam dan  natrium di diet anda.

           Fisik aktif.

           Mengurangi Akohol intake.

55
           Berhenti merokok.

Pencegahan Tersier

           Pengontrolan darah secara rutin.

           Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

    Pengobatan hipertensi

Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :

a.     Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri ke
dokter.

b.     Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.

c.     Mengurangi konsumsi garam.

d.     Perbanyak konsumsi sayur dan buah.

e.     Mematuhi nasihat dokter.

Selain obat-obatan yang diijinkan oleh dokter,ada cara lain yang tradisisonal yaitu
dengan :

1. Dua buah belimbing diparut kemudian diperas airnya sehingga menjadi satu
gelas belimbing dan diminum setiap pagi.

2. Daun salam 4 lembar + 2 gelas air direbus sampai menjadi 1 gelas, minum 2
gelas/hari.

3. Makan 2 buah ketimun / hari atau dibuat jus

Cara membuat jus mentimun :

d. ½ kg buah mentimun dicuci bersih

e. Dikupas kulitnya kemudian diparut

56
f. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih

g. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

Cara mengatur diit hipertensi:

1.Rasa tawar dengan menambahkan gula


merah/putih,bawang(merah/putih),jahe,kencur untuk memperbaiki rasa.

2.Penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh perhari.

3.Pemasukan kalium seperti apel,jeruk,pisang,tomat

4.Kecukupan kalsium seperti keju,susu skim

DAFTAR PUSTAKA

   Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien


Indonesia. “Penuntun Diet”;Edisi Baru, Jakarta, 2004, PT Gramedia Pustaka
Utama

    Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita


Selekta Kedokteran”  Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
UI, Jakrta, 19999

57
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16
No.1, Maret 2013, hal 33-39 pISSN 1410-
4490, eISSN 2354-9203

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN


HIPERTENSI MELALUI BRISK WALKING EXERCISE

Sukarmin1,2*, Elly Nurachmah3, Dewi


Gayatri3

1. STIKES Muhammadiyah Kudus, Keperawatan Medikal Bedah, Kudus 59316,


Indonesia
2. Program Studi Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,
Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424,
Indonesia

*E-mail: maskarmin@yahoo.com

Abstrak

Brisk walking exercise merupakan salah satu bentuk moderate aerobic exercise yang
direkomendasikan oleh ahli jantung di Amerika dan Eropa sebagai salah satu perubahan gaya
hidup pasien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh brisk
walking exercise terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Kudus. Penelitian dilakukan
pada penderita hipertensi di unit rawat jalan dua rumah sakit di Kudus dengan metode
penelitian eksperimen randomized control trial (RCT) dengan pendekatan pre dan post with
control. Penelitian dilakukan pada 42 responden (21 responden kelompok kontrol dan 21
kelompok intervensi). Hasil uji paired t test perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik
kelompok kontrol menunjukkan adanya nilai yang bermakna (p= 0,000 dan p= 0,026; α=

58
0,05). Untuk itu, perlu adanya penerapan brisk walking untuk penatalaksanaan hipertensi di
rumah sakit maupun puskesmas (komunitas).

Kata kunci: hipertensi, tekanan darah, brisk walking exercise

Abstract

Reducing Blood Pressure on Hypertension Patient through Brisk Walking Exercise. Brisk
walking exercise is one type of moderate aerobic exercise which is recommended by
cardiologists in the United States and Europe as healthy lifestyles for hypertension’s patient.
The purpose of this study is to determine the influence of brisk walking exercise on blood
pressure of patients with hypertensive in Kudus. A randomized control trial (RCT) with a
computer software was used to determine the control group and intervention group. The
study recruited 42 patients with hypertensive in the outpatient unit (each control and
intervention group had 21 respondents) from two hospitals in Kudus. The results of paired t
test showed significantly change in intervention group on their systolic and diastolic blood
pressure (p; 0.000 and p; 0.026 α: 0.05). The brisk walking if the implementation for the
management of patient with hypertension in a hospital or community.

Keywords: hypertension, blood pressure, brisk walking exercise

Pendahuluan mmHg (Ignatavicius & Workman,


Hipertensi merupakan suatu 2010). The Seventh of The Joint
gangguan pada pembuluh darah National Committee on Prevention,
yang mengakibatkan suplai oksigen Detection, Evaluation, and Treatment
dan nutrisi yang dibawa oleh darah of High Blood Pressure (JNC 7) men-
terhambat sampai jaringan yang
membutuh- kannya. Menurut WHO definisikan hipertensi sebagai
batas tekanan darah seseorang tekanan darah yang lebih tinggi dari
dikatakan hipertensi apabila tekanan 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan sesuai derajat keparahannya,
tekanan diastolik 90 mmHg pada
mempunyai rentang dari tekanan
orang yang tidak menderita diabetes
melitus, sedangkan pada penderita darah normal tinggi sampai
diabetes melitus dan jantung hipertensi maligna (Sudoyo,
tekanan darah penderita hipertensi Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, &
dibawah 130/90 Setiati, 2006).

Insidensi hipertensi dihampir semua


negara menunjukkan angka yang

59
cukup tinggi. Di

60
Sukarmin, et al., Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi 34

dunia pada tahun 2010 terdapat 285 juta


penderita hipertensi, Pada tahun 2000 kejadian koping stres, mengatur pola aktivitas, menghin-
hipertensi mencapai 639 juta dan tahun 2025 dari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan
diperkirakan 1,15 milyar kasus (Armilawaty, hipertensi dengan obat saat ini memang telah
Amalia & Amirudin, 2007). Di Indonesia mengalami kemajuan, tetapi terdapat banyak
menurut hasil survey kesehatan rumah tangga laporan yang menyampaikan bahwa penderita
tahun 2004 menunjukkan prevalensi hipertensi yang datang ke RS sakit akan datang lagi
di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 dengan keluhan tekanan darahnya tidak menga-
anggota rumah tangga. Sedangkan menurut lami penurunan bermakna meskipun sudah
The International Clinical Epidemiology diobati (Dalimartha, et al, 2008).
Network (INCLN) prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 23% (Sharma, et al., 2011). Brisk walking exercise sebagai salah satu bentuk
Prevalensi pada tahun 2004 di Pulau Jawa latihan aerobik merupakan bentuk latihan
41,9%, Sumatera Barat 17,8%, dan prevalensi aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan
terendah terdapat di Papua yaitu 0,6% menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30
(Setiawan, 2004). menit dengan rerata kecepatan 4-6 km/jam.
Kelebihannya adalah latihan ini cukup efektif
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar untuk meningkatkan kapasitas maksimal denyut
pengobatan standar dan merubah gaya hidup jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan
yang meliputi mengatur pola makan, mengatur glikogen dan peningkatan oksigen jaringan.
koping stress, mengatur pola aktivitas, menghin- Latihan ini juga dapat mengurangi pembentukan
dari alkohol, dan rokok (Dalimartha, Purnama, plak melalui peningkatan penggunaan lemak
Sutarina, Mahendra, & Darmawan, 2008). Target dan peningkatan penggunaan glukosa (Kowalski,
pengobatan tekanan darah pada penatalaksanaan 2010).
hipertensi menurut WHO (2003, dalam Pinzon,
2009) untuk pasien berisiko tinggi adalah Brisk walking exercise berdampak pada penu-
tekanan darah di bawah 130/80 mmHg, runan risiko mortalitas dan morbiditas pasien
sedangkan untuk pasien berisiko rendah target hipertensi melalui mekanisme pembakaran
penurunannya adalah kurang atau sama dengan kalori, mempertahankan berat badan, membantu
140/90 mmHg. tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta
endorphin yang dapat menurunkan stres serta
Menurut data yang dirilis WHO target tersebut tingkat keamanan penerapan brisk walking
banyak tidak mencapai sasaran. Penurunan exercise pada semua tingkat umur penderita
tekanan darah yang tidak sesuai target kendali hipertensi (Kowalski, 2010). Target penurunan
yaitu dibawah 140/90 mmHg dan lebih rendah tekanan darah yang belum optimal dan belum
lagi kalau didapatkan faktor risiko lainnya adanya penerapan brisk walking exercise pada
dapat mengakibatkan kerusakan organ seperti penatalaksanaan pasien hipertensi di Kudus,
ginjal dan otak (Pinzon, 2009). Tekanan darah mendorong penelitian ini. Tujuan penelitian ini
menjadi salah satu indikator kuat keberhasilan adalah mengidentifikasi pengaruh brisk walking
pengobatan hipertensi karena tekanan darah exercise terhadap tekanan darah pasien hiper-
merefleksikan kekuatan kontraksi jantung yang tensi.
diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh untuk mencapai aliran di semua Metode
jaringan tubuh dan total peripheral resistance
(TPR) atau tahanan pembuluh darah perifer Penelitian ini adalah eksperimen randomized
(Gunawan, 2001). control trial (RCT) dengan pre and post control
group design. Kriteria inklusi sampel meliputi:
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar terdiagnosa hipertensi dengan tekanan darah
pengobatan standar dan merubah gaya hidup
140-159/90-99 mmHg, bersedia menjadi subjek
yang meliputi mengatur pola makan, mengatur
penelitian, belum pernah melakukan brisk

34
walking exercise, mendapat terapi standar hiper-
tensi dan diet rendah garam. Kriteria ekslusinya, Hasil
yaitu pasien hipertensi yang harus menjalani
rawat inap, pasien dengan AMI dan gagal Hasil analisis mendapatkan umur rerata semua
jantung, pasien menolak melanjutkan perlakuan responden baik kelompok kontrol maupun
sebelum mencapai 2 (dua) minggu, mengalami intervensi adalah 53,21 tahun, responden laki-
penyakit kronis. Penentuan kelompok kontrol laki 24 orang dan perempuan 18 orang, tidak
dan intervensi (masing-masing 21 responden) perokok 26 orang dan perokok 16 orang, tidak
dengan randomisasi menggunakan program terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga 25
komputer. orang dan ada riwayat hipertensi 17 orang,
serta tidak mengalami obesitas 40 orang dan
obesitas 2 orang. Analisis bivariat tekanan darah
Pengambilan data dilakukan pada bulan
sebelum dan setelah brisk walking (Tabel 1).
November-Desember 2012 di unit rawat jalan
penyakit dalam, dalam dua RS di Kudus. Brisk
walking exercise dilakukan di rumah melalui Tabel 1 menunjukkan rerata tekanan darah
tehnik jalan cepat dengan kecepatan 4-6 km/jam sistolik kelompok kontrol sebelum intervensi
selama 15-30 menit, dimulai dengan pemanasan adalah 153,43 mmHg dan setelah intervensi
dan diakhiri dengan pendinginan. Latihan 152,62 mmHg, tekanan diastolik sebelum
dilakukan selama 2 minggu (4 hari per minggu, intervensi 93,14 mmHg dan sesudah intervensi
istirahat 2 hari kemudian dilanjutkan latihan 92,38. Sedangkan pada kelompok intervensi
lagi). Target heart rate latihan ini 60–80% dari tekanan darah sistolik sebelum 153,24 mmHg
heart rate maksimal. Tekanan darah diukur dan sesudah intervensi 148,19, tekanan diastolik
sebelum latihan brisk walking dan setelah brisk sebelum intervensi 94,48 mmHg dan sesudah
walking (pada hari ke- 11). intervensi 90,05 mmHg. Hasil uji paired t test
pada kelompok kontrol sebelum dan setelah

Tabel 1. Hasil Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Sebelum dan Setelah Intervensi Brisk Walking
Exercise

Kelompok Mean SD SE p

Kontrol
TD Sistolik:
Sebelum 153,43 2,111 0,461 0,091
Setelah 152,62 2,179 0,475
Selisih 0,810 2,089 0,456
TD diastolik:
Sebelum 93,14 2,308 0,504 0,069
Setelah 92,38 3,008 0,656
Selisih 0,762 1,814 0,396

Intervensi
TD sistolik:
Sebelum 153,24 2,982 0,651 0,000*
Setelah 148,19 4,297 0,938
Selisih 5,048 5,172 1,129
TD diastolik:
94,48 3,311 0,722 0,000*
Sebelum
90,05 3,514 0,767
Setelah
4,429 3,340 0,729
Selisih

35
Tabel 2. Hasil Analisis Selisih Rata-rata Tekanan Darah Pasien Hipertensi Setelah Brisk Walking Exercise

Kelompok Selisih Mean SD p


TD sistolik
Kontrol 0,810 2,089 0,000*
Intervensi 5,048 5,172

TD diastolik
Kontrol 0,762 1,814 0,026*
Intervensi 4,429 3,340

brisk walking exercise menunjukkan perbedaan penurunan jarak antara darah dan sel aktif,
tekanan darah sistolik dan diastoliknya tidak serta jarak tempuh difusi O2 dan zat-zat
bermakna (p= 0,091; α= 0,05 dan p= 0,069; α= metabolik sangat berkurang yang dapat
0,05). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan
meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan
tidak ada penurunan tekanan darah yang cukup
suplai darah, oksigen serta nutrisi dalam sel
signifikan pada kelompok kontrol sebelum dan
(Ganong, 2005/ 2008; Price, 2003). Penelitian
setelah penerapan brisk walking exercise pada
yang dilakukan oleh Backhouse (2007) untuk
kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok
mengetahui pengaruh indeks metabolisme
intervensi menunjukkan perbedaan tekanan
glukosa pada brisk walking menunjukkan
darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah
adanya kenaikan pemecahan oksidasi glukosa
intervensi brisk walking exercise yang ber-
pada responden yang melakukan brisk
makna (p= 0,000; 0,000; α= 0,05). Artinya ada
walking.
penurunan tekanan darah yang cukup bermakna
pada kelompok intervensi sebelum intervensi
dan setelah intervensi. Pada pasien hipertensi, penurunan tekanan
darah akan nyata jika brisk walking dilakukan
Tabel 2 menunjukkan bahwa selisih mean berulang-ulang dalam waktu lama (lebih 3
tekanan darah sistolik kelompok kontrol 0,810 bulan), sehingga terjadi penurunan tekanan darah
mmHg dan kelompok intervensi 5,048 mmHg, dalam waktu yang lama. Pasien hipertensi, jika
sedangkan perbedaan mean tekanan diastolik melakukan brisk walking exercise secara teratur
kelompok kontrol 0,762 mmHg dan kelompok dan cukup takarannya, tekanan darah dapat
intervensi 4,429 mmHg. Hasil uji pooled t test turun 4–9 mmHg (Brennan, 2011). Hasil dari
menunjukkan perbedaan tekanan darah sistolik penelitian ini pengaruh brisk walking terhadap
dan diastolik antara kelompok kontrol dan tekanan darah menunjukkan adanya penurunan
kelompok intervensi bermakna (p= 0,000; 0,026; tekanan darah setelah brisk walking exercise
α= 0,05). yaitu terjadi rerata penurunan tekanan sistolik
5,048 mmHg dan diastolik rerata mengalami
penurunan 4,429 mmHg pada kelompok inter-
Pembahasan
vensi. Pengaruh brisk walking exercise terhadap
Brisk walking exercise bekerja melalui penurunan kelompok intervensi ini tidak terpengaruh
resistensi perifer. Pada saat otot berkontraksi dengan target pencapaian nadi oleh aktivitas
melalui aktivitas fisik akan terjadi peningkatan lain. Hal tersebut ditunjukkan dari penelitian
aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi terhadap kebiasaan olahraga responden menda-
dilakukan secara ritmik. Adanya dilatasi sfinter patkan 3 responden (14,3%) kelompok intervensi
prekapiler dan arteriol menyebabkan dan 2 responden (9,5%) pada kelompok kontrol
peningkatan pembukaan 10–100 kali lipat pada yang melakukan olahraga rutin setiap minggu.
kapiler. Dilatasi pembuluh juga akan Aktivitas sehari-hari yang meningkatkan denyut
mengakibatkan nadi seperti naik sepeda ke tempat kerja, dan
jalan kaki ke tempat kerja.

36
Penelitian Tsai, et al. (2004) menemukan terjadi-
nya penurunan rerata tekanan darah sistolik pertimbangkan untuk melakukan brisk
13,1 mmHg dan 7,3 mmHg tekanan diastolik walking exercise 50–75% dari target waktu
setelah latihan selama 10 minggu dengan yang harus ditempuh (Brennan, 2011).
frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 30
menit. Hasil penelitian Tsai, et al. ini menunjuk-
kan adanya penurunan tekanan darah yang Responden pada penelitian ini sebagian besar
signifikan pada pasien yang dilakukan latihan pegawai negeri sipil dan pekerja perkantoran
aerobik (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian yang (pegawai swasta) dengan 95% (38 responden)
dilakukan oleh Sohn, Hasnain dan Sinakore tidak pernah melakukan olahraga secara teratur.
(2007) yang menemukan efek positif jalan Aktivitas bekerja responden juga menunjukkan
terhadap penurunan tekanan darah, efek positif minimalnya aktivitas fisik yang baik saat menuju
tersebut berupa prosentase penurunan tekanan ke tempat kerja. Sebagian besar responden
darah yang lebih tinggi daripada kelompok mengendarai sepeda motor saat berangkat kerja.
intervensi yaitu 9,0% berbanding dengan Kemungkinan karena faktor inilah ketika men-
2,33% pada kelompok kontrol. Efek positif dapat perlakuan brisk walking exercise secara
tersebut diperoleh setelah latihan jalan selama 30 fisiologi sistem pembuluh darah akan mengalami
menit setiap hari selama 6 minggu. peningkatan diameter sehingga menurunkan
resistensi pembuluh sebagai salah satu penyebab
Brisk Walking exercise merupakan salah satu hipertensi.
jenis latihan yang direkomendasikan American
Heart Association (AHA) dan American College Hasil dari penelitian pengaruh brisk walking
of Sport Medicine dengan frekwensi 3–5 kali terhadap tekanan darah menunjukkan adanya
dalam seminggu selama 30 menit. Latihan ini penurunan tekanan darah setelah brisk walking
sangat bermanfaat untuk menurunkan mortalitas exercise secara signifikan. Penurunan tekanan
penderita gangguan kardiovaskuler termausk darah pada kelompok intervensi mungkin tidak
hipertensi. Latihan yang tidak tepat, di sisi hanya disebabkan oleh pengaruh brisk walking
lain, terlalu kuat dan berlebihan malah dapat saja akan tetapi diet rendah garam yang
meningkatkan risiko penurunan kemampuan diberikan pada pasien hipertensi dan obat-obat
curah jantung pada pasien hipertensi (Kokkinos, antihipertensi juga turut berperan serta dalam
2008). Penelitian lain yang dilakukan Whelton, menurunkan tekanan darah. Diet rendah garam
Chin, Xin, dan He (2002) pada 2419 orang yang diberikan pada pasien hipertensi pada
dewasa dengan 45 latihan aerobik yang berbeda- kelompok kontrol mungkin bersinergi dengan
beda termasuk salah satunya adalah latihan peningkatan pengeluaran ion natrium melalui
jalan secara teratur selama dua minggu menun- keringat pada saat brisk walking. Studi yang
jukkan hasil penurunan tekanan darah sistolik dilakukan oleh Booth dan Nowson (2010)
rerata 3,84 mmHg dan diastolik rerata 2,58 menemukan 50% kejadian obesitas memicu
mmHg (p< 0,05). timbulnyan hipertensi yang diakibatkan oleh
diet dan kurang aktivitas, 5,5% akibat diet yang
Brisk walking exercise yang dilakukan dengan kurang benar, serta 6,6% akibat kurangnya
segera dan tergesa selain berdampak kurangnya aktivitas fisik. Penelitian Meland dan Aamland
kemampuan toleransi curah jantung dalam me- (2009) menunjukkan adanya penurunan tekanan
menuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen yang darah sistolik 5 mmHg dan diatolik 5 mmHg
mendadak juga dapat mengakibatkan cidera (p= 0,02; α= 0,05) setelah pemberian diet
dan suasana jalan yang kurang menyenangkan. pembatasan garam selama 8 minggu. Penelitian
Pada saat latihan juga perlu dikembangkan yang dilakukan Oliveria, et al. (2002) terkait hasil
pola pikir yang positif dan tidak berputus asa pengobatan hipertensi menggunakan obat-obatan
sehingga latihan dapat dilakukan dalam kurun pada 274 pasien hipertensi didapatkan 93%
waktu yang panjang. Pada minggu awal perlu tekanan darah setelah pengobatan kurang dari
6 bulan rata-rata 140 mmHg setelah sebelumnya
rerata tekanan darahnya 150 mmHg.

37
Faktor lain yang kemungkinan turut berperan
adalah penurunan resistensi perifer setelah brisk walking di rumah sakit sebagai tindakan
brisk walking yang mengakibatkan penurunan penatalaksanaan non farmakologi yang dapat
respon baroreseptor di ginjal. Baroreseptor membantu menurunkan tekanan darah (PY,
merupakan serabut saraf yang berfungsi men- AW, HR).
deteksi perubahan tekanan pada pembuluh darah.
Apabila tekanan di dalam pembuluh mengalami Referensi
penurunan maka, saraf pusat akan mengaktifasi
simpatik sehingga terjadi vasokontriksi pem- Armilawaty, Amalia, H., & Amiruddin, R. (2007).
buluh darah. Pada pasien yang melakukan brisk Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian
walking pembuluh darah mengalami pelebaran epidemologi. New Paradigma Pub Health.
sehingga aktifasi baroreseptor menurun. Penu- Diperoleh dari: http://ridwanamiruddin.com/
runan respon baroreseptor akan menurunkan
2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-
pelepasan hormon renin sehingga aktifasi
dalam-kajian-epidemiologi.
perubahan protein angiotensinogen untuk
membentuk angioten-sinogen I menurun
(Corwin, 2006/2009). Backhouse, S.H., Williams, C., Stevenson, E., & Nute,
M. (2007). Effects of the glycemic index of
Meskipun hasil penelitian menunjukkan adanya
breakfast on metabolic responses to brisk
penurunan tekanan darah yang signifikan
kemungkinan pasien masih merasakan gejala walking in females. Eur Journal of Clinical
hipertensi lain seperti pusing, mudah berdebar- Nutrition, 61(5), 590–596.
debar, dan kesulitan tidur. Oleh karena itu
penerapan brisk walking exercise pada pasien
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical
hipertensi perlu bersamaan dengan terapi-terapi
yang lain seperti terapi obat-obatan hipertensi, nursing: Clinical management for positive
pemberian diet rendah garam, diet rendah outcome (8th Ed.). St Louis: Elsevier Saunders.
kolesterol, penghentian kebiasaan merokok,
dan pemberian tehnik managemen stress
Brennan, E. (2011). Brisk walking pace. Diperoleh
(Black & Hawk, 2009).
dari www.bellaonline.com/articles/art.
Kesimpulan
Booth, A.O., & Nowson, C.A. (2010). Patient recall
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
of receiving lifestyle advice for overweight
rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik
and hypertension from their general
kelompok kontrol dan kelompok intervensi
sebelum dan setelah intervensi menunjukkan practitioner. BMC Family Practice, 11 (8). doi:
adanya perbedaan, Selisih rata-rata tekanan 10.1186/1471-2296-11-8.
darah sistolik dan diastolik kelompok kontrol
dan kelompok intervensi sebelum dan setelah
Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. (Nike
intervensi menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan dan selisih rata-rata tekanan B.S, penerj). Buku asli diterbitkan tahun 2006.
darah sistolik dan diastolik antara kelompok Philadelphia: Lippincott William & Wilkin
kontrol dan kelompok intervensi setelah brisk
walking exercise menunjukkan perbedaan yang
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N.,
signifikan juga.
Mahendra, & Darmawan, R. (2008). Care your
self hipertensi. Depok: Penerbit Plus+.
Peneliti menyarankan adanya penyusunan stan-
dar opersional prosedur (SOP) pelaksanaan
Ganong, W.F. (2008). Fisiologi kedokteran. Ed ke-

38
22. (Petrus A., Penerj). Buku asli diterbitkan
tahun 2005. New York: McGraw Hill Medical.

Gunawan, L. (2001). Hipertensi, penyakit darah


tinggi. Yogyakarta: Kanisius.

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2010).


Medical surgical nursing: Patient-centered
collaborative care (6th Ed.). St Louis: Saunders
Elsevier.

39
40
Kokkinos, P. (2008). Physical activity and cardiovascular disease prevention: Current
recommendations. Angiology, 59 (2 Suppl), 26S-9S. doi:
10.1177/0003319708318582.

Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi: Program delapan minggu mengurangi tekanan
darah dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami.
Bandung: Mizan Pustaka.

Meland, E., & Aamland, A. (2009). Salt restriction among hypertensive patients: Modest
blood pressure effect and no adverse effects. Scandinavian Journal of Primary
Health Care, 27(2), 97–103. doi: 10.1080/028134308026617

95.

Oliveria, S.A., Lapuerta, P., McCarthy, B.D., L'Italien, G., Berlowitz, R., & Asch, S. (2002).
Physician-related barriers to the effective management of uncontrolled
hypertension. Archives of Internal Medicine, 162 (4), 413–

420.

Pinzon, R. (2009). Ancaman the silent killer. Diperoleh dari http://pdpersi.co.id/?


show= detailnews&kode=999&tbl=artikel.

Price, S.A. & Wilson, L.M. (2003). Pathophy- siology: Clinical concepts of disease
processes. Philadelphia: Mosby.

Setiawan, Z. (2004). Prevalensi dan detereminan hipertensi di Pulau Jawa tahun 2004.
Jurnal Kesma, 1 (2), 57.

41
Sharma, S.K., Ghimire, A., Radhakrishnan, J., Thapa, L., Shrestha, N.R., & Paudel, N.
(2011). Prevalence of hypertension, obesity, diabetes, and metabolic syndrome in
Nepal. International Journal of Hypertension, 821971. doi:
10.4061/2011/821971.

Sohn, A.J, Hasnain, M.H., & Sinakore, J.M. (2007). Impact of exercise (walking) on
blood pressure levels in african american adults with newly diagnosed
hypertension. Ethnicity & Disease, 17 (3), 503–507.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.G., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Ilmu
penyakit dalam (Edisi V). Jakarta: Badan Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI.

Tsai, J.C., Yang, H.Y., Wang, W.H., Hsieh, M.H.,

Chen, P.T., Kao, C.C.,… & Chan, P. (2004).

The beneficial effect of regular endurance exercise training on blood pressure


and quality of life in patients with hypertension. Clinical & Experimental
Hypertension, 26 (3), 255–265.

Whelton S.P, Chin A, Xin X, & He J. (2002). Effect of aerobic exercise with blood
pressure: Meta analyzed randomized controlled trial. Annals of Internal Medicine,
136 (7), 493–

503.

42

Anda mungkin juga menyukai