Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah tahap akhir dari siklus kehidupan manusia

dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak

dapat di hindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pertambahan

usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan

fisiologis dari berbagai sel, jaringan, organ dan sistem yang ada pada

tubuh manusia sehingga menyebabkan sebagian besar lansia

mengalami kemunduran atau perubahan pada fisik, psikologis dan

sosial. (Education & Advice, 2018)

Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami

peningkatan, WHO memperkirakan antara tahun 2015-2050 jumlah

lansia akan meningkat dua kali lipat dari 12% menjadi 22% tiap

tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia Terdapat 26,82

juta jiwa atau 9,92 % lansia di Indonesia pada tahun 2020. Dengan

kata lain, Saat ini indonesia tengah dalam transisi menuju kondisi

penuaan penduduk. Hal tersebut mengingat presentase penduduk

berusia >60 tahun telah berada diatas 7% dari keseluruhan penduduk

dan akan berubah menjadi negara dengan penduduk tua (ageing

population) ketika angkanya diatas 10%. Di provinsi NTB, jumlah

lansia sekitar 436.000 jiwa atau 8,21% dari seluruh penduduk di tahun
2020. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yaitu 429.000 jiwa. Jumlah lansia di Kabupaten Lombok Barat pada

tahun 2017 mencapai 7,56% dan meningkat pada tahun 2020

sebanyak 8,21%. (BPS, 2020)

Corona Virus Disease 2019 (COVID19) yaitu penyakit yang

disebabkan oleh virus ini telah menjadi pandemi. Awal mula terjadinya

infeksi saluran napas akibat virus ini ada di Wuhan pada bulan

Desember 2019 (Gordon AL, Goodman C, Achterbergs W et al.,

2020). Pandemi COVID-19 telah mengubah seluruh segi kehidupan

masyarakat. Tidak terkecuali para lansia yang rentan. Efek psikososial

cenderung bertahan lebih lama dibandingkan pandemi itu sendiri.

Isolasi selama beberapa bulan menimbulkan kejenuhan, kecemasan,

bahkan stress. (Hirst et al., 2020). Peningkatan jumlah kasus COVID-

19 membawa dampak buruk bagi mental lansia. SARS-CoV-2 ini

sangat menular. Bahkan beberapa kasus berkembang menjadi gagal

napas yang akan berlanjut menjadi kematian. Perburukan kondisi

pasien lebih sering dijumpai pada orang usia lanjut dan mereka yang

memiliki penyakit penyerta sebelumnya (hipertensi, diabetes, penyakit

jantung). Kelompok lanjut usia (lansia) memiliki kelemahan fisik dan

psikis pada pandemi COVID-19. Sekitar 20% kematian penderita

COVID-19 di China berusia lebih dari 60 tahun (Yuliana, 2020). Data

dari Kementrian Kesehatan menyebutkan 47,3% pasien Covid-19 di


Indonesia yang meninggal dunia merupakan lansia berusia >60 tahun

dari data tersebut sekitar 15.023 lansia meninggal dunia karena Covid-

19 dari total 31.763 pasien meninggal di tanah air. Dimana angka

umur lansia ini merupakan yang tertinggi dibanding kelompok umur

lainnya.(Kementrian Kesehatan RI,2021).

Sekitar 70% angka kematian pasien covid-19 di NTB terjadi

pada usia 45 tahun ke atas dan penderita penyakit komorbid (Dinkes

NTB,2020). Kasus covid-19 pada tanggal 6 September 2021, di

Kabupaten Lombok Barat dalam jumlah kasus covid-19 terbanyak

dalam peringkat kedua di NTB, dengan jumlah 3318 jiwa dan pada

update kasus Covid-19 tanggal 5 September 2021 ditemukan bahwa

Puskesmas Perampuan mempunyai kasus tertinggi di wilayah Lombok

Barat pada jumlah 174 kasus. (Dinkes Lombok Barat, 2021)

Isolasi dan karantina mandiri membuat lansia cenderung

merasa diabaikan. Efek karantina adalah kesepian, kesedihan dan

stres berkepanjangan. Penelitian pendahuluan menunjukkan adanya

peningkatan depresi, stres pascatrauma, dan gangguan penyesuaian

pada usia lanjut. Stres menurunkan kekebalan tubuh. Keadaan ini

dapat memperparah kondisi lansia yang memang sudah lemah secara

fisik. ( Armitage and Nellums, 2020). Sampai saat ini belum pasti

kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. Keadaan ini cenderung

bertambah berat bagi lansia di lingkungan masyarakat. Mereka takut


tertular, menjadi sumber penularan, dan meninggal karena COVID-19.

Salah paham karena kurang bisa mengakses informasi kesehatan

juga menjadi salah satu penyebab stress. Informasi mengenai COVID-

19 bahkan telah menjadi infodemik. Sepanjang hari informasi COVID-

19 ini menghiasi TV, internet, media sosial, dan perbincangan sehari-

hari. Hal ini menambah beban pikiran bagi lansia yang akan

menimbulkan stress pada lansia (Yuliana, 2020)

Stres yang dirasakan oleh lanjut usia dapat mempengaruhi

kehidupannya karena dapat menimbulkan hilangnya selera makan,

bicara berlebihan atau juga menarik diri, gejala muka yang memerah

atau tubuh yang menggigil kedinginan, dan masih banyak lagi. Stres

dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya: pusing, tekanan darah

tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan

berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus. Selain itu,

stres juga dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih sensitif atau

peka terhadap depresi, kecelakaan, virus, masuk angin, serangan

jantung, bahkan kanker (Sutioningsih, 2019). Secara global 15% dari

populasi lansia menderita gangguan mental yaitu stress merupakan

salah satu masalah kesehatan mental utama yang mempengaruhi

proporsi yang cukup besar (10-55%) dari populasi lansia (Seangpraw,

Auttama, Kumar, Somrongthong, Tonchoy & panta, 2019). Penduduk

indonesia yang mengalami gangguan mental emosional pada tahun

2013 yaitu 6% kemudian pada tahun 2018 terjadi peningkatan


penduduk indonesia yang mengalami gangguan mental emosional di

Indonesia mencapai 9,8% terdapat jumlah kelompok umur lansia yang

terbanyak dalam prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia

dibandingkan kelompok umur <55 tahun.(RISKESDAS, 2018)

Penduduk NTB yang mengalami gangguan mental emosional pada

tahun 2013 yaitu 6,4% Kemudian pada tahun 2018 terjadi

peningkatan, menurut data Riskesdas NTB 2018 penduduk NTB yang

mengalami gangguan mental emosional mencapai 12,83% sedangkan

yang mengalami gangguan mental emosional di Kabupaten Lombok

Barat mencapai 14,51%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 9 September 2021 di wilayah kerja Puskesmas

Perampuan, dengan melakukan wawancara pada 10 lansia diperoleh

hasil bahwa terdapat 2 lansia mengalami stress sangat berat, 4 lansia

mengalami stress berat, 3 lansia mengalami stress sedang dan 1

lansia mengalami stress ringan dengan menggunakan alat ukur

penilaian dari kuisioner tingkat stress.

Psikofarmaka dan psikoterapi merupakan terapi yang bisa

menurunkan tingkat stres. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan

sebagai terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwanya. Ada

beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres,

seperti terapi kognitif, musik, spiritual, teknik relaksasi nafas dalam,

dan reminiscence. Reminiscence Therapy merupakan salah satu


terapi yang digunakan untuk menurunkan tingkat stres sebelum

terjadinya depresi. Terapi ini merupakan salah satu perawatan

psikologis yang digunakan sebagai terapi bagi lansia yang bertujuan

untuk meningkatkan status kesehatan mental mereka dengan

mengingat dan menilai lansia yang sudah ada memori (Kartika, 2018)

Terapi Reminiscence merupakan suatu terapi yang ditujukan untuk

memulihkan perasaan stres pada lansia. (Manurung Nixson, 2016).

Dalam hasil penelitian Kartika dan Mardalinda (2017) bahwa

penelitiannya tentang terapi reminiscence pada lansia terdapat hasil

penelitiannya mengalami penurunan tingkat stres setelah dilakukan

intervensi dengan kata lain terapi ini efektif terhadap penurunan tingkat

stres pada lansia. (Ilham et al., 2020)

Terapi ini merupakan terapi nonfarmakologis yang sangat

mudah dilakukan oleh lansia, baik perempuan maupun laki-laki yang

mengalami stres. Dengan terapi ini dapat terjadi perubahan terhadap

penurunan stres pada lansia. Ini bertujuan untuk mengingatkan

kembali memori lansia atau kenangan lansia yang menyenangkan di

masa lalunya sehingga lansia di harapkan bisa menyesuakan diri

dengan keadaanya sekarang. Berdasarkan latar belakang diatas,

maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi

Reminiscence Terhadap Tingkat Stress Lansia Selama Masa Pandemi


Covid-19 Di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas Perampuan Tahun

2021”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan

dalam prnrlitian ini adalah “Apakah ada pengaruh Terapi

Reminiscence terhadap tingkat stres pada lansia selama masa

pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas

Perampuan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi reminiscence terhadap tingkat stres

pada lansia selama masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPT

BLUD Puskesmas Perampuan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia di Wilayah Kerja UPT

BLUD Puskesmas Perampuan sebelum mengikuti terapi

reminiscence.

b. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia di Wilayah Kerja UPT

BLUD Puskesmas Perampuan sesudah mengikuti terapi

reminiscence.
c. Menganalisis pengaruh Terapi Reminiscence terhadap tingkat

stress lansia di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas

Perampuan sesudah mengikuti terapi reminiscence .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori tentang

penurunan stres pada lansia dalam keperawatan gerontik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

pada lansia dan keluarga untuk mengatasi gangguan stres

dengan cara menerapkan teknik non farmakologi yakni terapi

reminiscence pada lansia yang mengalami stres.

b. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi serta

memperkuat teori tentang terapi reminiscence dan pengaruhnya

terhadap manajemen stres pada lansia.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung menambah

informasi tentang manfaat terapi reminiscence terhadap

masalah stress pada lansia dan juga digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengatasi masalah lansia yang ada


diberbagai institusi kesehatan dalam hal stres, sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan secara

optimal.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini akan menjadi salah satu data riset yang dapat

dikembangkan sebagai masukan penelitian selanjutnya dan

menjadi referensi dalam memperluas pengetahuan serta

pengalaman peneliti berikutnya untuk membuat penelitian

terbaru tentang Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Stres

Lansia.

Anda mungkin juga menyukai